WAINGAPU, KOMPAS — Dari 1980-an hingga sekarang, para peneliti telah menemukan 44 kubur tempayan dan 41 kubur tanpa wadah di Situs Lambanapu, Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Pekuburan itu merupakan peninggalan manusia prasejarah sekitar 2000-an tahun lalu.
Kubur-kubur tersebut ditemukan di kedalaman 40 sentimeter hingga 150 sentimeter di bawah permukaan tanah. Arkeolog menemukannya di belakang hunian warga di Desa Lambanapu, tepatnya di pinggir Sungai Kambaniru.
Kepala Balai Arkeologi Bali Dewa Kompiang Gede mengungkapkan, temuan kubur di Situs Lambanapu memiliki kemiripan dengan kubur-kubur tempayan di Situs Gilimanuk, Bali.
”Di sekitar kerangka individu manusia yang dikubur biasanya ditemukan bekal-bekal kubur berupa manik-manik, tempayan tempat menguburkan tulang belulang manusia, dan aneka macam bekal kubur lainnya. Cara penguburannya sama dan diperkirakan berasal dari periode masa yang sama,” kata Dewa, Rabu (11/4/2018) di Lambanapu, Waingapu, Sumba Timur, NTT.
Di Situs Gilimanuk, almarhum arkeolog RP Soejono mulai melakukan penelitian sejak 1963. Penelitian dilakukan setelah warga menemukan kompleks pemakaman saat pembangunan jalan ruas Gilimanuk-Singaraja.
Total ada 150-an kerangka individu manusia di Situs Gilimanuk. Penguburan dengan sistem dan masa yang sama juga ditemukan di sekitar pantai utara Bali.
Melihat coraknya yang sama, arkeolog senior Prof Harry Truman Simanjuntak yakin bahwa Situs Gilimanuk dan Situs Lambanapu memiliki konektivitas budaya. Mereka diduga merupakan bagian dari kelompok penutur Austronesia.