Selebritas Pun Berjubah ”Orangutan Warrior”
Menyelamatkan populasi orangutan yang sangat terancam punah jelas tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh penggerak masyarakat untuk menanamkan kepedulian itu. Pada titik itu selebritas mengambil peran untuk menjadi Orangutan Warrior.
Sebagian besar selebritas itu memiliki alasan yang sama, yakni ingin menyebar pesan kepedulian terhadap satwa liar dilindungi. Mereka gerah karena melihat konflik satwa dan manusia yang berkepanjangan.
Bagi mereka, kebengisan manusia mengeksploitasi atau memburu hewan harus dihentikan.
Davina Veronica, seorang artis dan model, memulai perjalanannya bersama Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) untuk menyelamatkan orangutan. Pada 2016 lalu, ia ikut melepasliarkan 11 orangutan ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
”Saya dari kecil memang pencinta binatang,” kata Davina, saat ditemui di sela-sela peresmian Kebun Raya Katingan dan acara simbolis pelepasliaran orangutan di Kasongan, Kabupaten Katingan. (Kompas, Selasa 6-12-2016).
Davina yang biasanya melenggak-lenggok di atas karpet merah atau panggung model, harus melalui perjalan selama 7-8 jam dan memasuki hutan. Bukan pekerjaan mudah tetapi ia tetap melakukannya.
Suporter kehormatan (honorary supporter) WWF Indonesia itu mulai aktif menjadi pemerhati satwa dan isu lingkungan sejak 2009. Dia sering berkunjung ke Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, serta Kalimantan Timur.
Meski kerap kegerahan oleh panasnya udara di Kalimantan, Davina mengatakan senang berkunjung ke pulau itu. Dia juga senang karena masyarakat menyambutnya dengan ramah.
Bunga Jelitha Ibrani, Puteri Indonesia 2017 itu pada Februari 2018 lalu juga ikut meyebar pesan kepedulian terhadap orangutan. Tak hanya membantu melepasliarkan orangutan, Bunga juga mengadopsi bayi orangutan.
Bayi orangutan yang diadopsi Bunga berumur dua tahun dan berjenis kelamin betina. Bunga pun meminta bantuan pengikutnya di media sosial untuk memberikan usul nama yang cocok untuk bayi tersebut.
“Akhirnya saya memilih nama Hati, karena saya berharap orangutan ada di hati setiap masyarakat, supaya orang juga tahu kalau orangutan sangat perlu dilindungi,” katanya.
Hal itu dilakukan karena selama ini resah mendengar orangutan dibunuh atau dijadikan objek sirkus di negara lain.
Jay Subiakto, sutradara film dan seniman Indonesia. Ia sudah membuat konsep untuk membuat pertunjukan musik bertema Kalimantan. Kerusakan alam, konflik manusia dan satwa liar dilindungi, konversi lahan, serta kearifan lokal menjadi alasan dirinya memilih Kalimantan.
”Kalimantan punya masalahnya sendiri, tetapi kita tahu kalau paru-paru dunia itu, ya, di sini (Kalimantan), tetapi kondisinya sudah tidak sama lagi,” ujar Jay.
Sophia Latjuba, artis sekaligus penyanyi ini sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Berbagai macam film dan lagu sudah dilakoninya. Berduet sana-sini, berlakon di mana-mana. Namun, tetap menyisakan waktu untuk menggunakan jubah "Orangutan Warrior."
"Kerja sama organisasi dan pemerintah itu bagus supaya sadar bahwa orangutan itu penjaga hutan, tanpa mereka hutan akan rusak. Ini langkah yang bagus," ungkap Sophia di sela-sela pelepasliaran empat orangutan, Selasa (3/4/2018).
Ia merasa tertantang karena pengalaman pertamanya masuk jantung hutan Kalimantan Tengah untuk menyelamatakan orangutan. "Kami ada di sini itu jodoh, bukan kebetulan. Kami dapat kesempatan ini senang sekali, semoga ini bukan yang terakhir," kata Sophia.
Kaemita Boediono, artis, presenter, dan juga model ini tak mau ketinggalan. Ia juga ikut ambil bagian dalam kampanye penyelamatan orangutan.
Bahkan, ia ikut menggotong orangutan yang sudah dibius untuk dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Pengalama pertama menyentuh orangutan menjadi momen berharga yang tak terlupakan.
"Dalam konteks isu pemanasan global, Indonesia itu harusnya menjadi pemecah masalahnya. Dengan adanya orangutan yang menjaga hutan, itu akan sangat menolong," katanya.
Richard Kyle, aktor kelahiran Australia pada 15 Desember 1987 ini malang melintang di dunia hiburan dan berbagai iklan di Indonesia. Bersama Sophia Latjuba dan Kaemita ia juga melakukan perjalanan jauh melepasliarkan orangutan.
"Saat diajak pertama kali saya senang banget. Dari berbagai diskusi bersama BOS, saya jadinya sadar bahwa orangutan itu penting untuk menjaga ekosistem," kata Kyle.
Bagi Kyle, orangutan harus tetap di hutan bukan di kandang atau di tempat sirkus. Ia berharap akan mampu terus berjuang untuk menyuarakan kepedulian ini.
Media sosial
Selebritas tersebut memiliki cara yang sama untuk menyebarkan pesan menjaga dan menyelamatkan orangutan yakni melalui media sosial. Dengan jutaan pengikut bai di dalam maupun luar negeri, mereka yakin cara itu ampuh untuk menyampaikan pesannya.
CEO Yayasan BOS Jamartin Sihite mengungkapkan, para selebritas itu merupakan salah satu aspek penting untuk mengkampanyekan isu orangutan. Baginya, selebritas lebh dekat dengan masyarakat luas.
"Dari awal kami sudah sampaikan kalau perjuangan ini tidak bisa sendiri-sendiri. Pemerintah, polisi, pengusaha, bahkan artis dan masyarakat harus bersama-sama terus," kata Jamartin.
Sampai saat ini di Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Yayasan BOS Nyaru Menteng di Palangkaraya masih terdapat sekitar 400 individu orangutan yang akan dilepasliarkan. Sebagian besar merupakan korban konflik dengan manusia.
Berdasarkan data Laporan Orangutan, Populasi dan Penilaian Viability (PHVA) tahun 2016, populasi orangutan di Indonesia kian menurun dari periode ke periode. Pada periode 1997-2002 populasi orangutan mencapai 101.489 individu, lalu menurun drastis menjadi 70.691 pada periode 2009-2014.
Di Kalimantan Tengah, pada periode 1997-2002 angkanya mencapai 49.467 individu orangutan. Menurun drastis di periode 2009-2014 menjadi 34.673 individu.
Ketua Forum Orangutan Kalimantan Tengah (Forkah) Okta Simon mengatakan, penyebab utama turunnya populasi orangutan adalah hilangnya habitat orangutan, yakni hutan. Laju deforestasi di Kalimantan Tengah terlalu tinggi yang menyebabkan orangutan kian terdesak.
“Laju deforestasi terjadi karena alih fungsi lahan tinggi, kalau alih fungsi lahan tinggi habitat hilang. Muncullah konflik dengan manusia, perburuan, jual-beli, dan lainnya,” kata Okta di Palangkaraya, Rabu (21/2/2018).
Dari data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah, laju deforestasi cukup tinggi. Sejak 1990, tutupan hutan yang hilang mencapai 3,177,671 hektar (ha) atau rata-rata 132,402.98 ha per tahun.
Pembukaan hutan itu terjadi karena banyaknya perizinan di bidang perkebunan dan pertambangan. Sampai tahun ini terdapat 327 unit perkebunan besar dengan total luas mencapai 3,9 juta ha, sedangkan pertambangan terdapat 1.007 izin usaha pertambangan dengan luas lahan konsesi mencapai 3,6 juta ha.
“Kalau ada populasi orangutan di tengah konsesi sudah pasti konflik. Mereka bakal diburu karena merusak tanaman,” ungkap Okta.
Namun, konflik tetap tak terhindarkan. Sekitar 80 persen dari populasi orangutan di Kaltim yang berada di lanskap Kutai tinggal di kawasan nonkonservasi, seperti kebun sawit, konsesi batubara, sepanjang sungai, hingga kebun warga. Hanya 20 persen di kawasan konservasi (hutan).
Orangutan adalah penjaga hutan. Perilakunya menyebar biji tumbuhan dengan sendirinya memicu tumbuh pohon sampai terbentuk kanopi hutan yang lebat. Hutan adalah rumah mereka, jadi jangan rebut rumah mereka!