TUBAN, KOMPAS — Hingga Rabu (18/4/2018) pukul 09.30, tim gabungan belum melanjutkan evakuasi kendaraan yang tercebur di Sungai Bengawan Solo akibat ambruknya Jembatan Babat Widang di Tuban, Jawa Timur, Selasa siang. Sebuah crane masih terparkir di dekat lokasi ambruknya jembatan.
Pantauan Kompas di lokasi kejadian, tiga truk masih berada di Sungai Bengawan Solo. Dua truk di antaranya dari PT Varia Usaha masih bertumpuk. Diperkirakan ada tiga truk dan sebuah sepeda motor yang tercebur di sungai akibat robohnya jembatan penghubung Lamongan dan Tuban ini.
Ratusan warga bahkan mendekati lokasi kejadian sejak kemarin siang. Mereka tidak berhenti hilir mudik melihat dari jarak 10 meter dari truk atau berada di bibir sungai. Mereka mengabaikan keselamatan jiwa karena lokasi sudah dipasang garis polisi.
Sejak hari pertama kejadian sehari sebelumnya, pihak kepolisian tidak henti mengimbau masyarakat untuk menjauhi lokasi karena struktur bangunan belum dipastikan aman pasca-runtuhnya sebagian jembatan. Warga yang penasaran itu pun akhirnya mengganggu proses evakuasi truk yang terjebur ke Sungai.
Ahmad Mujianto, warga Desa Kebalan Palang, Babat, Lamongan, yang ditemui di atas jembatan, sedang bekerja di Surabaya ketika mengetahui informasi runtuhnya jembatan nasional tersebut dari media sosial. Rasa keingintahuan membuat ia tergerak untuk melihat lokasi.
”Kejadian yang mengerikan, saya pikir hoax ternyata benar,” ujar Ahmad yang tidak berapa lama kemudian bergeser menjauhi jembatan karena diusir oleh petugas kepolisian.
Sementara itu, di bawah jembatan Didik Purwono datang kembali di hari kedua setelah jembatan runtuh. ”Kemarin saya datang ke sini jam 15.00, kini saya bawa istri dan dua anak. Kebetulan anak sedang libur sekolah,” ujar Didik yang harus bersepeda motor sejauh 15 km dari rumah ke lokasi.
Banyak warga yang datang ke lokasi hanya memenuhi rasa keingintahuan tapi mengabaikan keselamatan. Bukan tidak mungkin pasca-runtuhnya sebagian Jembatan Babat Widang berpengaruh pada kekuatan struktur bangunan yang tersisa sehingga berbahaya bagi siapa pun yang berada di sekitar lokasi kejadian.
Adapun evakuasi sudah mulai dilakukan sejak kemarin siang. Saat itu, sebuah crane berkekuatan 25 ton digunakan menarik truk dari jembatan segmen empat dengan ketinggian 10 meter. Namun, upaya tersebut dihentikan karena dikhawatirkan crane tidak kuat mengangkat truk.
Crane kemudian diganti dengan yang berkekuatan lebih besar. Sebuah crane berkekuatan 50 ton didatangkan dari PT Pertamina JOB P-PEJ Tuban. Crane ini sempat mencoba mengangkat dari pukul 22.00 hingga 23.00 tetapi tetap gagal.
”Kami masih mencari cara untuk mengangkat truk. Lokasi crane di ujung segmen empat untuk mengangkat berbahaya. Dikhawatirkan bisa membuat ambruk jembatan yang masih utuh karena mengangkat beban terlalu berat,” kata Mucharom Rosyadi, salah satu anggota dari Kantor SAR Surabaya, di lokasi kejadian.
Ambruknya jembatan yang menghubungkan Lamongan dan Tuban ini terjadi sekitar pukul 10.30. Tiga truk berada di satu tumpuan yang sama, yakni di ujung segmen tiga. Satu truk bermuatan pasir, satu truk bermuatan limbah smelter, dan satu truk tanpa muatan.
”Tiga truk tersebut memiliki berat sekitar 100 ton, padahal kekuatan jembatan hanya 40 ton,” kata Kepala Bidang Pembangunan Jalan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII Surabaya Yuliansyah.
Ada lima korban yang ditemukan, satu di antaranya meninggal dunia. Korban meninggal adalah Muhlisin (49), sopir truk pengangkut limbah smelter.
Adapun empat korban luka, yakni Samsul Arif (48), sopir truk muatan pasir; Saiful Arif (35), sopir truk muatan kosong; serta dua pengendara sepeda motor, Ubaidillah (20) yang berboncengan dengan Rizal Hafifudin.