Polisi Gelar Rekonstruksi Penyerangan Gereja Santa Lidwina
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Penyidikan kasus penyerangan Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terjadi pada Minggu (11/2/2018), masih berlanjut. Pada Kamis (19/4/2018), aparat kepolisian menggelar rekonstruksi aksi penyerangan tersebut dengan menghadirkan pelaku dan sejumlah korban.
Berdasarkan pantauan Kompas, rekonstruksi yang digelar di Gereja Santa Lidwina dan sejumlah lokasi sekitarnya itu dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Sejumlah petugas bahkan terlihat membawa senjata laras panjang.
Selama rekonstruksi yang dimulai sekitar pukul 08.00, jalan di depan Gereja Santa Lidwina yang berlokasi di Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, juga ditutup sehingga masyarakat umum tidak bisa lewat. Petugas kepolisian juga melarang wartawan mendekati titik rekonstruksi dan sempat memperingatkan agar tidak mengambil foto dan video proses tersebut.
Rekonstruksi itu menghadirkan pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina, Suliono (23), yang datang ke lokasi mengenakan baju tahanan warna oranye dan penutup kepala. Dengan dikawal ketat oleh petugas kepolisian, termasuk dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Kepolisian RI, Suliono memperagakan ulang sejumlah tindakan saat melakukan aksi penyerangan menggunakan pedang ke Gereja Santa Lidwina dan melukai lima orang.
Selain memperagakan penyerangan di dalam Gereja Santa Lidwina, Suliono juga sempat dibawa ke persawahan yang ada di sekitar gereja dan beberapa tempat lain. Rekonstruksi di sekitar gereja, yang juga melibatkan petugas Inafis kepolisian, selesai sekitar pukul 11.00. Namun, sesudah rekonstruksi selesai, tidak ada petugas yang bersedia memberikan keterangan.
Koster Gereja Santa Lidwina, Paijo, mengatakan, rekonstruksi itu melibatkan tiga umat gereja yang menjadi korban penyerangan oleh Suliono. Tiga korban yang hadir itu adalah Budijono, Yohanes Triyanto, dan Martinus Parmadi Subiantoro. Adapun pastor di Gereja Santa Lidwina yang juga menjadi korban, Pastor Karl-Edmund Prier SJ, tidak bisa hadir karena ada acara lain.
”Kami diberi tahu rencana rekonstruksi ini sekitar seminggu yang lalu,” ujar Paijo.
Budijono mengatakan, dalam rekonstruksi itu, ia memperagakan dua adegan. Adegan pertama adalah saat ia dibacok oleh pelaku di halaman gereja, sementara adegan kedua adalah ketika Budijono jatuh ke lantai. ”Saya enggak keberatan mengikuti rekonstruksi. Toh saya enggak trauma dan saya enggak dendam kepada pelaku,” katanya.
Saat misa
Penyerangan Gereja Santa Lidwina pada Minggu (11/2/2018) terjadi sekitar pukul 07.30. Pagi itu, ketika umat tengah mengikuti misa di gereja, Suliono masuk ke dalam gereja sambil membawa pedang.
Begitu memasuki halaman gereja, pelaku langsung menyabetkan pedangnya ke sejumlah umat yang ada di halaman. Sesudah itu, ia memasuki ruangan tempat misa dilangsungkan dan kembali menyerang sejumlah orang dengan pedangnya.
Tak lama setelah penyerangan itu berlangsung, petugas kepolisian datang, tetapi Suliono justru nekat melawan dan bahkan menyabetkan pedangnya ke petugas. Namun, pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu akhirnya dapat dilumpuhkan setelah kedua kakinya ditembak.
Sesudah ditangkap, Suliono sempat dirawat di RS Bhayangkara, Sleman, untuk menjalani operasi pengambilan peluru yang bersarang di kakinya. Setelah kondisinya membaik, Suliono dibawa ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan oleh Densus 88 yang mengambil alih penanganan kasus tersebut.