Rangkaian MRT Mulai Dipindahkan ke Lebak Bulus
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 3 dari 12 kereta massal cepat sudah dipindahkan dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, ke depo Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pada saat yang bersamaan, sistem sinyal tengah dipasang.
Pemindahan berlangsung sejak Sabtu (7/4/2018) malam. ”Sisanya akan dipindahkan secara bertahap pada Minggu malam dan Senin malam,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Tubagus Hikmatullah, Minggu (8/4/2018) malam, di Jakarta.
Kereta-kereta itu akan diuji coba secara statis mulai April 2018. Uji coba dinamisnya akan dimulai pada Agustus 2018.
Saat ini, dua rangkaian kereta MRT telah berada di Jakarta. Satu rangkaian terdiri dari enam kereta yang memiliki panjang masing-masing sekitar 20 meter.
PT MRT akan menerima 16 rangkaian kereta secara keseluruhan. Rangkaian kereta dikirim bertahap hingga November 2018.
Tak hanya kereta yang telah terlihat wujudnya, deretan tiang tampak berdiri di sisi kanan-kiri jalur rel MRT yang melintas sepanjang 1 kilometer. Lintasan itu melayang di atas Jalan Sisingamaraja sampai Jalan Panglima Polim Raya yang berdekatan dengan Taman Blok M.
Tiang-tiang ini menandakan sistem sinyal kereta tengah dipasang. Tiang-tiang itu juga disebut tiang listrik aliran atas. Fungsi tiang itu ialah untuk menyangga kabel-kabel yang menunjang sistem sinyal rel MRT.
Pada Jumat (6/4) terlihat ada 8 pasang tiang yang terpasang lengkap sepanjang jalur MRT yang melintas dari Stasiun Sisingamaraja hingga Stasiun Blok M. Jarak antarkedua stasiun itu sekitar 1 kilometer.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim sebelumnya mengatakan, sistem sinyal itu tengah dipasang pada April ini. ”Hal ini jadi tantangan bagi kami karena kami yang menerapkan sistem sinyal itu untuk pertama kalinya dalam moda transportasi,” tuturnya.
PT MRT Jakarta menerapkan sistem sinyal komunikasi berdasarkan kontrol kereta (communication based train control/CBTC). Sistem sinyal ini sudah diterapkan secara umum pada MRT di Eropa dan Jepang.
Sistem sinyal akan membuat kereta akan terprogram untuk tiba dan berangkat tepat waktu di tiap stasiun secara otomatis, tanpa masinis.
Silvia mengatakan, sementara direncanakan kereta akan tiba di tiap stasiun setiap lima menit sekali pada pukul 06.00-08.00 dan pukul 17.00-19.00. Di luar jam-jam tersebut, kereta akan tiba sepuluh menit sekali.
Pada Oktober 2018, sistem sinyal itu akan diuji coba bersamaan dengan kereta. Pada uji coba ini, kereta akan melintas dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Kehadiran MRT ini akan membuat waktu tempuh Lebak Bulus-Bundaran HI berkisar 30 menit. Satu rangkaian kereta bisa menampung 1.900 penumpang. Targetnya, MRT akan mulai beroperasi pada Maret 2019.
Harapan ini sejalan dengan jargon ”Mau Jakarta Bebas Macet?” yang tertera di dinding pembatas proyek konstruksi.
”MRT ini menjadi tonggak baru bagi angkutan massal di Indonesia. Apabila bicara soal angkutan massal, kami ingin kemacetan dapat berkurang,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Secara umum, berdasarkan data per 28 Februari 2018, perkembangan konstruksi sipil telah mencapai 91,8 persen. Masih ada pembangunan di sejumlah stasiun.
Kesiapan stasiun
Ada 13 stasiun yang akan melintas sepanjang Lebak Bulus-Bundaran HI, 6 stasiun berada di bawah tanah dan 7 stasiun lainnya berada melayang. Ketinggian stasiun yang melayang berkisar 15-20 meter.
Berdasarkan pantauan di Stasiun Sisingamaraja dan Blok M, kerangka bangunan masih berdiri di kedua stasiun itu. Kerangka itu ditutup jaring pada bagian luarnya.
Namun, jalur rel melayang sudah terpasang di antara kedua stasiun itu, bahkan dari daerah Bundaran Senayan. Mendekati Stasiun Blok M, total lintasan menjadi tiga jalur rel. ”Satu lagi untuk penyimpanan rangkaian kereta,” kata Tubagus saat ditemui sebelumnya di kantornya, Jakarta.
Stasiun Bundaran HI juga akan menjadi tempat penyimpanan untuk satu rangkaian kereta. Sebanyak 14 rangkaian kereta lainnya akan disimpan di Depo Lebak Bulus.
Sementara itu, pembangunan di Depo Lebak Bulus mencapai sekitar 80 persen. Depo ini sudah dapat berfungsi menyimpan kereta yang tiba dari Jepang pada Rabu (4/4).
Nantinya, depo itu akan dilengkapi dengan bangunan untuk kantor yang mengurus administrasi dan perawatan rangkaian kereta. Di sana nantinya terdapat semacam ”bengkel” bagi kereta dan ruangan untuk para teknisinya.
MRT Tangerang Selatan
Selain mengerjakan konstruksi untuk kereta massal cepat Lebak Bulus-Bundaran HI, PT MRT Jakarta juga tengah merencanakan jalur MRT ke Tangerang Selatan. ”Menurut rencana, titik awalnya dari Stasiun Lebak Bulus,” ujar Tubagus.
Tubagus mengatakan, pihaknya tengah mengadakan pertemuan berupa peninjauan bersama di Stasiun Lebak Bulus dan Bundaran HI. Adapun pihak-pihak yang turut hadir itu terdiri dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Kementerian Keuangan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pada pertemuan itu, PT MRT Jakarta akan menjalin kerja sama pemerintah badan usaha untuk proyek MRT ke Tangerang Selatan. Namun, Tubagus mengatakan, ke depannya perlu diputuskan penanggung jawab proyek kontruksi.