Sudah 22 orang meninggal di empat lokasi lantaran mengonsumsi minuman beralkohol yang sudah dicampur aneka bahan. Harga murah dan bahan mudah didapat, menarik bagi banyak orang.
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Campuran minuman beralkohol kembali membawa korban di sejumlah lokasi. Hingga pukul 21.00 kemarin, korban meninggal tercatat delapan warga Jakarta Selatan; tujuh korban di Jakarta Timur; empat warga Depok; dan tiga orang di Kabupaten Tangerang. Sejumlah korban lainnya masih dirawat.
Nimin alias Migo (28), korban selamat di Jakarta Selatan, mengatakan, ia dan dua temannya membeli sebotol minuman keras beralkohol (miras) oplosan berisi 1,5 liter. Harga miras itu Rp 20.000 per botol. Pedagang biasa menyebut minuman itu GG ginseng. Ia biasa mengonsumsi miras saat memancing.
“Rasanya pahit, mirip ciu. Biasanya minum enggak ada efeknya, tapi kemarin sampai pusing dan muntah,” ujar Nimin saat ditemui di rumahnya di RT 004 RW 001 Srengseng Sawah.
Nimin dirawat dua malam di RSUD Pasar Minggu dan RS Fatmawati. Pada Selasa, dia diperbolehkan pulang.
Sementara itu, keluarga Ahmad Lupiar (39), warga Jakarta Selatan, mengatakan, Lupi mengeluh sakit perut, muntah, dan sesak napas sejak Senin pagi. Ia sempat dibawa ke RS Zahirah Jagakarsa, lalu dirujuk ke RS Fatmawati. Senin pukul 23.00, Lupi meninggal.
Ibu kandung Lupi, Latifah (65), mengatakan, Sabtu malam, ada seorang warga yang menggelar hajatan pernikahan. Ia menduga, banyak warga menikmati hiburan sembari menenggak miras. Rata-rata, korban saling mengenal dan sering nongkrong bersama.
Toko yang menjual jamu serta miras oplosan itu berada di perbatasan Kelapa Dua, Depok; dan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Toko dengan pintu penutup warna hijau tosca itu dipasangi garis polisi.
Nimin mengatakan, toko itu beroperasi setahun terakhir. Ia menjadi pelanggan sejak toko berdiri karena harga minuman murah.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, jenis dan kandungan miras sedang diperiksa di Laboratorium Forensik. “Pemilik warung sudah diamankan tapi masih diperiksa 1x24 jam untuk menentukan statusnya.”
Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Indra Jafar mengatakan, berdasarkan pengakuan RS, minuman berbahan air putih, dicampur minuman berenergi, soda, alkohol 96 persen, serta sirup. “RS mengakui, dia meracik sendiri minuman itu.”
Polisi mengembangkan kasus ini untuk melihat kaitan korban di Jakarta Timur dan Depok.
Humas RS Islam Jakarta Pondok Kopi, Rozikoh, menyebutkan, RS ini menangani 11 pasien dengan dugaan keracunan miras oplosan. Pasien umumnya mengeluh sesak napas berat dan ada yang muntah. “Mereka tidak datang serempak, bertahap dari Senin pagi hingga Selasa pagi.”
Di Kabupaten Tangerang, tiga pria tewas setelah menegak minuman oplosan di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kampung Cikuya RT 007 RW 002, Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Sabtu dan Minggu lalu. Mereka diduga mengonsumsi campuran vodka, anggur merah, dan obat sakit kepala.
Di Papua, beredar minuman beralkohol jenis wiski yang diduga palsu. Minuman itu beredar di Kabupaten Keerom, selama tiga bulan terakhir. Dalam kurun waktu itu, 17 warga meninggal setelah mengonsumsi minuman ini.