Rektor Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Akhmad Khairuddin, memberikan khotbah dalam peringatan Isra Miraj di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/4/2018). Acara ini dihadiri Presiden Joko Widodo bersama 135 ulama, penghulu, penyuluh, 30 anak yatim, duta besar sejumlah negara sahabat, para menteri, dan pimpinan lembaga negara.
Ketika Nabi menerima perintah shalat lima waktu secara langsung, lanjut Khairuddin, hal ini juga bisa dimaknai sebagai bagian dari pembinaan karakter bangsa. Sebab, shalat membingkai iman dan pengendalian diri. Hal ini pun ditegaskan dalam sila pertama Pancasila. ”Bangsa Indonesia harus melaksanakan ajaran agama yang diimani sehingga timbul kepercayaan diri untuk bangkit dan maju,” tutur Khairuddin.
Peristiwa besar seperti Isra Miraj, kata Presiden Joko Widodo, merupakan momentum yang baik bagi manusia untuk terus berbuat lebih baik. Dalam konteks kebangsaan, pembangunan harus lebih baik dengan ikhtiar meningkatkan kesejahteraan umat perlu lebih kuat dan kontribusi pada perdamaian dunia juga dilanjutkan.
”Setiap kita memperingati Isra Miraj, semestinya kita selalu ingat untuk naik ke arah lebih baik. Kualitas hidup masyarakat harus meningkat, ekonomi bangsa khususnya juga meningkat, kewibawaan Indonesia di mata internasional juga meningkat,” tutur Presiden.
Ikhtiar untuk mengentaskan orang miskin, pemerataan kesejahteraan, dan memperbaiki ekonomi umat harus terus dilakukan. Pembangunan akses kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara, juga diteruskan.
Dengan upaya-upaya itu, Presiden optimistis Indonesia dan Islam di dunia akan menapak ke jenjang yang lebih tinggi.
Acara ini juga diisi lantunan ayat-ayat suci Al Quran oleh Rifdah Farnidah, peringkat kedua Musabaqah Hifzhil Quran Internasional 2018 di Amman, Jordania. Pada akhir acara, Ketua Komisi Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis memimpin doa bersama.
Kebangsaan
Optimisme, menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, juga bisa dirasakan dari peristiwa Isra Miraj. Untuk itu, umat beragama tetap optimistis dan bekerja dalam kejujuran dan kesucian hati seperti keteladanan Nabi Muhammad SAW.
”Dengan prinsip Isra Miraj, kita hadirkan agama yang moderat dengan karakter wasatiyah. Indonesia menunjukkan Islam di sini berkarakter wasatiyah dan mampu merawat kemajemukan. Jangan merusak tenunan Indonesia dengan sikap intoleran,” kata Lukman. (INA)