90 Juta Orang Jadi Target Perusahaan Kartu Kredit Digital
Oleh
DD13
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 90 juta masyarakat Indonesia kategori underbanked menjadi pasar besar bagi perusahaan teknologi finansial, khususnya sektor kartu kredit digital. Mereka adalah generasi milenial dengan penghasilan kategori menengah ke atas yang sering bertransaksi secara daring.
Underbanked adalah masyarakat yang telah terjangkau layanan keuangan formal. Namun, mereka masih memiliki akses layanan yang terbatas. Misalnya, mereka belum memenuhi persyaratan untuk mengajukan kartu kredit ke bank.
Co-Founder dan CEO Kredivo Akshay Garg seusai konferensi pers terkait kerja sama Kredivo dan Tokopedia, di Jakarta, Selasa (10/4/2018), menyatakan, Kredivo sebagai perusahaan teknologi finansial kartu kredit digital terbesar di Indonesia menargetkan dua segmentasi pasar dari empat yang tersedia.
”Mereka generasi milenial dengan usia kisaran umur 20-30 tahun,” kata Garg. Kredivo atau PT FinAccel Teknologi Indonesia adalah perusahaan teknologi finansial di bidang kartu kredit digital di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kredivo, terdapat empat segmentasi pasar di Indonesia. Segmen pertama adalah kalangan atas dengan pendapatan di atas Rp 25 juta per bulan. Segmen kedua adalah kelas menengah ke atas yang memiliki penghasilan Rp 7 juta-25 juta per bulan.
Segmen ketiga mencakup kelas menengah dengan pendapatan Rp 3 juta-Rp 7 juta per bulan. Adapun segmen keempat adalah kelas bawah yang penghasilan kurang dari Rp 3 juta.
Ia mengungkapkan, segmen kedua dan ketiga menjadi target utama. Segmen kedua berjumlah sekitar 14,8 juta rumah tangga dan ketiga 32,5 juta rumah tangga. Jika dalam satu rumah tangga terdiri dari dua orang yang bekerja, total jumlah pasar menjadi lebih dari 90 juta orang.
”Dari jumlah itu, kurang dari 5 persen yang memiliki akses ke kartu kredit,” ujarnya. Padahal, mereka adalah generasi milenial yang memiliki akses ke teknologi digital dan rata-rata baru bekerja. Mereka membutuhkan dana kredit untuk memenuhi kebutuhan.
Kredivo bekerja sama dengan berbagai platform e-dagang, seperti Lazada, Bukalapak, Shopee, Blibli, JD.id, Bhinneka, dan Tokopedia. Kerja sama bertujuan untuk memperluas jangkauan peminjaman dana.
Menurut COO Tokopedia Melissa Siska Juminto, kerja sama itu membangun sistem keuangan digital yang lebih memudahkan dalam transaksi e-dagang. Ekosistem e-dagang Indonesia dinilai terhambat karena penetrasi kartu kredit yang masih rendah.
Secara keseluruhan, kurang dari 3 persen penduduk Indonesia memiliki akses ke kartu kredit. Sementara sebagian besar konsumen masih mengandalkan transfer bank dan pembayaran tunai ketika barang tiba (cash on delivery/CoD).
Kerja sama di bidang kartu kredit dinyatakan sebagai salah satu cara mendukung keuangan inklusi yang menjadi program pemerintah. Hal itu karena pelanggan memiliki tambahan alternatif pembayaran.
Data dari Bank Indonesia terkait alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) terdapat 17,4 juta kartu kredit yang dikeluarkan per Februari 2018. Namun, menurut Garg, hanya 7 juta orang yang memilikinya. Dengan demikian, satu orang rata-rata memegang dua kartu.
Selain itu, kata Melissa, konsumen juga diuntungkan karena layanan digital membuat transaksi menjadi cepat dan transparan. Sistem kartu kredit digital akan mengkalkulasi data yang dimiliki oleh pelanggan. Setelah itu, sistem akan menjabarkan penawaran cicilan sesuai kemampuan pelanggan.
Kredivo merupakan perusahaan kartu kredit digital pertama yang diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Target tinggi
Garg menyatakan, Kredivo merupakan perusahaan kartu kredit digital pertama yang diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan. Ia mengakui, Kredivo hingga kini fokus untuk mengembangkan bisnis di Indonesia karena memiliki potensi pasar yang sangat besar.
Kredivo saat ini memiliki kurang dari 500.000 pelanggan dengan 20.000-25.000 transaksi per hari. Perusahaan itu menargetkan untuk memiliki lebih dari 1 juta pelanggan pada tahun 2018 dengan 150.000-200.000 transaksi per hari.
”Kami menargetkan memiliki 10 juta pelanggan pada 2020. Angka itu besar, tetapi kami optimistis karena pertumbuhan perusahaan naik pesat dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.
Perusahaan itu juga berusaha agar memiliki bagian dalam transaksi e-daring sebesar 5-10 persen dalam empat tahun ke depan. Saat ini Indonesia menjadi target pasar utama, tetapi tidak menutup kemungkinan negara lain di Asia Tenggara akan menjadi target berikutnya.
PT FinAccel Teknologi Indonesia didanai oleh beberapa investor, seperti Jungle Ventures, NSI Ventures, GMO, dan AlphaJWC. NSI Ventures adalah salah satu perusahaan yang mendanai Go-Jek, perusahaan rintisan aplikasi transportasi Indonesia yang masuk kategori unicorn. Kategori unicorn berarti perusahan itu memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS.