Empat terminal di Tangerang, Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan akan menjadi simpul aktivitas warga. Sistem transportasi terintegrasi ditargetkan menunjang mobilitas warga.
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek menargetkan pembangunan empat kawasan berorientasi transit (TOD) rampung dalam dua tahun. Dana pembangunan dibiayai perusahaan swasta.
Terminal yang pertama dibangun adalah Poris Plawad di Kota Tangerang, diikuti Baranangsiang di Kota Bogor, Jatijajar Kota Depok, serta Pondok Cabe Kota Tangerang Selatan.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono, Kamis (12/4/2018), menekankan sejumlah unsur yang wajib ada dalam kawasan TOD itu, antara lain moda angkutan publik yang tersedia di kawasan ini bukan cuma angkot atau bus, melainkan juga kereta api perkotaan.
Pejalan kaki juga memiliki jalur pedestrian menuju tempat pergantian moda angkutan. Waktu berjalan kaki dipatok tidak boleh lebih dari 7 menit.
TOD, menurut Bambang, juga dilengkapi area publik atau taman luas untuk interaksi masyarakat. Kawasan TOD ini didesain mengintegrasikan simpul aktivitas warga yakni pemukiman, area komersial, dan perkantoran, dengan transportasi umum.
Kawasan TOD, menurut Bambang, akan menjadi konsep hunian masa depan. "Kita harus menuju ke sana karena tidak mungkin menyediakan layanan transportasi publik, dengan menyediakan angkutan massal ke semua kawasan hunian seperti sekarang ini," ucapnya.
Kawasan hunian yang terbangun selama ini banyak yang tidak didukung sistem jaringan transportasi publik sehingga penggunaan kendaraan pribadi sangat tinggi. Akibatnya, kesemrawutan lalu lintas dan tata kota yang berantakan.
"TOD harus dibangun karena BPTJ tidak akan mampu menyediakan bus-bus premium ke setiap perumahan yang ada sekarang, apalagi mereka sudah termanjakan dengan kendaraan pribadinya, yang naik dan turunnya di depan rumah," kata Bambang.
Dua tahun
Menurut Bambang, TOD yang segera dibangun adalah Poris Plawad dengan pemrakasa PT Mina Transindo Totabuan. Kemudian menyusul TOD Baranangsiang dengan pemrakasanya PT Pancakarya Grahatama Indonesia (PGI). TOD Pondok Cabe dan TOD Jatijajar, masih proses pemindahan aset lahan terminal ke BPTJ.
"Yang Poris Plawad tendernya bulan ini. Yang Baranangsiang, saat ini sedang kami kaji desain TOD-nya. Dulu kan dibuat belum ada konsep TOD dan BPTJ belum masuk. Sekarang, terminal itu tanggung jawab kami dan harus berkonsep TOD. Kami mensupervisi rancang bangunnya," tutur Bambang.
Ia menargetkan, empat TOD selesai dalam dua tahun. Semua proyek TOD dibangun swasta dan pembangunannya harus melalui tender, kecuali pemrakarsa mampu membangunnya.
Terminal Baranangsiang, lanjut Bambang, akan terkoneksi dengan LRT, begitu juga di Jatijajar nantinya. Kalaupun tidak ada LRT, di lokasi itu ada jaringan transportasi dalam kota yang menghubungkan antarmoda.
Di Jabodetabek, lanjutnya, akan ada 46 TOD, yang dibangun, dimiliki, dan dikelola oleh atau kerja sama antara pemerintah pusat/BPTJ, BUMN, perusahaan swasta, dan pemerintah provinsi. BPTJ melakukan supervisi dan membantu mengkoordinasi pengurusan perizinannya.
"Kami tidak berharap TOD dibangun pakai APBN, tapi pakai uang swasta. Swasta yang menjadi pemrakarsanya, kami bantu dengan mensupervisi agar tidak asal atau salah bangun," katanya.
Direktur Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) Yoga Adiwinarto menilai pengembangan TOD yang dilakukan oleh BPTJ di terminal tipe A terlalu jauh dari pusat kegiatan dan pusat kota. Alih-alih membangun TOD di pinggiran, sebaiknya pemerintah fokus membangun TOD di pusat kota karena sebagian aktivitas penduduk terjadi di situ.
"Konsep TOD tidak hanya fokus di atas stasiun atau terminal tetapi di lokasi yang sudah cukup terbangun. Dengan demikian, pemerintah hanya melakukan intensifikasi bukan membangun baru,” ujar Yoga, kemarin.
Poris Plawad
Terkait Poris Plawad, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saeful Rohman mengatakan, Pemkot Tangerang menyediakan lahan seluas 1,9 hektar dari 5 hektar lahan terminal tipe A yang ada untuk kawasan transportasi terpadu ini.
Dinas Perhubungan akan menata lahan yang tersisa sekitar 3,1 hektar untuk menunjang TOD.
Pemkot Tangerang juga sudah memenuhi semua dokumen terkait persyaratan pembangunan kawasan tersebut.
Terminal ini melayani penumpang bus transjakarta dan transjabodetabek; bus antar kota dalam provinsi (AKDP) tujuan Balaraja, Serang, dan Cilegon; bus antarkota antarprovinsi (AKAP) ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sumatera; bus transtangerang; serta angkot dengan 16 trayek dalam kota dan 6 trayek ke wilayah perbatasan Jakarta Barat, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.
Persis di seberang Terminal Poris Plawad, ada Stasiun Kereta Batu Ceper. Stasiun ini disinggahi KRL rute Tangerang-Duri, serta kereta Bandara Soekarno Hatta- Stasiun Sudirman Baru.
Di masa mendatang, ada kemungkinan ada LRT Kota Tangerang - Tangerang Selatan.
Kepala Terminal Poris Plawad, Sukardi membenarkan, lahan untuk TOD sudah tersedia. (RTS/UTI/DEA/PIN)