Sistem Ganjil-Genap Belum Dorong Warga Naik Transjabodetabek
Oleh
DD01
·4 menit baca
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA UNTUK KOMPAS
Pengumuman pemberlakuan sistem ganjil-genap terlihat di Gerbang Tol Bekasi Barat 1, Jumat (9/3/2018). Aturan dari Kementerian Perhubungan ini mulai berlaku Senin (12/3).
JAKARTA, KOMPAS — Penerapan sistem pembatasan mobil berdasarkan nomor pelat ganjil dan genap di Gerbang Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur selama tiga minggu mampu mengurangi kepadatan kendaraan.
Walau demikian, peralihan moda transportasi dari kendaraan pribadi ke angkutan umum berbasis bus belum optimal. Sistem itu perlu didukung dengan penyediaan angkutan umum berbasis bus yang lebih modern dan humanis.
Ahli transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, dihubungi dari Jakarta, Minggu (8/4/2018), menilai, penerapan sistem ganjil-genap di Gerbang Tol (GT) Bekasi Barat dan Bekasi Timur membutuhkan pendampingan angkutan umum yang terencana, tertata, dan laik untuk ditumpangi.
Saat ini angkutan umum yang disediakan bagi pengemudi mobil pribadi adalah bus transjabodetabek premium.
Bus ini beroperasi dari beberapa mal, seperti Mega City Bekasi, Summarecon Bekasi, BTC, dan Grand Dhika City, yang menyediakan lahan parkir bagi pengemudi mobil sebelum memasuki gerbang tol.
Menurut Djoko, alih-alih menyediakan bus di dekat gerbang tol, semestinya penyediaan bus lebih dekat dengan permukiman warga. Dengan begitu, warga tidak perlu membawa kendaraan pribadi.
KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO
Djoko Setijowarno
Selain itu, tarif bus transjabodetabek premium dari Bekasi menuju Senayan dan Harmoni sebesar Rp 20.000 itu juga dirasa terlalu mahal. Djoko mengatakan, tarif bus tersebut bisa dikurangi menjadi Rp 5.000 dengan subsidi pemerintah.
”Setelah disediakan angkutan umum yang humanis, baru lakukan beragam pembatasan,” kata Djoko.
Sejak diterapkan pada 12 Maret, pembatasan nomor pelat ganjil-genap belum optimal mengajak warga beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Berdasarkan evaluasi Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), jumlah pengemudi mobil yang beralih menggunakan bus transjabodetabek premium tidak pernah lebih dari 20 persen seluruh pengemudi.
Pada minggu pertama, pengguna bus transjabodetabek premium adalah 10 persen. Jumlah itu naik menjadi 20 persen pada minggu kedua, tetapi turun kembali pada minggu ketiga menjadi 12 persen.
Pengemudi lain memilih untuk mencari gerbang tol lain yang tidak menerapkan kebijakan ganjil-genap. Pada minggu pertama jumlahnya 22 persen, kemudian naik menjadi 44 persen pada minggu kedua, dan turun menjadi 38 persen pada minggu ketiga.
Selain itu, para pengemudi juga beralih ke jalan nontol atau menaiki kereta rel listrik. Pada minggu pertama jumlahnya 56 persen, minggu kedua 36 persen, dan minggu ketiga 50 persen.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah kendaraan dengan pelat nomor ganjil yang masuk ke Gerbang Tol (GT) Bekasi Barat ke arah Jakarta diarahkan untuk berputar balik oleh petugas saat hari pertama pemberlakuan pembatasan kendaraan ganjil-genap di Tol Cikampek, Senin (12/3/2018) mulai pukul 06.00 hingga pukul 09.00. Bus premium transjabodetabek menjadi alternatif bagi pengendara yang tidak bisa masuk GT Bekasi Barat karena sistem ganjil-genap.
Secara terpisah, Kepala BPTJ Bambang Prihantono mengakui, peralihan warga dari penggunaan mobil pribadi ke angkutan umum belum optimal. Namun, penerapan sistem ganjil-genap mampu mengurangi beban penumpukan kendaraan di GT Bekasi Barat dan Bekasi Timur.
”Harapan BPTJ warga dipaksa untuk pindah ke angkutan umum,” kata Bambang.
Dia menambahkan, selain di GT Bekasi Barat dan Bekasi Timur, sistem ganjil-genap akan diterapkan juga di Tol Jagorawi, yaitu GT Cibubur 2 dan Tol Jakarta-Tangerang, yaitu GT Kunciran 2.
Kedua pintu tol tersebut menanggung beban volume kendaraan pukul 06.00-09.00 pada hari kerja. Volume kendaraan di GT Cibubur adalah 7.799 kendaraan dan di GT Kunciran 2 sebanyak 3.367 kendaraan.
”Keduanya akan diuji coba mulai 16 April,” kata Bambang.
Sebelum uji coba, BPTJ telah menyurvei pengemudi mobil dari Cibubur pda 28 Maret-30 Maret dan 2 April-3 April. Dari total 1.109 responden, 0,27 persen memilih untuk beralih dari mobil pribadi ke angkutan umum. Sebanyak 44,18 persen justru memilih untuk berangkat lebih pagi dan sisanya mencari gerbang tol lain.
Kecepatan bertambah
Bambang mengatakan, hal terpenting dalam penerapan sistem ganjil-genap saat ini adalah peningkatan kecepatan kendaraan. Selama tiga minggu diterapkan di GT Bekasi Barat dan Bekasi Timur, kecepatan naik dari rata-rata 23,13 kilometer per jam menjadi 35 kilometer per jam.
Hal itu terjadi karena adanya penurunan volume kendaraan yang cukup signifikan. Dari rata-rata 8.206 kendaraan menjadi 5.146 kendaraan.
PT TRANSJAKARTA
Jadwal keberangkatan bus premium bagi pengguna jalan tol yang terdampak aturan ganjil-genap di Gerbang Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur.
Jalan di gerbang tol menjadi lebih lancar karena kepadatan kendaraan berkurang. Hal tersebut ditandai dengan penurunan rasio jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan (V/C Ratio). V/C Ratio di GT Bekasi Barat dan Bekasi Timur sebelum ganjil-genap mencapai 1,05, tetapi saat ini berkurang menjadi 0,48.
Di Jalan KH Noer Ali, Kalimalang, jalan nontol yang digunakan dari arah Bekasi menuju Jakarta, kecepatan kendaraan juga naik.
Dari kecepatan rata-rata 17,12 kilometer per jam menjadi 19,92 kilometer per jam. Namun, kepadatan di Jalan KH Noer Ali bertambah, V/C Ratio naik dari 0,55 menjadi 0,61.