Dua ”Underpass” Baru Siap Diuji Coba pada 10-11 April
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan underpass atau lintas bawah Matraman-Salemba dan Mampang-Kuningan sudah selesai dan siap diuji coba. Lintas bawah, atau populer disebut terowongan, Matraman-Salemba akan mulai diuji coba 10 April dan Mampang-Kuningan diuji coba 11 April.
Kehadiran dua terowongan itu diperkirakan mampu mengurangi kemacetan hingga 40 persen di wilayahnya masing-masing.
Kepala Bidang Simpang dan Jalan Tak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Jakarta Heru Suwondo, Minggu (8/4/2018), di Jakarta, mengatakan, pembangunan lintas bawah Mampang-Kuningan, Jakarta Selatan, dan Matraman-Salemba, Jakarta Timur hingga Jakarta Pusat, telah selesai. Itu seiring dengan masa kontrak pembangunan terowongan Matraman-Salemba yang rampung pada 31 Maret dan Mampang-Kuningan selesai 7 April.
Meski demikian, dua terowongan itu tidak bisa langsung digunakan karena rekayasa lalu lintas masih disiapkan. Beberapa bagian lintas bawah juga masih dirapikan.
Pada Minggu sore, sebuah alat berat dan truk masih tampak di area lintas bawah Mampang-Kuningan. Dua pekerja juga masih memasang kabel lampu di beberapa bagian lintas bawah itu. Rambu-rambu, seperti tanda serong ke kanan dan peringatan kurangi kecepatan, sudah terpasang.
Di bibir lintas bawah, jalan masih ditutup menggunakan seng. Di situ juga sudah terpasang penanda bahwa tinggi maksimal kendaraan yang bisa melintas adalah 4,2 meter. Jalan di lintas bawah terbagi menjadi dua jalur, yaitu menuju Semanggi dan Slipi serta menuju Menteng dan Setiabudi.
Di sekitar areal lintas bawah yang membentang di antara halte bus transjakarta Mampang dan Kuningan Timur itu pun dipasang beberapa spanduk pemberitahuan waktu uji coba.
Heru menjelaskan, dinding penahan lintas bawah dibuat dengan struktur fondasi secant pile atau tiang-tiang yang saling berpotongan sehingga membentuk dinding yang rapat.
Terowongan sepanjang 827 meter dan lebar 14 meter itu tidak hanya terdiri atas jalur kendaraan bermotor, tetapi juga ada taman kecil yang isinya plang beton dan dua kursi besi.
Selain itu, lintas bawah ini juga dilengkapi sistem drainase yang menggunakan empat pompa, yaitu dua pompa utama dan dua pompa penguras.
Kondisi serupa tampak di lintas bawah Matraman-Salemba. Di bibir lintas bawah masih terdapat beton pembatas untuk menutup jalan. Beberapa petugas tampak memasang spanduk pemberitahuan uji coba dan penunjuk jalan.
Menurut Heru, lintas bawah Matraman-Salemba memiliki konstruksi khusus. Lintas bawah sepanjang 670 meter dan lebar 7 meter itu terbelah menjadi dua cabang, yaitu dari arah Jalan Matraman Dalam menuju ke Jalan Pramuka Raya dan Jalan Matraman Raya.
Adapun pembangunan dinding dibuat dengan struktur fondasi secant pile. Sistem drainasenya menggunakan lima pompa yang terdiri dari tiga pompa utama dan dua pompa penguras.
Kurangi 40 persen kemacetan
Secara terpisah, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan, kehadiran dua lintas bawah tersebut diperkirakan dapat mengurangi kemacetan hingga 40 persen.
”Dengan rekayasa lalu lintas yang akan diterapkan setelah konstruksi, pengurangan kemacetan diprediksi terjadi di Simpang Matraman, Simpang Megaria atau Metropole, dan Simpang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,” kata Sigit.
Dalam dokumen rekayasa lalu lintas uji coba open traffic underpass Matraman-Salemba dijelaskan bahwa rekayasa di Simpang Matraman dilakukan dengan membagi lajur menjadi tiga, yaitu dari arah Jatinegara, Senen, dan Pramuka.
Kendaraan dari arah Jatinegara dapat melanjutkan perjalanan ke Senen dengan arah lurus, sedangkan belok kiri ke Manggarai dan belok kanan ke Pramuka.
Kendaraan dari arah Senen jika melanjutkan jalan lurus akan menuju ke Jatinegara, sedangkan jika berbelok ke kiri ke Pramuka dan menuju ke Manggarai jika berbelok ke kanan. Kemudian kendaraan dari arah Pramuka akan diarahkan untuk menaiki jalan layang menuju ke Manggarai dan Senen, sedangkan kendaraan yang berbelok ke kiri menuju ke Jatinegara.
Di Simpang Megaria, lajur juga dibagi menjadi tiga, yaitu dari arah Menteng, Imam Bonjol, dan Manggarai. Kendaraan dari tiga arah tersebut dapat menuju ke Pramuka atau Jatinegara melalui jalan yang berbeda.
Kendaraan dari arah Menteng akan langsung lurus melalui Jalan Proklamasi, kemudian Jalan Matraman Dalam, dan masuk ke lintas bawah ke arah Pramuka atau Jatinegara.
Kendaraan dari arah Imam Bonjol akan berbelok ke kanan di Simpang Megaria lalu masuk ke Jalan Proklamasi, Jalan Matraman Dalam, dan masuk ke lintas bawah.
Kemudian kendaraan dari arah Manggarai akan berbelok ke kanan di Simpang Tambak, melintasi Jalan Matraman Dalam, kemudian masuk lintas bawah.
Sigit menambahkan, perkiraan serupa juga berlaku di lintas bawah Mampang-Kuningan. Rekayasa di Simpang Mampang-Tendean dan Simpang Mampang-Kuningan diharapkan mampu mengurangi kemacetan hingga 40 persen.
Namun, ia belum dapat menjelaskan lebih lanjut karena rekayasa lalu lintas di kedua simpang tersebut masih dalam pembahasan.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah menguji coba lintas bawah Kartini yang menghubungkan Jalan RA Kartini dengan Jalan Metro Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Ketiga lintas bawah itu merupakan bagian dari pembangunan enam simpang tak sebidang di Ibu Kota sejak akhir 2016. Selain tiga lintas bawah, enam simpang tak sebidang itu juga terdiri dari tiga jalan layang, yaitu di Pancoran, Cipinang Lontar, dan Bintaro.