Tekan Pengangguran, Relevansi Kemampuan Lulusan SMK Ditingkatkan
Oleh
DD13
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus berkolaborasi dengan pelaku industri untuk meningkatkan relevansi kemampuan lulusan sekolah menengah kejuruan dengan kebutuhan dunia kerja guna menekan jumlah penganggur. Saat ini, sebagian besar penganggur merupakan lulusan sekolah kejuruan.
Data dari Survei Angkatan Kerja Nasional per Agustus 2017 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, secara keseluruhan terdapat sekitar 7,04 juta penganggur di Indonesia dari 128,6 juta angkatan kerja yang tersedia. Sebanyak 11,41 persen merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Kepala Seksi Kerja Sama Industri Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMK pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Yuliati Sri Nurhidayati menyatakan, kolaborasi dengan swasta dilakukan demi peningkatan sistem link and match. Sistem itu adalah penyesuaian keterampilan lulusan SMK dengan yang dibutuhkan pelaku industri.
”Kami sudah bekerja sama dengan berbagai pelaku industri, seperti PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) dan PT Trans Retail Indonesia (Transmart),” ujar Yuliati seusai konferensi pers bertajuk ”Khong Guan SMK Sales Awards 2018”, di Jakarta, Senin (9/4/2018).
Pemerintah kali ini bekerja sama dengan PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia. Kerja sama dilakukan untuk mengurangi penganggur lulusan SMK bidang bisnis dan pemasaran dengan mengadakan kompetisi pemasaran produk biskuit.
Dalam Buku Data SMK 2017/2018 oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemdikbud, terdapat 13.926 SMK dengan total siswa mencapai 4,9 juta orang.
Siswa di bidang keahlian bisnis dan manajemen berjumlah 1,2 juta orang dan sekitar 400.000 orang lulus setiap tahun. Salah satu subbidang bisnis dan manajemen adalah jurusan bisnis dan pemasaran yang memiliki 70.541 siswa.
Menurut Yuliati, siswa jurusan bisnis dan pemasaran membutuhkan pengalaman yang mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja. Apalagi, salah satu tujuan utama dari SMK adalah menciptakan tenaga kerja terampil siap pakai.
Founder Komunitas Sales Indonesia (Komisi) dan Founder Sales Director Indonesia (SDI) Dedy Budiman menyebutkan, bisnis dan manajemen merupakan salah satu dari lima bidang yang diminati. Akan tetapi, jurusan bisnis dan pemasaran memiliki gengsi yang berbeda dengan dua subbidang lain, yaitu jurusan manajemen perkantoran serta akuntansi dan keuangan.
Siswa SMK jurusan bisnis dan pemasaran merupakan sumber daya manusia yang penting. Mereka berperan meningkatkan penjualan produk sebuah perusahaan.
”Padahal, siswa SMK jurusan bisnis dan pemasaran merupakan sumber daya manusia yang penting. Mereka berperan meningkatkan penjualan produk sebuah perusahaan,” ucapnya.
National Sales Manager PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia Tommy Hartono mengatakan, kompetisi yang digelar Khong Guan berupaya memberikan siswa SMK jurusan bisnis dan pemasaran pengalaman menjual produk secara langsung dan ditolak oleh pelanggan.
Pengalaman ditolak oleh pelanggan akan mengasah mental siswa sehingga mereka menjadi gigih. Kegigihan akan menjadi modal yang besar ketika bekerja nanti.
Ia menyebutkan, kompetisi tersebut juga mengasah keterampilan menjual produk secara fisik dan luar jaringan (luring). Promosi penjualan produk secara luring masih dibutuhkan oleh beberapa perusahaan sekalipun Indonesia telah memasuki era digital. ”Produk seperti biskuit hanya dijual secara skala besar pada hari raya,” ujarnya.
Oleh karena itu, produk biskuit secara umum masih dibeli secara skala kecil. Sulit bagi perusahaan untuk menjual produk secara daring karena ongkos pengiriman menjadi lebih mahal daripada harga barang.
Belum ada data
Pemerintah mengakui belum memiliki data konkret terkait serapan tenaga kerja lulusan SMK di seluruh Indonesia. Data lulusan yang bekerja baru dimiliki sekolah.
”Kami masih mengumpulkan datanya,” kata Yuliati. Dengan tidak adanya data serapan tenaga kerja lulusan SMK, pemerintah juga belum memiliki data terkait bidang keahlian apa saja yang diminati dan tidak.
Menurut Yuliati, data BPS terkait penganggur dengan jumlah terbanyak merupakan lulusan SMK perlu dikaji lebih jauh. Hal tersebut karena penelitian dilakukan ketika banyak siswa kejuruan yang baru saja lulus sehingga masih menganggur.