JAKARTA, KOMPAS - Penambahan perjalanan KRL rute Duri-Tangerang merupakan solusi jangka pendek terkait beririsannya jalur rel KRL rute Duri-Tangerang dengan KA bandara. Belum ada rencana memisahkan jalur rel KA bandara dari jalur KRL yang bisa menjadi solusi berkesinambungan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Senin (23/4/2018), mengatakan, penambahan perjalanan KRL dilakukan di jam sibuk.
"Saat ini, perjalanan pukul 06.00-07.30 yang semula 5 perjalanan, sempat menurun jadi 4, sekarang sudah kami kembalikan menjadi 5 perjalanan. Tapi karena masih kurang, maka saya meminta pihak PT KAI dan PT KCI untuk menambahkan satu perjalanan di antara jam 06.00-07.00. Nanti akan jadi 6 perjalanan," kata Budi Karya.
Agus Komarudin, Vice President Public Relations PT Kereta Api Indonesia, membenarkan, penggunaan rel bergantian antara KA bandara dan KRL membuat jadwal KRL berkurang. Sebelum KA bandara beroperasi, ada 90 perjalanan KRL Duri-Tangerang saban hari. Akhir Maret, saat jadwal perjalanan KA bandara bertambah, jadwal KRL Duri-Tangerang berkurang menjadi 80 perjalanan. Sempat pula terjadi penumpukan penumpang di Stasiun Duri.
“Sekarang sudah bertambah menjadi 92 jadwal operasi. Kami sudah mengatur melalui grafik perjalanan kereta api (gapeka)," kata Agus.
Ia menambahkan, jumlah penumpang KA bandara rata-rata 1.300 orang per hari. Adapun jumlah penumpang KRL Duri-Tangerang sekitar 80.000 penumpang per hari.
Selain itu, untuk jangka pendek, Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri mengatakan, Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan PT Railink selaku operator KA Bandara dan PT Kereta Commuter Indonesia selaku operator KRL.
Kerja sama itu berupa penjualan 4.000 voucher tiket KA bandara, masing-masing seharga Rp 3.000. Dengan voucher ini, penumpang KRL bisa memakai KA bandara di jam tertentu mulai 17 April 2018 sampai dengan 16 Mei 2018.
"Program ini merupakan salah satu bentuk realisasi dari upaya Pemerintah untuk mengatasi permasalahan operasional yang terjadi pada lintas Batuceper-Duri," kata Zulfikri.
Prasarana baru
Agus mengakui, idealnya KA bandara menggunakan jalur khusus. “Namun untuk pembangunan infrastruktur khusus Railink, belum akan dilakukan,” tegas Agus.
Sesuai penugasan, PT KAI membangun 12,12 km jalur baru yakni dari Stasiun Batuceper ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta. Dari Stasiun Duri hingga Batuceper, KA bandara menggunakan jalur rel yang sudah ada dan selama ini digunakan KRL Duri-Tangerang.
Di sisi lain, Kemenhub juga merencanakan solusi jangka menengah dan jangka panjang terkait persoalan ini.
Untuk solusi jangka menengah, jalur di Stasiun Duri akan ditambah dari 5 jalur menjadi 6 jalur. "Untuk itu kami harus membebaskan tanah dan itu dibutuhkan satu tahun," jelas Budi Karya.
Sementara solusi jangka panjang akan dibangun jalan pintas (shortcut) jalur kereta dari Tangerang langsung menuju Grogol. Selain itu, sinyal yang semula berupa sinyal tetap dengan tiang persinyalan (fixed block) direncanakan berubah menjadi sinyal bergerak yang mengikuti pergerakan setiap rangkaian kereta (moving block).
Solusi jangka panjang ini, menurut Budi Karya, diharapkan bisa meningkatkan pergerakan kereta api kurang lebih 30 sampai 40 persen.
Stasiun Duri
Sejauh pengamatan, kemarin, perpindahan penumpang di Stasiun Duri masih tetap padat. Stasiun Duri merupakan stasiun transit antara KRL Duri-Tangerang dengan KRL Jatinegara/Angke-Bogor-Depok.
Selain lewat eskalator, penumpang yang transit bisa menyeberang di rel, sejauh tidak ada kereta yang melintas. Hal ini memecah kepadatan penumpang yang akan berpindah peron lewat eskalator.
Kepala Stasiun Duri Widi Aries mengatakan, rata-rata 22.000 penumpang KRL di Stasiun Duri per hari. "Penumpang yang transit lebih banyak lagi, sekitar 40.000-50.000 orang." (ARN/PIN/HLN/WIN)