Pesona Pulau Lengkuas, Janganlah Sampah Mengotori
Salah satu destinasi wisata unggulan (primadona) di wilayah Bangka Belitung, yakni Pulau Lengkuas, mulai dikotori sampah para pengunjung. Petugas penjaga di pulau itu mengaku selalu kewalahan menangani sampah, terutama saat arus pengunjung sedang ramai.
Perilaku tidak tertib wisatawan yang membuang sampah di celah-celah batu atau menyerakkannya di pasir pantai dikeluhkan penjaga ketika Kompas tiba di pulau itu, Sabtu (14/4/2018) petang. Meski telah berulang kali dibersihkan, sampah selalu saja muncul ketika pengunjung berdatangan.
Seperti yang terlibat pada Sabtu petang, pengunjung tampak ramai. Sejumlah perahu motor yang mengangkut pengunjung baru saja meninggalkan pulau itu ketika empat lainnya mendekati pantai, Sabtu pukul 14.45. Namun, di saat yang sama juga sudah ada empat perahu yang berlabuh.
Puluhan pengunjung tampak berseliweran menikmati pasir pantai, melakukan swafoto, dan memotret obyek lainnya. Mereka menenteng kantong plastik, botol, atau gelas plastik air mineral, dan snack.
”Sampah dari bekas barang bawaan pengunjung selalu berserakan. Hanya sedikit orang yang membuang pada tempatnya. Mengapa kita tidak peduli dengan obyek wisata yang indah ini. Mari kita rawat bersama pulau ini,” kata Syamsuri, petugas penjaga di pulau itu.
Pulau Lengkuas adalah salah satu tujuan utama pariwisata di Bangka Belitung (Babel) yang dapat dicapai dalam waktu 30 menit dengan perahu motor dari Pantai Tanjung Kelayang di Pulau Belitung.
Ada beberapa daya tarik utama pulau seluas satu hektar itu. Pantai berpasir putih, tumpukan batu-batu granit ukuran raksasa yang seakan tertata, dan lautnya yang jernih, menambah pesona alam pulau yang dirimbuni hutan alam dan puluhan nyiur.
Panorama alamnya yang dihiasi batu-batu granit yang unik, pasir putih, dan air laut yang jernih itu menjadi daya tarik yang unik bagi wisatawan.
Pulau kecil yang bisa dikelilingi dalam 20 menit dengan perahu motor itu bisa dicapai dengan perahu sewaan dari Tanjung Kelayang, Tanjung Binga, dan Tanjung Tinggi.
Di pulau tersebut juga sebenarnya terdapat tempat penangkaran penyu. Sayangnya, Kompas tidak berkesempatan melihatnya. Namun, keindahan di sisinya yang lain bisa dinikmati, yakni melihat pemandangan bawah laut yang indah dengan melakukan snorkeling.
Pada Sabtu sore, setidaknya ada enam perahu motor yang masing-masing membawa 15 penumpang diarahkan ke perairan dangkal di sisi utara pulau agar pengunjung dapat menikmati pemandangan bawah laut dengan snorkeling. Lautnya jernih, banyak jenis ikan, dan ekosistemnya masih terjaga.
Beberapa pengunjung turun dari perahu dan melakukan snorkeling. ”Tempatnya keren, banyak ikan dan terumbu karang yang indah,” kata seorang rekan sambil mengacungkan jempol.
Daya tarik utama pulau itu adalah sebuah mercusuar tua yang dibangun oleh pemerintah Belanda pada 1882. ”Menara suar ini setinggi 65 meter dan memiliki 18 lantai,” kata Syamsuri.
Mercusuar itu tidak hanya menjadi ikon pariwisata semata, tetapi hingga kini masih mengemban tugas penting, yakni sebagai penuntun lalu lintas (navigasi) kapal yang melewati atau masuk keluar Belitung.
Bangunan mercusuar itu termasuk yang dilestarikan. Dari ketinggian menara suar, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan Belitung yang lebih luas dan jelas. Namun, untuk alasan yang tak dijelaskan oleh petugas, pengunjung hanya boleh naik ke menara hingga tidak melampaui lantai tiga.
Di dinding menara itu tertulis ”Vervaardigd Door L.I. Enthoven & Co. Fabrikanten Te Gravenhage”. Jika diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia, tulisan itu berarti ”Menara ini dibangun oleh L.I. Enthoven & Co, perusahaan yang berpusat di Den Haag”.
Pulau Lengkuas yang kini semakin ramai dikunjungi wisatawan merupakan daerah kerja Direktorat Navigasi, Direktorat Jenderal Perhubungan laut, Kementerian Perhubungan. Syamsuri dan beberapa rekannya yang menjaga mercusuar dan pulaunya merupakan pegawai direktorat tersebut.
Syamsuri baru tiga bulan ditempatkan di Pulau Lengkuas untuk jangka waktu sembilan bulan yang dapat diperpanjang atau ditugaskan ke pulau lain untuk menjaga mercusuar serupa.
Pria asal Sulawesi itu mengharapkan para wisatawan, terutama wisatawan domestik, agar jika berkunjung ke Pulau Lengkuas jangan lagi mengulangi perilaku tidak terpuji, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya.
Gubernur Babel Erzaldi Rosman Djohan mengatakan, Pulau Lengkuas merupakan salah satu obyek wisata unggulan di wilayahnya. Pulau ini berada dalam Kawasan Strategis Prioritas Nasional (KSPN) Tanjung Kelayang yang berlokasi di Belitung, pulau terbesar kedua di wilayah itu setelah Bangka.
Setelah Presiden Joko Widodo menetapkan Babel sebagai salah satu dari 10 destinasi baru pariwasata setelah Bali beberapa waktu lalu, Erzaldi berangan-angan menjadikan Babel sebagai Bali kedua.
”Bahkan, Babel bisa menyamai Malidives (Maladewa). Kepulauan Maldives tidak seindah pulau-pulau di wilayah ini,” kata Erzaldi dalam sambutan saat acara HUT Ke-46 REI di Pangkal Pinang, Kamis lalu.
Nama ”lengkuas” bagi Pulau Lengkuas bukan berasal dari nama tanaman lengkuas (Alpinia galanga).
Menurut seorang pejabat di Pangkal Pinang, nama itu berasal dari sebutan long house yang merujuk pada bangunan panjang di sekitar mercusuar untuk tempat tinggal para penjaganya.
Konon karena warga lokal tak biasa mengucapkan kata bahasa Inggris itu lalu menyebut dengan kata ”lengkuas”.
Semoga Pulau Lengkuas benar-benar bisa menjadi obyek wisata yang menyenangkan, bebas sampah.