Dunia sinema Indonesia kembali kehilangan salah satu aktor terbaiknya. Deddy Sutomo, aktor utama terbaik peraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2015, mengembuskan napas terakhir, Rabu (18/4/2018) pukul 07.00 pada usia 77 tahun di kediamannya, Komplek Puri Flamboyan, Jalan Flamboyan Cantik, Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Pada periode 1980-an, Deddy sangat dikenal dalam perannya sebagai Pak Sukri di sinetron Rumah Masa Depan.
Sebelum berpulang, Deddy dirawat selama 12 hari di Rumah Sakit Harapan Kita karena mengalami lemah jantung. Empat hari lalu, kondisi kesehatannya membaik sehingga dokter mengizinkan pulang.
”Tadi pagi keadaannya normal banget. Beliau sempat minta diantarkan ke kamar mandi dan setelah itu masih ngobrol sembari duduk di kursi favoritnya sembari nonton berita di televisi dengan nyaman. Namun, saat saya tinggal sebentar, tiba-tiba saya mendengar beliau menarik nafas panjang, matanya sudah terpejam,” ungkap Rendy Surindrapati, putra ketiga Deddy.
Setahun terakhir, Deddy terindikasi mengalami gangguan jantung. Meski demikian, kendala kesehatan itu tak menghalangi keaktifannya berkarya. Terakhir, sekitar 1,5 bulan lalu, Deddy masih menjalani shooting film Sultan Agung: Takhta, Perjuangan, dan Cinta garapan sutradara Hanung Bramantyo di Yogyakarta.
Terus berkarya
Melihat kiprahnya selama ini, Deddy sangat pantas disebut sebagai aktor lintas zaman karena praktis sejak 1970 hingga 2018 dia selalu aktif berakting di layar lebar ataupun serial televisi. Pada periode 1970-an, ia tampil di 23 film antara lain Awan Jingga, Pandji Tengkorak,Atheis, dan Janur Kuning.
Dari 1980 hingga 2018, Deddy tampil di lebih dari 20 film. Tahun 2015, Deddy dikukuhkan sebagai aktor terbaik Festival Film Indonesia 2015 saat memerankan tokoh bapak tua bernama Mahmud dalam film garapan Ismail Basbeth berjudul Mencari Hilal.
Selain tampil di layar lebar, Deddy juga tampil di sejumlah sinetron televisi. Pada tahun 1980, sinetron legendaris yang turut melambungkan namanya berjudul Rumah Masa Depan. Dalam sinetron itu, Deddy memerankan tokoh Pak Sukri bersama artis legendaris Wolly Sutinah alias Mak Wok sebagai nenek, Aminah Cendrakasih sebagai Bu Sukri, Septian Dwi Cahyo sebagai Bayu, A Hamid Arief sebagai kakek, dan Andi Ansi sebagai gerhana.
Antara periode 1992 dan 2008, Deddy mengurangi aktivitasnya perannya di layar lebar karena aktif berpolitik. Pada Pemilihan Umum 2004, Deddy terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan dipercaya duduk di Komisi X DPR RI.
Di hadapan seluruh pelayat, Rendy mewakili keluarga mengucapkan salam dan permohonan maaf atas segala kesalahan almarhumah. Sekitar pukul 11.50, jenazah Deddy dipindahkan ke Masjid Arrahmah di dekat kediamannya untuk dishalatkan bersama-sama.
Setelah itu, jenazah dibawa ke Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir untuk dikebumikan satu kompleks dengan makam istrinya, Rini Sutomo, yang telah mendahului berpulang pada 1997.
Hingga akhir hayatnya, aktor kelahiran Jakarta, 26 Juni 1941, ini mampu membuktikan karya-karya terbaiknya, baik di bidang sinematografi maupun politik. Menjelang pemakaman, sejumlah tokoh perfilman dan teater turut mengiringi kepergian Deddy, seperti Slamet Rahardjo, Hanung Bramantyo, Ratna Riantiarno, dan Gunawan.