Para ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi hingga usia dua tahun sedang menikmati makanan yang dibagikan secara gratis oleh bidan di Posyandu Muara, Kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 27 Juli 2015.JAKARTA, KOMPAS -- Gizi buruk kronis yang mengakibatkan kekerdilan atau stunting adalah ancaman bagi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah pun memfokuskan kerja pada upaya-upaya untuk menurunkan angka stunting. Kendati demikian, upaya ini perlu melibatkan semua elemen masyarakat.
Gizi buruk kronis tak hanya mengakibatkan tubuh kerdil secara fisik. Namun, perkembangan kecerdasan menjadi terhambat. Sebab, perkembangan kecerdasan sangat bergantung pada kecukupan gizi dan kesehatan mulai janin sampai usia bayi dua tahun.
Stunting atau gagal tumbuh dinilai sebagai ancaman utama terhadap kualitas SDM Indonesia dan daya saing bangsa. Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas SDM, upaya penurunan angka stunting menjadi penting.
“Saya ingin menekankan bahwa upaya penurunan angka stunting adalah kerja bersama yang harus melibatkan semua elemen masyarakat, terutama ibu-ibu PKK dan perlu diaktifkan secara maksimal fungsi-fungsi Posyandu di desa,” tutur Presiden Joko Widodo dalam pengantar rapat terbatas terkait stunting di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (5/4/2018).
Hadir dalam ratas tersebut antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak Yohanna Yambise.
Dalam ratas tersebut, Presiden juga meminta supaya ada rencana aksi yang terpadu, terintegrasi, dan berdampak konkret di lapangan.
Nila mengatakan, untuk mengatasi stunting, intervensi dilakukan. Namun, perbaikan pola hidup, pola makan, serta perbaikan kondisi lingkungan juga diperlukan.
Sejauh ini, intervensi diberikan kepada ibu hamil dan anak-anak balita. Untuk ibu hamil, misalnya, diberikan makanan tambahan, suplemen zat besi dan asam folat, suplemen kalsium, serta edukasi gizi. Adapun untuk anak balita, ibu menyusui diedukasi untuk memberi ASI eksklusif. Suplemen baik berupa makanan tambahan, suplemen Zink dan zat besi, serta vitamin A, pemberian imunisasi lengkap, dan pencegahan diare.
Untuk merealisasikan semua, pemerintah merevitalisasi posyandu. Tahun 2018 ini, setidaknya posyandu di 100 desa diaktifkan kembali.
Edukasi publik
Presiden pun tak ingin upaya penurunan angka stunting hanya pada pembagian biskuit makanan tambahan pada ibu hamil dan balita seperti sudah dilakukan tiga tahun ini.
“Saya lihat itu belum cukup. Perlu dilengkapi dengan ikan, susu, telor, kacang hijau dan selain itu, sanitasi pelayanan dasar, ketersediaan air bersih dan MCK juga harus betul-betul diperhatikan. Edukasi publik dan gerakan hidup sehat perlu dikejar lagi agar lingkungan tempat tumbuh kembang anak-anak menjadi sebuah lingkungan yang sehat,” tutur Presiden.
karena itu, akses air bersih, sanitasi, dan transportasi yang baik harus menjangkau semua masyarakat di pelosok Indonesia. Untuk itu, program padat karya tunai bisa diarahkan pada hal-hal seperti ini.
Demikian pula pada perbaikan kualitas lingkungan. Tak hanya membersihkan sungai dan kualitas udara, edukasi untuk mendorong masyarakat tak mencemari atau membuang sampah ke sungai perlu dilakukan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, sebanyak 37 persen dari anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau sekitar 9 juta anak Indonesia mengalami stunting. Angka stunting tinggi di Pulau Sumatera dengan sekitar 2,296 juta anak dan di Pulau Jawa dengan 4,353 juta.
Adapun lima kabupaten/kota dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Timor Tengah Selatan, NTT (70,4 persen); Intan Jaya, Papua (68,9 persen); Dogiyai, Papua (66,1 persen); Lombok Utara, NTB (65,8 persen); dan Sumba Tengah, NTT (63,6 persen).
Selain itu, sepuluh kabupaten/kota lain dengan prevalensi stunting tinggi adalah Sabu Raijua, Ngada, Sumba Barat Daya, Lanny Jaya, Sorong Selatan, Seram Bagian Barat, Aceh Tengah, Tambraw, Rokan Hulu, dan Manggarai Timur.