Bangun Jalan demi Kemajuan Desa dan Perubahan Paradigma
Jalan setapak di Dusun I dan Dusun II, Desa Karangjambu, di Purbalingga, Jawa Tengah, yang dulu sempit dan sulit dilewati kendaraan, kini mulai terbuka dan lapang. Jalan sepanjang 1,9 kilometer dengan lebar 5 meter yang dibangun bersama personel TNI itu diharapkan dapat memperlancar mobilitas warga dan mempercepat distribusi hasil pertanian.
”Sekarang sudah enak. Jalannya lebar dan lancar untuk dilewati mobil. Biaya sewa mobil juga jadi lebih murah,” kata Triyono (40), warga Desa Karangjambu, saat menunggui kayu-kayu gelondongan yang baru saja ditebangnya, Selasa (17/4/2018).
Triyono yang sehari-hari bekerja sebagai tukang potong kayu mengatakan, saat ini jalan sempit dan hanya berupa tanah, beberapa kali mobil bak terbuka pengangkut kayu harus didorong karena selip. Kini setelah kondisi jalan makadam dengan material batu di atasnya, proses pengangkutan pun kian lancar. ”Dulu bayar sewa mobil sehari bisa Rp 500.000, sekarang bisa lebih murah, Rp 400.000,” katanya.
Dampaknya, kata Triyono, pendapatan per hari pun bertambah. Sebelumnya, ia mendapatkan Rp 40.000 sehari, tetapi saat ini upahnya mencapai Rp 60.000 per hari. Hal serupa juga disampaikan Darsum (40). ”Karena jalannya sudah mudah, harga kayu yang diterima pemilik kayu jadi lebih tinggi. Semula harganya Rp 25.000, sekarang bisa Rp 30.000-Rp 50.000 per gelondong dengan panjang sekitar 160 sentimeter,” kata Darsum.
Martiyah (33), warga setempat, menyampaikan, dengan adanya jalan yang baik ini, Salimun (35), suaminya yang juga bekerja sebagai tukang kayu, jadi bisa pulang lebih awal. ”Sekarang bisa berangkat kerja pakai motor dan pulang pukul 16.00. Dulu sebelum ada jalan ini, suami selalu pulang maghrib dan sering mengeluh minta di-pijitin,” ujarnya.
Peningkatan kualitas jalan tersebut dilakukan melalui program TNI Manunggal Membangun Desa atau TMMD Reguler Ke-101 Kodim 0702/Purbalingga di Desa Karangjambu yang berjarak sekitar 35 kilometer arah utara dari Alun-alun Purbalingga. Selain pembuatan jalan makadam sepanjang 1.975 meter, dibangun pula 3 gorong-gorong, talud sepanjang 30 meter x 2 meter, dan pembangunan pagar SMPN 1 Karangjambu sepanjang 25 meter.
Komandan Kodim 0702/Purbalingga sebagai Dansatgas TMMD Reguler Ke-101 Letnan Kolonel Inf Andy Bagus menyampaikan, ada 209 personel yang terlibat dalam program yang berlangsung selama sebulan ini. Mereka antara lain terdiri dari jajaran TNI, masyarakat, serta mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Total dana mencapai Rp 1,07 miliar dan berasal dari Mabes TNI sebesar Rp 323 juta, APBD Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 160 juta, dan APBD Kabupaten Purbalingga sebesar Rp 590 juta.
Jalan makadam tersebut melewati beberapa rumah warga kemudian selanjutnya membelah bukit. Jalan menanjak, menurun, serta berkelok. Di kanan-kirinya berupa jurang sekaligus pemandangan desa nan hijau dan sejuk yang berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Pada Selasa siang, tampak sejumlah tentara menyelesaikan pembuatan talud agar jalan kokoh dan tidak ambles. Di bawah terik matahari, keringat membasahi kulitnya. ”Kami berharap nantinya jalan ini dapat digunakan masyarakat dengan sebaik-baiknya,” kata Komandan Peleton III Satgas TMMD Reguler Ke-101 Sersan Kepala (Serka) Margiyanto.
Kepala Desa Karangjambu Warsito mengatakan, pembangunan jalan tersebut sangat membantu perkembangan desanya yang dihuni 1.700 kepala keluarga dengan 6.300 jiwa. Sebanyak 80 persen warganya bekerja di sektor pertanian dan perkebunan di lahan seluas 150 hektar dari total luas desa mencapai 555,48 hektar. Hasil bumi unggulan di desa ini antara lain padi, kopi, kapulaga, kayu, serta bunga glagah sebagai bahan baku sapu.
Kayu albasia dari desa ini dengan kualitas super, harganya bisa mencapai Rp 800.000 per meter kubik. ”Produksi kayu di sini per hari bisa 15 meter kubik per hari,” kata Warsito. Adapun kapulaga yang biasa dipakai untuk bahan kosmetik dan jamu kesehatan, harganya Rp 70.000-Rp 90.000 per kilogram kering. ”Per bulan lebih kurang produksinya 5 ton per bulan. Kapulaga biasanya dikirim ke pabrik jamu di daerah Wonogiri,” katanya.
Menurut Warsito, jalan yang dibangun dan diperlebar itu nantinya akan menjadi jalan lingkar kecamatan dan mempersingkat akses warga menuju Desa Ponjen di Kecamatan Karanganyar, Purbalingga, sebagai tempat pemasaran hasil bumi dari Desa Karangjambu. ”Jika lewat Karangreja dan Bobotsari jaraknya mencapai 15 kilometer dan ditempuh dengan waktu 45 menit sampai 1 jam. Jika jalan lingkar kecamatan ini sudah jadi, nanti jaraknya hanya 4,7 kilometer,” kata Warsito.
Pelaksana Tugas Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko saat upacara pembukaan program ini pada 4 April 2018 menyampaikan, pembangunan infrastruktur, sarana prasarana, fasilitas umum dan sosial menjadi kebutuhan masyarakat, terutama di daerah perdesaan. ”Ini sekaligus juga membuka isolasi antardesa sehingga semakin meningkatkan roda perekonomian daerah,” katanya.
Menurut Heru, ada beberapa persoalan di Jateng, antara lain, jumlah penduduk miskin di Jateng per September 2017 sebanyak 4,197 juta jiwa atau sekitar 12,23 persen. Adapun jumlah pengangguran terbuka di Jateng per Agustus 2017 sebesar 4,57 persen. Kemudian Indeks Pembangunan Manusia Jawa Tengah pada 2016 pada angka 69,98. ”TMMD sebagai program lintas sektoral yang melibatkan TNI, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan juga pemerintah daerah serta segenap lapisan masyarakat merupakan salah satu langkah nyata strategis guna mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut,” kata Heru.
Perjumpaan mengubah paradigma
Di balik upaya pembangunan fisik tersebut, perjumpaan warga desa dengan para prajurit TNI itu juga membawa kesan tersendiri. Perjumpaan itu dialami warga, baik saat bergotong royong membangun talud dan jalan maupun pada saat malam hari ketika para prajurit itu istirahat dan tinggal di 22 keluarga.
Keluarga Salimun dan Martiyah, misalnya, menerima 5 prajurit untuk tinggal di rumahnya. Ruang tamu dengan ukuran 3 meter x 2 meter disulap menjadi tempat tidur para prajurit dengan digelari tikar. Tas ransel, seragam, dan perlengkapan para tentara tertata rapi di sudut ruangan.
Martiyah menyampaikan, pernah suatu hari ketika dirinya bersama suami dan anak-anak tidak ada di rumah, para prajurit itu membantu mengangkat jemuran ketika hujan turun. ”Dulu agak takut dan rikuh. Tapi setelah bertemu, ya ternyata sama. Cuma beda pangkat. Saya ibu rumah tangga. Mereka pegawai. Orangnya ramah. Kalau malam di sini sudah seperti keluarga,” kata Martiyah.
Darsum yang pernah turut gotong royong bersama para tentara juga menyampaikan, dulu dia mengira tentara adalah sosok yang angker, gagah, dan menakutkan, tetapi setelah mengenal dan bekerja bersama, pandangan itu berubah. ”Orangnya baik-baik. Dulu saya takut karena saya ini hanya orang kecil saja,” ujar Darsum.
Kepala Desa Karangjambu Warsito menambahkan, perjumpaan dengan tentara bagi warga, mulai dari orang tua hingga anak-anak, memberikan kesan tersendiri. ”Para tentara tidak hanya membangun jalan, tetapi juga ikut membantu menanam padi di sawah, ikut menormalisasi Sungai Tembalang yang sering banjir, dan merapikan lapangan,” kata Warsito.
Menurut Warsito, bagi anak-anak di desanya, kehadiran tentara dapat menumbuhkan kesadaran dan cita-cita untuk menjadi tentara di kemudian hari. Karena sampai saat ini, baru ada seorang warganya yang menjadi tentara. ”Dengan melihat kedisiplinan dan kegagahan para tentara, para generasi muda akan tertarik,” ujarnya.
Serka Margiyanto yang pernah bertugas di daerah konflik, seperti Timor Timur, Ambon, Aceh, dan Papua, menyampaikan, dirinya pun merasa disambut dengan baik oleh warga. Bantuan logistik dan keramahtamahan warga membuatnya bersemangat mengabdi dan bekerja di sana. ”Di sini medan damai, kami bisa berbaur dengan masyarakat. Dulu bisa berbaur tapi sambil waswas. Tapi mengabdi di mana pun kami siap,” kata Margiyanto.