Waktu tunggu KRL rute Duri-Tangerang yang mencapai 30 menit, dikeluhkan penumpang. Kondisi ini lantaran KRL harus bergantian jalur rel dengan KA bandara.
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Dengan waktu tunggu 30 menit, penumpukan penumpang KRL terjadi di sejumlah stasiun rute Stasiun Duri di Jakarta Barat-Stasiun Tangerang. Sebelumnya, KRL rute Duri-Tangerang tersedia setiap sekitar 20 menit.
Perubahan jadwal perjalanan KRL ini menyesuaikan penambahan perjalanan KA bandara rute Stasiun BNI City menuju Bandara Soekarno-Hatta. Sebagian jalur rel KA bandara menggunakan rel yang sama dengan KRL Duri-Tangerang, yakni dari Stasiun Duri hingga Stasiun Batuceper. Frekuensi KA bandara 30 menit sekali sejak 29 Maret.
Penambahan frekuensi KA bandara ini mengurangi jumlah perjalanan KRL dari 90 menjadi 80 perjalanan sehari sehingga berimbas pada waktu tunggu KRL. Pada 29 Maret, PT KAI Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL, memperpanjang rangkaian KRL dari 8-10 kereta per rangkaian menjadi 10-12 kereta per rangkaian.
Ruisa Khoiriyah, perwakilan penumpang KRL Duri-Tangerang dalam pertemuan dengan Menteri Perhubungan Budi Karya, Jumat (6/4/2018), mengatakan, penambahan perjalanan KRL dapat mengurangi waktu tunggu kereta.
“Mungkin dengan jumlah kereta per rangkaian yang ditambahkan bisa memadai, tetapi selama menunggu 30 menit, calon penumpang sudah membeludak,” kata Ruisa. “Jadi bagi kami di KRL Tangerang ini permasalahan headway itu menjadi penting sekali,” tambahnya.
Terakhir, padatnya penumpang yang baru turun dari KRL dan hendak berpindah peron dengan eskalator di Stasiun Duri terekam dan viral di media sosial. Kondisi ini mendorong Menteri Budi menggelar pertemuan dengan pengguna KRL.
Budi mengatakan, pemerintah akan menambah satu perjalanan KRL Duri-Tangerang pada jam sibuk pagi dan sore hari. Perjalanan KRL akan ditambah di tengah-tengah jam sibuk pada pagi dan sore hari.
“Kami persilakan perwakilan penumpang KRL untuk menetapkan satu perjalanan dari Batu Ceper menuju Jakarta pada pagi hari dan sore hari dari Duri menuju Batu Ceper,” kata Budi di depan wartawan usai pertemuan di Hotel Le Meridien itu.
Budi didampingi Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri, Direktur Operasi PT Kereta Api Indonesia Slamet Suseno Priyanto, Direktur Operasi dan Pemasaran PT KCI Subakir, dan Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto.
Ruisa mengatakan akan berdiskusi dahulu dengan rekan-rekannya sesama penumpang KRL Duri-Tangerang sebelum mengusulkan jam keberangkatan kereta tambahan. “Kalau pagi hari dari Tangerang, pukul 07.00 yang paling padat,” katanya.
Budi juga berencana dalam satu bulan ini, pihaknya dapat menyelesaikan pembangunan siding. Siding adalah jalur rel belok yang memungkinkan kedua kereta tidak saling menunggu terlalu lama untuk menggunakan sebuah jalur yang sama.
Selain itu, Budi mengatakan, tangga tambahan juga akan dibangun di Stasiun Duri untuk mempermudah alur penumpang yang berpindah peron. Tangga tambahan diperlukan penumpang asal Tangerang yang akan berpindah kereta menggunakan KRL jurusan Tanah Abang atau Kampung Bandan.
Semenjak Stasiun Duri dibenahi untuk mengakomodasi KA bandara, peron KRL jurusan Tangerang dan Tanah Abang yang semula saling berdampingan, menjadi terpisahkan.
Selain memakai eskalator, penumpang diperbolehkan melintasi rel untuk berganti peron. Pada Kamis sore, penumpang KRL di Stasiun Duri lebih banyak melintasi rel sehingga eskalator tidak terlampau padat.
Pakai kereta bandara
Budi juga berencana menggunakan KA bandara untuk mengakomodasi penumpang KRL selama satu bulan masa pembangunan jalur siding. Budi mengatakan, pihaknya akan mempersiapkan jatah kepada penumpang KRL untuk menggunakan KA bandara yang dioperasikan PT Railink, dengan waktu dan jumlah tertentu.
Budi mengatakan, pihaknya akan memberikan tiket kereta bandara dengan jumlah terbatas kepada penumpang KRL setiap hari. Ia mempersilakan komunitas penumpang KRL Jakarta-Tangerang untuk menentukan siapa saja yang mendapat tiket.
“Saya meminta kepada mereka menunjuk perwakilan. Jadi perwakilan itu menentukan suatu mekanisme tertentu supaya ada suatu keadilan. Nanti kami berikan subsidi untuk waktu dan jumlah tertentu supaya Railink sebagai perusahaan swasta tidak rugi,” kata Budi.
Namun, Budi belum bisa menyampaikan detail dan teknis penggunaan KA bandara ini.
Budi juga meminta maaf atas penumpukan di Stasiun Duri.
Terpisah, VP Corporate Communications PT KCI, Eva Chairunisa, mengatakan, volume penumpang KRL rute Duri-Tangerang saat ini mencapai 80.000 penumpang per hari.
Pada April 2017, volume penumpang KRL rute Duri-Tangerang berjumlah 62.000 penumpang per hari. (ART/DD17)