Merak-Surabaya Tersambung Tol, Pemudik Diminta Manfaatkan Juga Jalan Arteri
[gallery size="large" ids="108199699"]
JAKARTA, KOMPAS — Pada masa arus mudik Juni mendatang, pemudik yang sebagian besar merupakan masyarakat dari daerah Jabodetabek dapat melintasi jalan tol yang telah tersambung dari Merak, Banten, hingga Surabaya, Jawa Timur, atau Tol Trans-Jawa.
Beberapa ruas jalan tol yang masih dikerjakan akan dapat berfungsi sementara (fungsional) saat arus mudik. Meski begitu, pemudik diimbau untuk tidak hanya terkonsentrasi di jalan tol. Hal itu agar tidak terjadi kapasitas berlebih.
Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Royke Lumowa saat ditemui di Jakarta, Rabu (11/4/2018), mengatakan, jalan tol Trans-Jawa dari Merak hingga Surabaya telah tersambung dan dapat dilintasi pada arus mudik tahun ini. Meski begitu, beberapa ruas jalan tol ada yang bersifat fungsional.
Royke berharap para pemudik untuk dapat menggunakan tol secara proporsional. Artinya, pemudik mau menggunakan jalan arteri, jika jalan tol sudah penuh atau padat.
”Jangan karena semua sudah tersambung (jalan tol dari Merak-Surabaya) antusiasme masyarakat tumpah semua di tol, baik itu operasional maupun yang fungsional. Nanti akan terjadi pengalaman seperti Brexit (pintu tol Brebes Exit) tahun 2016 yang semuanya ingin mencoba jalan tol baru, tetapi berakibat overcapacity (kapasitas berlebih). Akhirnya, adanya tol menjadi kontraproduktif,” kata Royke.
Untuk mengantisipasi kapasitas berlebih di beberapa ruas jalan tol baru, Royke mengatakan, Korlantas akan menerapkan berbagai metode rekayasa lalu lintas. Metode itu, seperti contra flow (lawan arus), buka tutup jalur, dan pengalihan arus dari jalan tol ke jalan arteri.
”Tahun kemarin, khususnya jalan arteri di pantura (jalur pantai utara jawa) itu kebanyakan lancar pas arus mudik,” kata Royke.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, total panjang tol fungsional di sepanjang tol Trans-Jawa ialah 178 kilometer, sedangkan yang sudah beroperasi normal (operasional) 342 kilometer.
Menurut Arie, beberapa ruas jalan tol yang sifatnya fungsional, antara lain jalan tol ruas Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo (seksi Salatiga-Kartosuro), dan Ngawi-Kertosono (seksi Wilangan-Kertosono).
Untuk tol fungsional dari Pemalang hingga Semarang menurut rencana hanya akan dibuka searah dengan dua lajur. Searah ke arah Jawa Tengah saat arus mudik dan searah ke Jakarta saat arus balik.
”Selain ruas yang disebutkan fungsional, semuanya operasional (beroperasi normal). Kami akan cek kesiapan tol fungsional pada 31 Mei 2018. Targetnya, paling lambat tol fungsional dapat dibuka paling lambat tanggal 10 Juni 2018 atau lima hari sebelum lebaran,” kata Arie.
Arie memastikan, kondisi tol fungsional pada masa mudik 2018 lebih baik dibandingkan tol fungsional Pejagan-Semarang pada tahun 2017. Tekstur jalan tol fungsional tahun ini sebagian besar lapisannya sudah rigid pavement, satu lapisan di atas lean concrete yang menjadi lapisan jalan tol fungsional Pejagan-Semarang 2017.
Meski begitu, karena keterbatasan rambu dan penerangan jalan di tol fungsional, pihaknya berencana membuka tol hanya saat siang hari. ”Akan tetapi, kalau Kakorlantas memutuskan tol fungsional harus dibuka 24 jam, kami akan siapkan beberapa lampu tambahan untuk membantu penerangan,” ujar Arie.
Jalur selatan
Menurut Arie, tahun ini pemerintah mulai memperkenalkan jalur selatan-selatan. Jalur itu khususnya akan diperkenalkan untuk arus balik Lebaran. Jalur selatan dinilai lebih memiliki pemandangan yang indah karena berada di jalur wisata yang menyusuri pantai di bagian selatan Pulau Jawa.
”Targetnya agar nanti di arus balik terbagi tidak hanya melewati Nagreg. Jadi dari Banjar itu bisa ke arah Pangandaran terus hingga Palabuhan Ratu sampai ke Sukabumi. Setelah itu dapat masuk tol fungsional Ciawi-Cigombong,” kata Arie.
”Lebih jauh sekitar 50 km kalau lewat selatan, tetapi sejauh ini lebih indah pemandangannya dan lebih sepi sekaligus memperkenalkan wisata lokal di selatan,” lanjut Arie.
Kondisi tol fungsional Ciawi-Cigombong pun dinilai sudah lebih siap dibanding tol fungsional lainnya karena menurut rencana akan dioperasionalkan pada Juli 2018.
Lebih berat
Pihak kepolisian menilai, tantangan pemerintah untuk menghadapi musim mudik 2018 lebih berat. Royke mengatakan, harapan masyarakat terhadap penyelenggaraan mudik 2018 akan tinggi karena berkaca dari keberhasilan pemerintah menjaga keamanan arus mudik tahun 2017.
Tantangan pemerintah untuk menghadapi musim mudik 2018 lebih berat.
Meski begitu, Royke tetap optimistis penyelengaraan mudik 2018 dapat memenuhi harapan masyarakat. Penambahan personel pun dilakukan pihak kepolisian untuk pengamanan arus mudik.
”Tentu akan ada pertambahan personel untuk penjagaan arus mudik nanti. Saya tadi sudah bicara dengan Pak Waka (Wakapolri Syafarudin), penambahan sekitar 5-10 persen. Saat ini jumlah personel kami di seluruh Indonesia 173.000,” ujar Royke.
Selain itu, Royke mengatakan, pihaknya akan segera meluncurkan aplikasi berbasis daring untuk memandu pemudik. Aplikasi tersebut diberi nama NTMC Traffic Mudik. Polri bekerja sama dengan Google Maps untuk dalam pembuatan aplikasi tersebut.
Sementara itu, Arie mengatakan, lalu lintas di jalan tol Trans-Jawa pada arus mudik dibandingkan hari normal pada 2018 diprediksi meningkat 64 persen. Sementara itu, untuk arus balik diprediksi mengalami peningkatan 97 persen.
Selain penyediaan jalan tol, Kementerian PUPR berkomitmen untuk menciptakan jalan nasional (jalan arteri) tanpa lubang pada arus mudik nanti. Untuk diketahui, ruas jalan di Indonesia terbagi menjadi tiga berdasarkan kewenangannya, yaitu jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten.