JAKARTA, KOMPAS — Meski Terawan Agus Putranto telah diberhentikan oleh Ikatan Dokter Indonesia, metode ”cuci otak” berbasis radiologi intervensi masih dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta. Metode ini digagas dokter Terawan untuk mengatasi stroke.
Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengeluarkan surat terkait pemberhentian dokter Terawan terkait pelanggaran kode etik. Salah satu pelanggaran kode etiknya, yaitu metode cuci otak berbasis radiologi intervensi, belum terbukti secara ilmiah. Dokter Terawan saat ini juga menjabat sebagai Kepala RSPAD.
Meski dokter Terawan telah diberhentikan, praktik radiologi intervensi ini masih dilakukan di RSPAD Gatot Subroto. Sejumlah pasien masih menjalani pengobatan dengan alat digital subtraction aniogram (DSA) sejak pukul 10.00, Rabu (4/3/2018).
Terkait pemberhentian dokter Terawan, staf di RSPAD belum mau memberikan keterangan terkait hal ini. ”Kami belum bisa memberikan klarifikasi kepada rekan-rekan media terkait kasus ini,” ujar seorang staf.
Kondisi ruangan praktik dokter Terawan juga masih kosong sejak pukul 10.00. Beberapa petugas keamanan juga berjaga-jaga di sekitar ruangan dokter Terawan.
Sandra, salah satu kerabat pasien yang berobat dengan metode dokter Terawan, menjelaskan, metode ini tidak hanya untuk mengobati, tetapi juga mencegah stroke.
”Saya mengetahui metode ini sekitar tahun 2014. Kemudian saya merekomendasikan kepada rekan saya, beberapa anggota kepolisian yang juga mengikuti metode ini,” ujarnya di RSPAD Gatot Subroto.
Menurut Sandra, beberapa kerabatnya yang merasa mengalami gejala stroke bisa dicegah dengan metode ini.
”Ada seorang kerabat saya yang mengaku sering pusing, kemudian diperiksa dulu dengan MRI Scan dan diketahui ada gejala stroke. Lalu, ia dicegah dengan metode brain wash ini,” katanya.