Menengok Kubur Tempayan di Situs Lambanapu Sumba Timur
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·2 menit baca
Sejak dua tahun lalu, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penelitian secara intensif di Desa Lambanapu, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Hasilnya luar biasa, para peneliti menemukan area pemakaman prasejarah Situs Lambanapu yang diduga berkembang sejak periode 2000 tahun lalu.
Hasil penelitian Situs Lambanapu menunjukkan adanya sistem penguburan yang dilakukan pada masa prasejarah menggunakan wadah tempayan. Penemuan kubur dengan wadah tempayan ditemukan peneliti Puslit Arkenas tahun 2016 di sebuah permukiman warga di Lambanapu.
Begitu dilakukan ekskavasi atau penggalian di sebuah pekarangan warga di pinggir Sungai Kambaniru, Lambanapu, hanya dalam kedalaman 1 meter ditemukan lima kerangka individu yang dikubur dalam posisi terlentang dan tujuh kubur tempayan yang berisi tulang belulang manusia yang belum terbuka.
”Lima individu dikubur dengan sistem penguburan tunggal primer (dikubur langsung di tempat). Adapun tulang belulang yang berada di dalam tempayan dikubur dengan sistem penguburan tunggal sekunder (setelah dikubur dalam beberapa waktu, tulang belulang lalu dimasukkan ke dalam tempayan dan dikubur lagi),” kata Retno Handini, arkeolog Puslit Arkenas, Rabu (11/4/2018) di Situs Lambanapu, Waingapu, Sumba Timur, NTT.
Dari tempat tersebut, para peneliti kemudian mencoba melakukan penggalian lagi sekitar 50 meter dari lokasi penggalian awal dan lagi-lagi mereka menemukan kompleks penguburan kembali. Tempat penggalian yang baru berada di rumah Andreas Maramba, ketua RT setempat.
Di belakang rumah Andreas setidaknya ditemukan 13 kerangka individu manusia dan satu kubur tempayan yang mirip dengan hasil penggalian sebelumnya. Yang paling menarik lagi adalah para peneliti juga menemukan bekal-bekal kubur yang ternyata masih bisa ditemukan dalam tradisi masyarakat Sumba saat ini, salah satunya kalung Lulu Amah atau bandul kalung terbuat dari logam yang biasa digunakan masyarakat sebagai belis atau mas kawin.
Selain itu, ditemukan juga bekal-bekal kubur lain, seperti manik-manik kalung dari kerang, giwang perunggu, gelang kerang, dan beliung.
Lanjutan penelitian
Penelitian jejak prasejarah di Sumba sebenarnya sudah dilakukan lama. Beberapa peneliti Belanda dan Jerman, seperti HR Van Heekern, Onvle, R Von Heine Geidern, Van Den Berg, dan Dammerman, pernah meneliti tempat ini. Selanjutnya, para peneliti Indonesia melanjutkannya, seperti yang dilakukan Oe Kapita, RP Soejono, Haris Sukendar, Ayu Kusumawati, Retno Handini, Citha Yuliati, dan Dewa Kompiang Gede.
Arkeolog senior Prof Harry Truman Simanjuntak menyebut penemuan situs penguburan prasejarah di Lambanapu mirip dengan situs-situs prasejarah lainnya seperti yang juga ditemukan di Gilimanuk, Bali. Ini menunjukkan, sejak ribuan lalu telah terjadi konektivitas budaya dari daerah satu ke daerah lainnya.