Saban hari, warga sekitar melihat penghuni sebuah rumah kontrakan di Duren Sawit, Jakarta Timur, mondar-mandir membawa galon. Isi galon itu bukan air mineral. Air di galon diketahui merupakan "ginseng", sebutan untuk oplosan alkohol dan aneka jenis bahan. Oplosan ini diduga kuat menewaskan 10 peminumnya.
Tidak tanggung-tanggung, setiap hari enam galon atau sekitar 100 liter minuman oplosan diproduksi di rumah itu. Pengoplosan dilakukan oleh penghuni rumah.
Chomisah (55), warga sekitar, mengatakan, setiap pukul 17.30, penghuni kontrakan terlihat pergi mengendarai sepeda motor, sambil membawa dua galon berkapasitas 19 liter yang berisi ginseng.
“Lalu 1-2 jam kemudian, (pelaku) akan kembali ke kontrakan untuk mengambil dua galon lagi. Terus sekitar pukul 22.00, dia akan kembali lagi untuk ngambil dua galon lagi. Jadi dalam semalam bisa jual enam galon,” kata Chomisah, Kamis (5/4/2018) siang di dekat kontrakan itu.
Rumah kontrakan itu berukuran sekitar 3x4 meter persegi. Rumah petak berada di tengah perkampungan dengan jalan selebar 1,2 meter.
Chomisah mengatakan, kontrakan dihuni dua orang sejak sekitar setahun yang lalu. Dari awal, pelaku tidak mengaku berjualan minuman oplosan, akan tetapi mereka mengaku berjualan kopi dan jamu di kawasan Kanal Timur.
Walaupun demikian, warga curiga pelaku berbohong. Sebab, galon yang dipakai pelaku sebagai tempat penyimpanan minuman oplosan tersebut baunya tidak sedap dan sangat menyengat. Selain itu, pelaku juga membeli minuman bersoda rasa cola dalam jumlah besar setiap tiga hari. “Banyak sekali sampai tidak terhitung, mungkin setengah bak mobil pickup,” kata Chomisah.
Wawan (32), warga Duren Sawit, mengatakan, sampah kemasan saset minuman penambah energi juga banyak ditemukan di lahan kosong dekat pabrik rumahan tersebut.
Menurut polisi, ginseng adalah campuran alkohol, sirup, soda rasa cola, dan minuman penambah energi. Setelah digerebek polisi pada Kamis dini hari, rumah kontrakan tersebut telah diberi garis polisi.
Wawan yang hadir dalam penggerebekan mengatakan, pelaku tidak di lokasi. “Sejak ada berita korban tewas akibat ginseng, pada hari Selasa, penghuni kontrakan tersebut sudah tidak terlihat di sini.”
Wawan yang juga pekerja serabutan itu mengaku pernah sekali mencoba ginseng lantaran ditawari teman. “Waktu itu enggak takut, karena teman yang nawarin nggak keracunan.”
Bagi Wawan, minuman beralkohol adalah obat lelah setelah bekerja keras seharian.
Ebi (19), kawan Wawan, mengatakan, harga yang murah menjadi daya tarik minuman oplosan semacam ginseng. “Kalau minuman dengan kemasan resmi gitu kan mahal, harus patungan. Kalau GG (sebutan untuk ginseng) ini bisa beli sendirian,” kata pemuda lulusan SMP tersebut.
Ginseng dijual dalam kemasan plastik setengah kilogram dengan harga bervariasi antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000.
Selain itu, menurut Ebi, khasiat memabukkan Ginseng terasa cepat. “Begitu ditelan, langsung panas diperut,” kata Ebi.
Wawan mengatakan, ginseng beredar sejak lama. Selain melalui toko jamu, ginseng dijual menggunakan gerobak. “Gerobaknya pun ada tulisannya ‘Ginseng’ atau ‘GG’ begitu. Tidak perlu sembunyi-sembunyi.”
Mungkin kita harus merujuk pada lagu dangdut Jawa Timuran berjudul Oplosan, ciptaaan Nur Bayan. "Tutupen botolmu, tutupen oplosanmu. Emanen nyawamu ojo mbok terus teruske mergane ora onok gunane" yang artinya adalah "tutuplah botol oplosanmu, sayangi hidupmu, jangan diteruskan karena tiada gunanya".