Indonesia Pasar Terbesar Bisnis Layanan ”Streaming” di Asia Tenggara
Oleh
DD01
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengguna internet di Indonesia menjadi target pasar paling besar dari layanan streaming video dan televisi yang beroperasi di Asia Tenggara. Jumlah pengguna internet yang besar dan belum meratanya bioskop di seluruh wilayah menjadi kesempatan bagi penyedia layanan.
Direktur HOOQ (perusahaan penyedia layanan video on demand atau streaming televisi) Indonesia Guntur Siboro, di Jakarta, Senin (16/4/2018), mengatakan, dari lima negara tempat beroperasinya layanan tersebut, Indonesia menyumbang jumlah penonton terbanyak. Jika dibandingkan dengan wilayah operasi HOOQ di Singapura, Thailand, Filipina, dan India, Indonesia menyumbang 70-80 persen dari total jumlah penonton.
”Hal itu merupakan kegembiraan sekaligus keprihatinan. Dari sisi bisnis, itu sangat baik, tetapi di sisi lain, hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia terlalu banyak waktu luang,” kata Guntur. ”Indonesia merupakan negara yang sangat penting bagi kami,” lanjutnya.
Chief Content Officer HOOQ Jennifer Batty mengakui, Indonesia merupakan pasar terbesar perusahaan tersebut di Asia Tenggara. HOOQ pun fokus menyajikan layanan streaming untuk konten lokal dan Hollywood.
Sejak beroperasi di Indonesia dua tahun lalu hingga saat ini, akun yang terdaftar berlangganan HOOQ berjumlah 20 juta orang.
Sejak beroperasi di Indonesia dua tahun lalu hingga saat ini, akun yang terdaftar berlangganan HOOQ berjumlah 20 juta orang. Setiap bulan, terdapat 6 juta-8 juta pengguna aktif. Sebanyak 90 persen pelanggan membayar dengan pulsa atau carrier billing, artinya mereka mengakses layanan streaming video dan televisi menggunakan ponsel.
Adapun konten video yang mereka tonton sebanyak 60 persen adalah film lokal, sisanya 40 persen adalah film asing. Salah satu film yang diminati penonton Indonesia adalah Ada Apa dengan Cinta 2 yang diklik hingga 20 juta orang. Film itu juga bertahan selama 3,5 bulan dalam daftar film yang selalu dilihat oleh pengguna.
Menurut Guntur, kehadiran layanan streaming video menjadi kuat karena minimnya bioskop di Indonesia. Bahkan, di beberapa daerah hanya ada satu atau dua bioskop di satu provinsi, misalnya Aceh, Papua, dan Sumatera Utara. ”Jumlah layar bioskop di Indonesia adalah 1.200 buah, sedangkan jumlah penduduk lebih dari 250 juta orang,” katanya.
Oleh karena itu, masyarakat di daerah menjadi target konsumen yang penting. Layanan streaming video dan televisi memudahkan mereka karena bisa diakses di mana saja menggunakan jaringan internet.
Jumlah pengguna internet di Indonesia pun cukup besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan Teknopreneur yang dipublikasikan dalam Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017, pengguna internet di Indonesia berjumlah 143,26 juta jiwa atau 54,7 persen dari total penduduk Indonesia sebanyak 262 juta jiwa.
Sejumlah pengguna internet tersebut tidak hanya berada di perkotaan, tetapi juga di perdesaan. Adapun penetrasi pengguna internet di perkotaan mencapai 72,4 persen dari total penduduk perkotaan. Di perdesaan, pengguna internet mencapai 48,2 persen dari total penduduk perdesaan.
Sebagian besar pengguna internet pun mengaksesnya menggunakan ponsel, yaitu 44,1 persen dari total penduduk. Sisanya menggunakan komputer, laptop, atau gawai jenis lain.
Jumlah pengguna internet pun masih akan terus bertambah seiring dengan perluasan akses terhadap internet yang dilakukan pemerintah. Kementerian Komunikasi dan Informatika membangun jaringan serat optik nasional melalui proyek Palapa Ring di 34 provinsi. Palapa Ring ditargetkan selesai pada 2019.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, Palapa Ring akan mendukung kecepatan internet di seluruh kota dan kabupaten untuk mendorong perekonomian (Kompas, 1/2/2018).
Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Noor Iza mengatakan, proyek tersebut juga sudah beroperasi di beberapa wilayah.
”Diperkirakan proyek Palapa Ring di Indonesia barat sudah bisa beroperasi, di Indonesia tengah pertengahan 2018, dan Indonesia timur ditargetkan beroperasi pada 2019,” ucapnya (Kompas, 16/3/2018).