YOGYAKARTA, KOMPAS — Kejuaraan nasional olahraga bela diri wushu kembali digelar dan tahun ini giliran Yogyakarta yang menjadi tuan rumah. Penyelenggaraan kejurnas wushu pada tahun ini mencapai rekor baru dari segi jumlah peserta, yakni sebanyak 711 atlet dari 26 provinsi.
Peningkatan jumlah peserta tersebut menjadi salah satu pertanda baik bagi cabang olah raga wushu. Piala yang diperebutkan dalam kejurnas wushu mulai tahun ini ditambah untuk meningkatkan animo para atlet.
”Pada tahun ini mulai diperebutkan Piala Bergilir Presiden Republik Indonesia. Tahun-tahun sebelumnya hanya berhadiah Piala Raja Sultan Hamengku Buwono X,” kata petugas seksi acara Eunike Martanti di GOR Among Rogo, Yogyakarta, tempat kejurnas itu berlangsung, Senin (2/4/2018).
Panitia kejurnas itu telah mengundang Presiden RI Joko Widodo untuk hadir dan membuka acara. Namun, lanjut Eunike, presiden menyatakan batal hadir sehari sebelum acara pembukaan berlangsung.
Meski demikian, kejurnas yang dapat disaksikan secara gratis oleh masyarakat itu tetap berlangsung semarak. Pada tahun ini, pertandingan kelas yunior dan senior digabungkan dalam satu event tersebut.
Para pemain tampil energik dalam kategori taolu dan sanda. Taolu menampilkan jurus-jurus seni keindahan, seperti changquan, daoshu, gunshu, qiangshu, jianshu, nanquan, nandao, nagun, taijiquan, taijijian, xingyiquan, baguazhang, shuangjian, chunqiu dadao, serta dulian.
Pada kategori sanda, penampilan atlet didominasi teknik pukul, tendangan, dan bantingan yang menggunakan tiga ronde atau babak. Pertandingan sanda ini dapat diikuti oleh putra atau putri dengan kategori kelas mulai dari 48 kg hingga 90 kg.
Daerah Istimewa Yogyakarta selaku tuan rumah mengerahkan 44 atlet pada kategori taolu dan sanda. Zefanya Adelia Sidharta (15) adalah salah satu atlet dari DIY yang berlaga di nomor taijiquan yunior B dan taijijian yunior B. Siswi tingkat akhir SMP Budi Utama itu berhasil meraih dua medali perak pada kejurnas tersebut.
”Pertama kali mulai berlatih wushu sejak umur 12 tahun saat ikut kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Awalnya belum tertarik dan masih malas-malasan. Tapi setelah pelatih bilang saya punya potensi dan bergabung ke sasananya, saya jadi suka sampai sekarang ini,” kata Zefanya.
Gadis berambut panjang itu pun kini rutin berlatih selama 2,5 jam setiap hari untuk meningkatkan kemampuannya. Kedua orangtuanya terus mendukung kegigihan Zefanya dalam dunia wushu sembari memastikan proses studi anak mereka tidak terbengkalai.