YOGYAKARTA, KOMPAS — Museum Sono Budoyo memanfaatkan permainan gobak sodor untuk mendorong kunjungan pelajar ke museum. Kegiatan selama dua hari dengan nama Gelar Wisata tersebut diharapkan juga menjadi sarana pelestarian permainan tradisional itu.
Gobak sodor merupakan satu-satunya permainan tradisional yang dipilih oleh Sono Budoyo untuk mendampingi lomba Jelajah Museum dalam kegiatan itu.
”Gobak sodor dipilih untuk acara ini karena saat ini sudah mulai jarang dimainkan. Padahal, permainan ini menarik karena ada aktivitas fisik, pengaturan strategi, dan membangun kerja sama antaranak,” kata Kepala Seksi Bimbingan, Informasi, dan Preparasi Museum Sono Budoyo Dwi Agung Hermanto di halaman Museum Sono Budoyo, Yogyakarta, Rabu (18/4/2018).
Gobak sodor yang juga dikenal dengan nama galah asin adalah permainan antara dua regu yang masing-masing terdiri dari tiga hingga lima orang. Setiap regu secara bergantian memiliki tugas bertahan dalam garis pola tertentu atau menembus pertahanan lawan.
Lomba permainan tradisional itu pada tahun ini diikuti tim dari 30 SD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain berkompetisi, peserta juga diajak mengenal seluk-beluk museum yang dibuka tahun 1935 itu.
Melalui pengenalan itu diharapkan kunjungan pelajar ke museum dapat meningkat. ”Selama ini berbagai informasi di museum belum dimanfaatkan secara optimal oleh pelajar,” tutur Hermanto yang juga bertugas sebagai ketua panitia kegiatan Gelar Wisata.
Padahal, kata Hermanto, saat ini terdapat lebih dari 34 museum yang terdaftar dalam Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Yogyakarta. Jika digabung dengan museum yang belum tergabung dalam organisasi itu, jumlah museum di Yogyakarta mencapai sekitar 50 tempat.
Keterbatasan ketersediaan dana untuk membiayai transportasi menuju museum kerap menjadi salah satu kendala bagi sekolah untuk mengajak anak didiknya ke museum.
”Murid sekolah kami biasanya hanya kami ajak ke Museum Soeharto karena lokasinya dekat dengan sekolah kami yang berada di pinggiran. Jika mau mengajak anak-anak ke museum di tengah kota (Yogyakarta), kami terkendala biaya,” ujar guru SD Negeri Caturharjo, Nur Walyanti, yang mengantarkan muridnya mengikuti lomba gobak sodor.
Ketersediaan angkutan gratis untuk menjemput murid di pedesaan menuju museum, kata Walyanti, tentu akan sangat membantu akses sekolah di kawasan pinggiran terhadap museum.