JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 12 kereta massal cepat atau mass rapid transportation dari Jepang telah berada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Delapan kereta di antaranya sudah dibongkar muat.
Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kedatangan kereta massal cepat itu menandakan PT MRT Jakarta sudah siap menguji cobanya. Semua rangkaian kereta MRT akan diuji coba secara statis di depo Lebak Bulus, Jakarta Selatan, bulan ini.
”MRT ini merupakan angkutan massal sehingga perlu ketelitian. Proses pengujiannya harus baik. Selain itu, sumber daya manusianya perlu diperhatikan agar dapat beradaptasi dengan teknologi terkini,” kata Budi saat meninjau kereta di Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (5/4/2018).
Uji coba pergerakan kereta di jalur sekitar depo diperkirakan akan dilakukan pada Agustus 2018. Pada Oktober 2018, PT MRT Jakarta akan menguji kereta beserta sistem sinyal di semua lintasan dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia.
Budi merasa kereta yang sudah tiba di Tanjung Priok sesuai dengan ekspektasinya. Kereta itu dibuat di Jepang sejak 2016.
Saat ini, ada dua rangkaian kereta yang terdiri atas masing-masing enam kereta. Nantinya akan ada tujuh kali lagi pengiriman hingga November 2018.
PT MRT Jakarta akan menerima 16 rangkaian kereta yang dikirim dari Jepang secara keseluruhan.
Kereta itu memiliki panjang sekitar 20 meter. Berdasarkan pantauan, ada empat pintu di sisi kanan dan kirinya masing-masing. Dari luar terlihat sejumlah pegangan tangan yang berderet menggantung di bagian dalam kereta.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim merasa lega dengan tibanya gerbong kereta tersebut.
”Masih banyak pengujian yang harus dilakukan, tetapi kedatangan kereta ini menjadi salah satu batu loncatan yang telah kami capai,” ujarnya, Kamis.
Nantinya, 12 kereta yang sudah tiba tersebut akan diantar ke depo di Lebak Bulus pada Jumat (6/4) malam menggunakan trailer.
Rutenya akan melewati Tol Ancol, tol lingkar barat, tol lingkar keluar, lalu keluar di Pondok Pinang.
Hingga saat ini, Silvia mengatakan, perkembangan pembangunan jalur kereta mencapai 55 persen secara keseluruhan. Stasiun telah mencapai 75-90 persen, baik yang melayang maupun bawah tanah.
Sementara di Depo Lebak Bulus, pembangunannya sudah mencapai 80 persen.
Kereta massal cepat ini ditargetkan beroperasi pada Maret 2019. Waktu tempuh dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sekitar 30 menit. Satu rangkaian kereta berkapasitas 1.900 orang.
Berorientasi transit
Bagi Silvia, pengembangan berorientasi transit (transit-oriented development/TOD) adalah suatu keharusan. ”Transportasi umum itu sistem. Kami tidak bisa bergerak sendiri,” ujarnya.
Pengembangan berorientasi transit merupakan sistem angkutan umum di suatu daerah yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi yang ada. Silvia mencontohkan, MRT dapat diintegrasikan di titik Dukuh Atas dengan transjakarta, kereta ringan (LRT), atau kereta cepat ringan, dan kereta rel listrik.
Pembicaraan tentang pengembangan berorientasi transit sudah berlangsung sejak 2017. ”Kami masih mendiskusikan untuk penyesuaian sistem antarmoda transportasi,” ujar Silvia.
Sebelumnya, Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan, proyek LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi yang tengah dibangunnya juga akan diintegrasikan dalam pengembangan berorientasi transit. Pihaknya juga tengah terlibat dalam pengembangan kawasan untuk menunjang sistem transit tersebut.