Mana yang Lebih Menarik, Tinju atau MMA?
Manakah yang lebih seru, pertandingan (profesional) tinju atau olahraga beladiri campuran alias mixed martial art (MMA)? Pertanyaan ini selalu mengemuka di antara pencinta olahraga beladiri dunia.
Fanatis tinju tentu mengatakan, cabang olahraga andalannya lebih seru. Atlet tinju mampu mempertontonkan acara tarung sampai 12 ronde sehingga penonton memiliki waktu panjang untuk menikmati pertandingan.
Duel tinju juga dianggap lebih ”ramah” dibandingkan dengan MMA yang acap kali brutal. Saking kerasnya pertarungan, MMA dituding lebih tepat disebut bertarung, dalam artian kurang manusiawi, bukan berolahraga.
Namun, sebaliknya, menurut pencinta beladiri campuran, MMA yang merupakan aliran ”gado-gado” dari tinju, karate, judo, gulat, dan sebagainya justru merupakan cabang olahraga tarung sejati. MMA hadir untuk memberi alternatif hiburan yang tidak mampu disuguhkan pertandingan tinju, yang semakin hari semakin membosankan.
Meski tinju mempertontonkan pertarungan 12 ronde, sebagian besar waktu lebih banyak dipakai atletnya untuk berlari-lari di atas ring guna menghindari serangan lawan. Adapun tarung MMA, kebanyakan sudah dimulai sejak bel dibunyikan. Lagi pula, walaupun bertanding sebanyak 3 ronde (pertandingan biasa) dan 5 ronde (kejuaraan), selama masing-masing lima menit, atlet MMA lebih banyak menguras tenaga dibandingkan tinju.
Tudingan pencinta MMA tentang kelemahan tinju memang ada benarnya. Sebut saja contoh pertandingan tinju kelas berat antara juara bertahan Anthony Joshua dan Joseph Parker pada 31 Maret 2018. Di empat ronde awal, praktis kedua petinju yang masing-masing menyandang sabuk juara dunia itu, hanya menari-nari di atas ring. Tidak terlihat upaya keras kedua petinju untuk memukul lawannya.
Delapan ronde berikutnya, kondisinya tidak jauh berbeda. Kedua petinju sangat solid menjaga jarak agar tidak mudah diserang. Meski Joshua menang mutlak, setelah 12 ronde bertarung, lawannya Parker nyaris tidak mendapat luka berarti.
Saking membosankannya pertandingan itu, menurut mantan juara dunia kelas berat Tyson Fury asal Inggris, seperti dikutip harian The Sun, laga itu persis perkelahian dua orang gelandangan. Tidak ada kemampuan dan teknik fenomenal yang dipertontonkan kedua petinju untuk merobohkan lawannya. ”Tidak menarik, buang-buang uang dan waktu, persis seperti lelucon,” kata Tyson yang merupakan salah satu calon lawan Joshua.
Kata kunci, ”semakin kurang menarik” memang sering dilontarkan kepada tinju. Banyak penggemar tinju mengalihkan tontonan ke MMA karena merasa duel tinju di atas ring kurang efektif. Waktu tarung yang panjang tidak dibarengi dengan adu pukul yang ketat.
Lebih banyak petinju yang berprinsip, hit and run atau pukul lawan secepat mungkin, lalu cepat bergerak menghindari balasan. Prinsip itulah yang membuat pertandingan tinju lebih banyak diisi gerakan menari di atas ring.
Olahraga tinju hanya mengandalkan satu senjata, yaitu kepalan tangan dengan gerakan dasar jab (pukulan lurus ringan), straight (pukulan lurus keras), uppercut (pukulan dari bawah ke atas), dan hook (pukulan melengkung). Sasaran pukulan tinju juga dibatasi, hanya pada bagian kepala (tidak termasuk bagian belakang) dan badan.
Olahraga tinju hanya mengandalkan satu senjata, yaitu kepalan tangan dengan gerakan dasar jab (pukulan lurus ringan), straight (pukulan lurus keras), uppercut (pukulan dari bawah ke atas), dan hook (pukulan melengkung).
Sementara MMA memiliki senjata komplet dan boleh menyerang ke seluruh bagian tubuh lawan kecuali bagian belakang kepala dan alat vital (laki-laki). Seluruh gerakan tinju boleh dipakai, ditambah alat sikut, kaki, dan dengkul. Atlet MMA boleh meninju, menyikut, menendang, menyodok dengan lutut, membanting, dan melakukan teknik kuncian agar lawan menyerah. Dengan senjata yang beragam, tidak jarang atlet MMA mengalami luka di bagian kepala dan wajah yang mengucurkan darah sampai membasahi lantai ring berpagar kawat berbentuk segi delapan, segi sepuluh, atau lingkaran.
Wasit tinju akan menghentikan pertandingan apabila salah seorang petinju dipukul jatuh dan langsung melakukan hitungan sampai angka sepuluh. Apabila petinju masih dapat berdiri sampai hitungan delapan, dan dianggap masih kuat, wasit akan meneruskan pertandingan.
Sementara wasit MMA akan mendiamkan atlet yang dipukul jatuh. Tidak pernah ada hitungan. Wasit akan menghentikan pertandingan apabila salah seorang atlet KO, menyerah karena teknik kuncian, atau tidak berdaya lagi membela diri.
Dengan kondisi seperti itu, pertandingan MMA memang menjadi tontonan lebih menarik daripada tinju. MMA terus berkembang di seluruh dunia. Tidak mengherankan apabila bermunculan penyelenggara pertarungan MMA di berbagai belahan dunia.
Sebut saja UFC (Ultimate Fighting Championship) berkelas dunia yang sekarang sudah berkiprah selama 25 tahun. Lalu ada lagi Bellator MMA yang merupakan saingan UFC yang tidak kalah terkenalnya.
Juara-juara UFC dan Bellator sangat terkenal dan menjadi bintang di negaranya. Sebut saja legenda UFC, Royce Gracie asal Brasil yang dikenal sebagai bapak aliran Jiu Jitsu Brasil. Ada pula Ken Shamrock, Randy Couture, dan Tito Ortiz yang dianggap sebagai atlet yang membesarkan nama MMA .
Bahkan, Quinton Ramone Jackson (39) yang lebih dikenal sebagai Rampage Jackson menjadi bintang layar lebar Hollywood setelah kiprahnya menjadi juara kelas berat di Bellator.
Di beberapa negara bermunculan organisasi serupa, seperti Extreme Fighting Championship di Afrika, Road Fighting Championship MMA yang merupakan kolaborasi tiga negara Korea Selatan, China, dan Jepang. Namun, belakangan China membuka lembaga sejenis, yaitu Kunlun Fight jenis MMA dan Kickboxing. Di Indonesia, pertandingan MMA disiarkan oleh TV One dengan program One Pride MMA.
Selain menghadapi serbuan MMA, kini tinju pun pun sedang menghadapi persaingan lain dengan cabang olahraga beladiri sejenis, yaitu kickboxing dan thaiboxing.
Kickboxing dan thaiboxing merupakan cabang olahraga yang memiliki dasar sama dengan tinju. Seluruh gerakan tinju boleh dipraktikkan dalam dua cabang itu.
Namun, kickboxing memiliki senjata tambahan lain, yaitu boleh memakai kaki untuk menendang dan serangan lutut ke seluruh tubuh lawan, kecuali daerah terlarang. Adapun thaiboxing diperbolehkan memakai sikut, yang di-kickboxing dilarang digunakan. Baik kickboxing dan thaiboxing memiliki arena tanding seperti ring tinju.
Salah satu penyelenggara olahraga kickboxing dunia yang terkenal adalah Glory. Glory secara berkala mempertandingkan atlet-atlet kickboxing terkenal dari sejumlah negara di dunia.
Sebagian besar aturan pertandingan kickboxing sama seperti tinju, kecuali aturan serangan kaki. Bedanya, pertandingan kickboxing hanya tiga ronde, masing-masing tiga menit. Kecuali untuk laga kejuaraan sebanyak lima ronde per tiga menit.
Ukuran ring kickboxing juga lebih kecil daripada tinju sehingga ruang untuk menghindar bagi atlet yang berlaga semakin kecil. Pengaturan jarak dari lawan menjadi kurang optimal karena atlet dapat menjangkau lawan dengan serangan kaki. Atlet juga tidak boleh berangkulan, kecuali langsung diikuti dengan serangan lutut.
Dengan ring yang lebih kecil dan pertandingan singkat (tiga atau lima ronde) dan mengharamkan rangkulan, praktis pertandingan kickboxing jauh lebih ketat daripada tinju. Kickboxing memang sengaja didesain untuk mempertontonkan jual beli pukulan dan tendangan secara penuh sejak awal ronde. Wajar saja apabila kickboxing lebih menarik ditonton dibandingkan tinju.
Robin van Roosmalen asal Belanda adalah salah satu petarung kickboxing yang pertandingannya selalu ditunggu penggemar Glory. Untuk membayangkan gaya bertanding Robin, Anda dapat mengingat gaya bertinju Mike Tyson waktu muda (pantang mundur dan bertenaga), tetapi ditambah dengan kemampuan menendang yang sangat baik.
Thaiboxing juga tidak kalah menarik untuk ditonton. Seluruh aturan dalam kickboxing boleh dilakukan, ditambah dengan senjata sikut. Serangan sikut sangat berbahaya sehingga kerap menyebabkan atlet knock out (KO). Persentase KO pada thaiboxing lebih tinggi dibandingkan kickboxing dan tinju.
Sekarang ini Thailand sebagai negara asal thaiboxing, sedang gencar-gencarnya mengampanyekan cabang olahraga ini ke seluruh dunia. Petarung-petarung Thailand berkeliling dunia bertanding di negara Eropa dan Amerika untuk semakin mengglobalkan thaiboxing. Acara itu ditayangkan oleh stasiun televisi terkenal Fox Sport.
Beberapa petarung thaiboxing Thailand juga berpindah ke kickboxing Glory untuk mencari level lebih tinggi atau juara. Sitthichai Sitsongpeenong adalah salah satu petarung thaiboxing Thailand terbaik yang mampu menjadi juara di Glory. Sitthicai adalah juara dunia kelas ringan setelah menaklukkan Robin van Roosmalen.
Dengan persaingan yang ketat dari MMA, kickboxing dan thaiboxing, jelas saat ini cabang tinju sedang berada di persimpangan jalan. Harus ada yang dilakukan oleh badan tinju dunia untuk menjadikan duel tinju profesional tetap menarik dan dinantikan penggemarnya.
Salah satu cara, misalnya, mengurangi jumlah ronde yang panjang, menjadi lebih singkat. Tinju harus mampu membuat atletnya bertanding ketat dalam waktu singkat daripada tetap berdurasi lama tetapi lebih banyak diisi tarian di atas ring.
Tanpa perubahan, percayalah, penggemar tinju akan semakin tergerus dan berpindah ke cabang olahraga tarung lain yang penuh atraksi menarik. Tanpa tokoh besar, seperti Muhammad Ali, Mike Tyson, atau Manny Pacquiao, tinju akan semakin sempoyongan karena banyak terkena jab, straight, uppercut, hook, tendangan, sodokan dengkul, serta kuncian dari MMA, kickboxing dan thaiboxing. Quo vadis tinju?