Proyek fisik LRT dan MRT sudah mendekati rampung. Perlu segera ada detil rancangan integrasi antarkedua moda juga dengan transjakarta dan kereta komuter yang telah ada.
JAKARTA, KOMPAS -- Pada Minggu (15/4/2018), rangkaian perdana kereta ringan (LRT) Koridor 1 Kelapa Gading–Velodrom Rawamangun telah terangkai. Rangkaian yang terdiri dari dua kereta ini adalah yang pertama dari delapan rangkaian produksi Hyundai Rottem, Korea Selatan.
Pada Sabtu (15/4/2018) malam pukul 22.00, dua kereta LRT diangkut dari Pelabuhan Tanjung Priok. Humas PT Jakarta Propertindo Harto Pratama mengatakan dua kereta ini dibawa ke jalur LRT di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Rosyid Setiawan, Project Management Officer PT Jakarta Propertindo menambahkan, rangkaian kereta berada di jalur Seksi 5 Koridor 1 LRT Kelapa Gading–Velodrom Rawamangun, yakni di depan Mall Kelapa Gading. Kereta diletakkan di sana sambil menunggu proses pembangunan depo di area Jalan Pegangsaan Dua Jakarta Utara.
Rosyid mengatakan, total akan ada 16 kereta atau 8 rangkaian kereta LRT. Dijadwalkan setiap bulan akan datang satu rangkaian kereta. Setiap kereta berkapasitas 135 orang. Sebelum beroperasi, kereta dua kali uji, kata Rosyid. Dua uji tersebut adalah uji statis dan dinamis. “Uji statis berkaitan dengan kelengkapan kereta, seperti kesesuaian spesifikasi, kondisi jendela, pintu, dan perlatan komunikasi,” kata Rosyid.
Sedangkan uji dinamis untuk menguji jalannya kereta. Rosyid mengatakan, saat ini, progres pembangunan LRT Jakarta Koridor I Kelapa Gading–Velodrom Rawamangun telah mencapai 70 persen. Diharapkan LRT sudah dapat beroperasi sebelum Asian Games 2018.
Walaupun kereta sudah terpasang di jalur, PT Jakarta Propertindo belum memperbolehkan publik melihat langsung kondisi gerbong. “Dengan pertimbangan keselamatan, hanya bisa dengan drone jika ingin mengambil gambar,” kata Harto.
Sekitar sepekan sebelum kereta LRT datang, rangkaian kereta pertama untuk kereta cepat massal (MRT) lebih dulu tiba di Tanjung Priok. Kini rangkaian kereta MRT itu sudah disimpan di depo MRT Lebak Bulus.
Trotoar kunci integrasi
Seiring proyek MRT dan LRT yang mendekati selesai, ada desakan untuk segera menyempurnakan detil rancangan integrasi antarmoda di Jakarta. Tanpa integrasi yang baik, moda transportasi massal baru tersebut akan gagal menarik minat warga meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke angkutan massal. Salah satu kunci integrasi adalah adanya trotoar nyaman penghubung stasiun, halte, pusat bisnis , perkantoran dan fasilitas publik.
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta Damantoro mengatakan, LRT dan MRT memulai era baru transportasi berbasis rel yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setelah 15 tahun memiliki transportasi massal berbasis bus, Transjakarta.
“Integrasi harus dilakukan antara LRT, MRT, Transjakarta juga OK Otrip (integrasi dengan angkutan reguler),” katanya di Jakarta, Sabtu (14/4).
Integrasi yang dimaksud di antaranya sistem pembayaran dan akses berganti moda yang aman, nyaman, dan mudah terjangkau oleh para penumpang. Akses yang menghubungkan antarmoda ini tak boleh lebih dari 500 meter jalan kaki dan disertai fasilitas trotoar yang membuat nyaman pergerakan orang.
Selain akses, integrasi juga perlu dilakukan untuk sistem pembayaran. Damantoro menyarankan, DKI mempunyai bagian khusus yang menata integrasi ini secara khusus.
“Sekarang jadi tugas utama pemerintah untuk menata ini, karena sekarang sudah punya transportasi umum berbasis jalan dan rel sendiri. Stasiun dan halte juga bisa diatur pemerintah sendiri,” katanya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebelumnya mengatakan, LRT menandai era baru transportasi massal di ibu kota. Diharapkan kehadirannya dapat mendorong warga meninggalkan kendaraan pribadi ke transportasi umum yang akan mengurangi kemacetan Jakarta.