Kondisinya Merana, Penyelamatan Pasar Johar Semarang Mendesak
Oleh
WINARTO HERUSANSONO
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS – Pasar induk legendaris, Pasar Johar di Kota Semarang, Jawa Tengah, hingga Kamis (5/4/2018) kondisinya makin merana. Sejak terbakar hebat pada 9 Mei 2015, belum ada rehabilitasi pada bangunan utama salah satu ikon kota ini. Jika dibiarkan, keberadaan bangunan bersejarah yang sudah termasuk cagar budaya ini terancam.
Pengamatan Kompas, bangunan pasar itu kini dipagar seng keliling. Struktur bangunan pasar, telah ditopang bentangan tiang baja, untuk mempertahankan konstruksi tiang berbentuk cendawan ini. Sebelum terbakar, tidak kurang lebih 6.000 pedagang kios dan pedagang di los pasar.
Kondisi bangunan pasar itu kini terkepung material bangunan untuk keperluan pembangunan Pasar Kanjengan yang baru. Pasar Kanjengan yang sedang dibangun itu terletak di sebelah utara, atau bagian belakang dan samping Barat Pasar Johar. Sebagian pedagang masih berjualan di Pasar Yaik Permai Blok 6 dan sebagian kecil di pasar Kanjengan lama.
Adapun bangunan utama Pasar Johar, sudah tidak utuh. Sejak terbakar, pasar memang dikosongkan. Kemudian, pihak pemkot melakukan pembongkaran bagian atap penghubung bangunan. Praktis, bangunan yang berdiri hanya tinggal konstruksi atap yang ditopang dengan pilar beton berbentuk cendawan di bagian atasnya. Beberapa bagian anak tangga hancur. Untuk naik ke lantai dua lewat tangga, agak kesulitan karena tiang baja penguat bangunan lama melintang menghalangi orang yang mau naik ke bangunan lantai dua Pasar Johar.
Beberapa pedagang di Pasar Yaik Permai maupun di pasar Kanjengan lama ketika ditemui, mengaku prihatin dengan lambatnya penanganan Pasar Johar lama. Bangunan pasar itu sudah terkenal sehingga mestinya paling pertama direnovasi, supaya tidak semakin rusak.
“Kalau menurut para ahli, setelah kebakaran itu, bangunan pasar masih kokoh kok. Kalau kemudian pihak pemkot membuatkan tiang-tiang tambahan untuk penyangga bangunan pasar lama, itukan hanya dalih agar biaya bias lebih besar,” ujar beberapa pedagang di lokasi sekitar Pasar Johar.
Mereka juga prihatin, kenapa pembangunan di Pasar Kanjengan berlantai empat justru lebih didahulukan. Pasar Kanjengan baru itu pembangunan awal dimulai Oktober 2017. Kegiatan pembangunan di Kanjengan, justru dikhawatirkan semakin “mengganggu” keberadaan Pasar Johar lama. Pasalnya, adanya proyek pembangunan pasar Kanjengan, dengan timbunan material tanah yang menumpuk menyebabkan kompleks pasar Johar lama kerap kebanjiran.
Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang, M Farchan mengatakan, proyek penyelamatan pasar Johar sedang disiapkan. Di antaranya melalui penguatan bangunan konstruksi cendawan dengan menopang tiang-tiang baja. Tiang baja itu melingkari seluruh atap bangunan Pasar Johar lama.
Data di Pemkot Semarang menunjukkan, Pasar Johar dibangun pleh artsitek Belanda, Thomas Karsten pada 1939. Dalam rancangan pasar itu, Karsten mendesain konstruksinya dengan tiang-tiang berbentuk cendawan. Tiang cendawan dengan mengutamakan ruang terbuka dan langit-langit yang tinggi, sebagai bagian dari desain menyesuaikan iklim tropis.
Jika siang hari, pasar tidak terlalu panas, karena udara bebas mengalir ke dalam pasar, semantara cahaya matahari juga menerobos, membuat pasar jadi terang secara alami. Untuk membangun kembali pasar ini, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 720 miliar.
“Ada aspek ekologi dan aspek sosiologi yang dilakukan oleh Karsten ketika membangun Pasar Johar. Lebih lagi, material bangunan beripa marmer dan batu andesit merupakan bahan yang kokoh, awet dan mudah dibersihkan,” ujar Tommy, konsultan pasar.
Dosen Teknik Sipil Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno menilai, sebaiknya Pasar Johar Blok A segera dipercepat rehabilitasinya. Pihaknya sudah pernah melakukan uji mutu beton bangunan pasar itu ketika Wali Kota Semarang masih dijabat Sukawi Sutarip, 2005-2010.
Hasil uji konstruksi mutu bangunan Johar, menurut Djoko, dibangun dengan mutu beton skala K400 atau beton dengan kekuatan tekan 400 kilogram. Hal ini artinya, beton itu sangat kuat sehingga meski terbakar sekalipun, desain pasar masih kokoh dan tampak bagus. Padahal, bangunan modern saat ini saja, paling tinggi mutu betonnya berskala sekitar K275 saja.