Beririsannya jalur rel KRL rute Duri-Tangerang dengan KA bandara perlu segera dicarikan solusi. Orientasi kepada penumpang perlu diutamakan.
Oleh
Pingkan Elida Dundu/Windoro Adi
·5 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - Jadwal perjalanan KRL Duri-Tangerang saat ini ditambah menjadi 88 perjalanan per hari. Sebelumnya, jadwal KRL berkurang dari 90 perjalanan menjadi 80 perjalanan per hari. Pada saat yang bersamaan, jadwal perjalanan KA Bandara ditambah. Meskipun begitu, peluang pengurangan jadwal KRL masih mungkin terjadi selama ada irisan antara jalur rel KRL dan KA Bandara.
Anwar Saputra (39), warga Cimone, Kota Tangerang, Banten, terbantu dengan penambahan jadwal perjalanan KRL sejak Senin (17/4/2018). “Sekarang kalau pagi, keretanya sudah bertambah lagi. Jam keberangkatan tidak lagi 30 menit, tetapi kembali pada jadwal semula 15 menit," kata warga Tangerang yang bekerja di kawasan Jalan MH Thamrin itu, Rabu (19/4/2018).
Antrean panjang penumpang masuk stasiun, padatnya penumpang yang menunggu kereta di stasiun, ataupun berdesakannya penumpang di dalam kereta mulai berkurang.
Pada Kamis (29/3/2018), penumpukan penumpang KRL tidak terelakkan lantaran pengurangan jumlah perjalanan KRL Duri-Tangerang menjadi 80 perjalanan dari sebelumnya 90 perjalanan.
“Hari Kamis itu, saya telat masuk kantor hingga 3 jam. Semuanya gara-gara penumpukan penumpang di stasiun dan saling berebut naik dan turun kereta,” cerita Anwar saat ditemui di dalam KRL dari Tangerang ke Duri.
Padatnya kereta di akhir Maret itu juga diakui Usman (54), pengguna KRL. "Sekarang sudah enggak ramai kayak sebelumnya. Sekarang penumpangnya enggak lagi menumpuk," kata Usman yang berprofesi sebagai pedagang konfeksi di Kota Tangerang.
Usman bersama istrinya Linda, setiap hari menggunakan KRL untuk mencari barang dagangannya di Pasar Duri, Tambora, Jakarta Barat; dan Pasar tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kepala Stasiun Duri Widi Aries mengakui, suasana di Stasiun Duri akhir Maret lalu sempat hiruk pikuk oleh meluapnya penumpang. Sekarang, kondisi membaik.
"Awal April lalu, jumlah perjalanan KRL per hari yang 80, ditambah delapan, sehingga menjadi 88 perjalanan setiap hari," tuturnya pekan lalu.
Bergantian rel
Setelah beroperasi sejak 2 Januari 2018, KA bandara rute Stasiun Sudirman Baru–Duri-Batuceper – Bandara Soekarno Hatta memiliki 50 perjalanan per hari. Mulai akhir Maret, frekuensi perjalanan KA bandara ini bertambah menjadi 70 perjalanan.
Lantaran masih ada irisan jalur rel dari Stasiun Duri hingga Stasiun Batuceper, maka penambahan perjalanan KA Bandara ini berpengaruh pada jadwal KRL Duri-Tangerang. Terjadilah pengurangan jumlah perjalanan KRL Duri-Tangerang.
Pengurangan jadwal perjalanan KRL Duri-Tangerang pernah terjadi pada tahun 2017. Saat itu, berdasarkan grafik perjalanan kereta api (gapeka) yang disahkan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, jadwal perjalanan KRL Duri-Tangerang memang berkurang. Slot perjalanan KRL di rute ini diproyeksikan diisi dengan KA Bandara.
Kondisi ini sempat menuai protes penumpang. Pemerintah akhirnya mengizinkan penambahan sementara jumlah perjalanan KRL Duri-Tangerang pada tahun 2017 lantaran KA Bandara belum beroperasi saat itu.
Di awal beroperasinya KA Bandara, jadwal perjalanan KRL Duri-Tangerang belum terganggu. Sebab, karena jumlah perjalanan KA Bandara yang baru 50 perjalanan per hari itu dilakukan di antara waktu tunggu KRL Duri-Tangerang.
Saat perjalanan KA Bandara mencapai 70 perjalanan per hari, barulah perjalanan KRL Duri-Tangerang ini terimbas.
Menurut Widi, saat ini rata-rata 22.000 penumpang KRL keluar-masuk di Stasiun Duri. "Penumpang yang transit lebih banyak lagi, sekitar 40.000-50.000 orang," ujarnya.
Stasiun Duri mempunya lima jalur. Kelima jalur itu adalah jalur kereta dari dan ke Angke-Kampung Bandan-Jatinegara; jalur Manggarai-Tanah Abang; dan jalur Tangerang. Jalur empat dan jalur lima secara bergantian digunakan KA Bandara dan KRL ke dan dari Tangerang. Tergantung jalur mana yang kosong.
Kepala Stasiun Batuceper Ujang Suryanto mengatakan, sekarang perjalanan KRL setiap 15 menit sekali di pagi hari.
Kepala Stasiun Tangerang Acep mengatakan, saat ini, sekitar 17.000 penumpang naik-turun di stasiun ini setiap hari.
Adapun rata-rata penumpang di jalur KRL Duri-Tangerang mencapai 80.000 penumpang per hari.
Sementara itu, perjalanan KRL yang ditambah dari Stasiun Tangerang yakni pukul 06.15, 07.15, dan 08.15.
Solusi sementara
Asisten Manager PT Railink Batuceper, Trio Kuswantoro, mengatakan, solusi lain untuk mengurai kepadatan penumpang KRL di Stasiun Tangerang, Batuceper, dan Duri adalah memberlakukan voucher bagi pengguna KRL.
Dengan voucher seharga Rp 3.000 sekali jalan, pengguna KRL bisa memakai KA Bandara di jam sibuk.
Penjualan voucher dilakukan di Stasiun Batuceper dan Sudirman Baru, pukul 15.00 sampai 20.00 setiap hari. Voucher dibeli sehari sebelum keberangkatan. Seorang pengguna voucher harus membeli voucher pergi-pulang.
"Solusi menggunakan voucher ini hanya diberlakukan sampai 15 Mei mendatang," jelas Trio.
Peneliti dari Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang mengatakan, penambahan satu slot perjalanan KRL Duri-Tangerang tetap saja sulit menjawab persoalan penumpang KRL Duri-Tangerang.
Deddy mengatakan, jika kondisi tidak cepat terselesaikan, besar kemungkinan pengguna KRL Tangerang akan kembali menggunakan kendaraan pribadi. Artinya, program pemerintah mencapai 1,2 juta penumpang KRL Jabodetabek per hari pada tahun 2019, akan terganggu.
Ia berpendapat, operasi kereta bandara Soekarno-Hatta ini dipaksakan seiring terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2011 yang menugaskan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan sarana dan prasarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Dengan Perpres 83/2011, PT KAI membangun dan mengoperasikan sendiri rel dari Stasiun Batuceper sampai Bandara Soekarno-Hatta. Kondisi ini membuat pemerintah tidak bisa berperan langsung dalam operasi kereta bandara tersebut.
Idealnya, kata Deddy, jalur rel KA bandara ini dipisahkan dengan jalur komuter karena kelas dan perilaku bisnis yang berbeda antara KRL dan kereta bandara.
Padahal, kedua jenis kereta ini memiliki jumlah perjalanan yang cukup banyak.
Deddy juga mengusulkan agar transit penumpang KA Bandara dilakukan di Stasiun Angke yang berjarak sekitar 2 menit dari Stasiun Duri. Stasiun Angke saat ini bukanlah stasiun transit. Berbeda dengan Stasiun Duri yang merupakan stasiun transit penumpang KRL Duri-Tangerang dengan KRL Angke-Bogor.
"Jadi status Stasiun Duri kembali seperti semula sebagai stasiun komuter saja. Stasiun Angke berubah status menjadi stasiun transit kereta bandara," jelas Deddy.
Ia juga mengusulkan pola arus penumpang Stasiun Duri dikembalikan semula, yakni peron 4 untuk KRL jurusan Tangerang, peron 3 jurusan Tanahabang– Sudirman-Depok-Bogor, dan peron 2 jurusan lingkar ke Angke–Jatinegara. Jika tetap ingin transit (menerima penumpang) di Stasiun Duri, kereta bandara dapat menggunakan peron 1.
“Perlu dibangun wesel baru supaya KA dapat menuju ke rel Batuceper/Tangerang," kata Deddy.