”Semburan dengan material lumpur terjadi sekitar pukul 13.42 dengan radius 100 meter,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surip.
Surip menyampaikan, jenis letusan yang terjadi merupakan letusan freatik dengan semburan material gas dan lumpur akibat tekanan dari kantong magma. Semburan ini merupakan aktivitas normal dari Kawah Sileri. ”Tidak ada gas yang berbahaya. Aman. Tidak ada korban,” katanya.
Surip mengatakan, sejak meletus pada 2 Juli 2017 hingga saat ini, pihaknya masih menetapkan zona bahaya dari kawah ini sejauh 100 meter. ”Status masih normal, belum dinaikkan karena Sileri tidak ada tanda-tanda akan meletus,” ujarnya.
Surip mengimbau wisatawan atau pengunjung menaati rekomendasi PVMBG. ”Masyarakat tak masuk dalam radius 100 meter sesuai rekomendasi PVMBG,” katanya.
Asap kelabu
Pengamat Gunung Api Dieng PVMBG, Bambang Giat Gunawan, menambahkan, ketinggian semburan lumpur sekitar 150 meter. Selain itu, pada Sabtu (31/3/2018) tercatat ada satu kali gempa tektonik jauh dan pada Minggu (1/4/2018) ini terjadi gempa letusan sebanyak satu kali. ”Kegempaan itu terjadi hingga pukul 15.00,” kata Bambang.
Secara visual, saat terjadi letusan freatik diawali dengan keluarnya asap berwarna kelabu dengan ketinggian sekitar 90 meter. Kemudian diikuti asap putih tebal, dengan tekanan asap kuat, tingginya sekitar 200 meter.
Berdasarkan data suhu telemetri Kawah Sileri terjadi peningkatan rata-rata 66,2 derajat celsius pada 23 Maret 2018 menjadi 66,7 derajat celsius pada 29 Maret 2018. Pada 1 April 2018, pukul 08.13-13.23, suhu kawah 67,9 derajat celsius dan maksimal 68,1 derajat celsius.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara Arif Rahman menyampaikan, pihaknya telah memasang spanduk berisi larangan bagi wisatawan untuk mendekat ke Kawah Sileri guna menghindari terjadinya korban. (DKA)