Kami Berlatih maka Kami Siap!
Kompas mewawancarai sejumlah peserta mengenai persiapan mereka menghadapi Lintas Sumbawa 320 Tambora Challenge. Para pelari itu adalah:
Eni Rosita (ER), podium pertama Lintas Sumbawa 320 tahun lalu dengan catatan 63 jam 42 menit. Catatan Eni jauh lebih cepat daripada capaian Matheos Berhitu saat menjadi pelari tercepat Lintas Sumbawa 2016 yakni 71 jam 17 menit. Eni yang dikenal sebagai pelari ultra road dan trail ini, pada Lintas Sumbawa 2018 akan berlari bersama suaminya, Abdul Azis Dermawan –yang sudah tiga kali ikut Lintas Sumbawa dan masih penasaran untuk menyelesaikan misinya.
Mila Marlina (MM), pelari berbadan mungil asal Solo yang gesit ini merupakan pelari ultra yang malang melintang di lintasan trail. Namanya sudah mendunia karena mengikuti sejumlah ajang lari ultra internasional termasuk Ultra-Trail du Mont-Blanc 2017 di Pegunungan Alpen antara Prancis, Italia dan Swiss.
Novita Wulandari (NW), pelari dari komunitas Bandung Explorer ini baru saja berlari ultra di ajang Long Run For Cancer dari Pare-pare ke Makassar, Sulawesi Selatan sejauh 156 kilometer. Teh Novi menjadikan pengamalannya berlari di kategori relay tahun lalu plus polesan coach Bandrex Rudy Dimyana menjadi bekalnya di ajang Lintas Sumbawa 2018.
Santih Gunawan (SG), yang di antara rekan-rekan pelarinya dikenal sebagai Princess Santih, lebih dikenal sebagai pelari ultra trail yang juga teruji di lintasan lari ultra road. Beberapa kali menempati posisi podium di sejumlah ajang lari. Santih mengikuti kategori relay duet bersama Christine Gautama, yang baru saja perdana ultra 100 kilometer di Titi Ultra di Malaysia, Hulu Langat, Selangor, Malaysia yang juga diikuti sejumlah pelari ultra Indonesia.
Vernando Hutagaol (VH), pelari yang juga vice-president sebuah perusahaan swasta ini untuk ketiga kalinya mengikuti Lintas Sumbawa. Rajin berlari solo-ultra, Vernando bertekad menyelesaikan misinya melihat keindahan Gunung Tambora dengan berlari setelah dua kali niatnya kandas di Lintas Sumbawa sebelumnya.
Berikut tanya jawab Kompas dengan mereka :
- Kompas: Apa yang menyebabkan Anda kembali mengikuti Lintas Sumbawa/Tambora Challenge?
ER: : Tahun ini saya lari lebih karena menemani Azis. (Tahun ini Eni berlari di kategori yang sama dengan suaminya, Abdul Azis Darmawan). Strategi mungkin sama seperti tahun lalu. Saya akan berlari dengan pace nyaman, makan dan istirahat yang cukup untuk menjaga stamina.
MM: Saya orangnya suka tantangan. Lintas Sumbawa adalah road running race dengan jarak terpanjang yang kita punya. Jadi tentu saja saya merasa terpanggil untuk ikut. Buat apa cari tantangan jauh-jauh ke luar negeri kalau kita punya (ajang) yang sebagus ini dan belum diselesaikan.
NW: Setelah tahun lalu saya ikut kategori relay, kini saya ikut kategori full. Menjelajah Sumbawa dengan berlari 320k adalah impian gila dan terliar untuk ibu rumah tangga seperti saya. Nothing to prove. Saya hanya harus melakukannya. Bismillah.
SG: Saya selalu ingin kembali menikmati keindahan Pulau Sumbawa yang cantik dengan padang sabananya yang indah, dan melihat kuda-kuda yang lari dengan bebas. Dan, tentu saja home made roti dompu yang enak banget itu.
Tahun ini saya ikut relay 160 K. Dulu di Trans Sumbawa 2015, saya ikut Tambora Trail 50 K sampai ke puncak Gunung Tambora. Pemandangannya bagus banget.
VG: Karena ingin menyelesaikan misi yang belum tuntas sejak 2016.
- Kompas: Sudah berapa lama melakukan persiapan untuk menghadapi Lintas Sumbawa 320? Ada target waktu menyelesaikan lomba?
ER: Latihan sebenarnya sangat minim. Selain luka kaki saya masih sering jadi masalah. Saya juga harus memaksa benar-benar off berlari karena pekerjaan kantor juga sedang penuh. Jadi waktu latihan sangat sedikit. Target waktu ya mungkin sama dengan tahun lalu karena pertimbangan latihan kurang.
MM: Saya ikut race secara kontinyu. Jadi saya juga berlatih dengan kontinyu. Paling saya menyesuaikan saja apakah race yang akan saya ikuti itu road, trail atau elevasi. Lomba yang saya ikuti sebelum Lintas Sumbawa juga saya jadikan sebagai persiapan. Saya berlatih dan fokus untuk Lintas Sumbawa sejak awal tahun 2018 dengan cara memperbanyak latihan ketahanan untuk jarak yang sebegitu panjang.
NW: Saya sudah berlatih sejak registrasi Tambora Challenge ini dibuka. Program latihan dari kang Rudy Dimyana sebagai coach juga mulai disesuaikan untuk kebutuhan dan kesiapan saya di Lintas Sumbawa.
SG: Sejak mendaftarkan diri Lintas Sumbawa saya sudah berlatih rutin dan ditingkatkan bertahap dengan peak training 120 kilometer.
Selain berlatih lari rutin dengan meningkatkan mileage lari, latihan penguatan core dilakukan seperti push up, sit up, plank, squat dan sebagaiknya. Selain itu saya juga sudah menyiapkan gear yang memadai untuk Lintas Sumbawa mulai dari base layer, sun block hingga buff anti UB dan reflective.
VG: Untuk Lintas Sumbawa 2018 ini, saya sudah mempersiapkan diri selama satu tahun
- Kompas: Tantangan apa saja sebenarnya yang dihadapi pelari dari Lintas Sumbawa 320?
ER: Jarak yang pasti. Berlari dengan jarak sejauh 320 kilometer adalah tantangan sebenarnya. Dalam kondisi seprima apapun dan cuaca sebagus apapun, 320 kilometer adalah tetap jarak yang panjang
MM: Tantangan utama tentu saja jaraknya 320 kilometer. Untuk mencapai jarak sejauh itu, banyak faktor dari diri sendiri yang harus diatasi. Tantangan berikutnya adalah cuaca. Teriknya matahari itu bisa jadi masalah buat para pelari. Tanjakan juga lebih banyak dari turunan karena start dan finisnya di tempat yang berbeda. Cukup berat.
NW: Panas, rasa lelah dan menahan kantuk adalah tantangan yang terberat buat saya.
SG: Selain memang jaraknya yang jauh, faktor cuaca akan menjadi tantangan tersendiri. Saat siang hari cuaca akan menjadi sangat panas, dan sebaliknya malam hari menjadi sangat dingin. Pelari harus bersiap menghadapi perbedaan cuaca yang ekstrem karena akan lari berhari-hari.
VH: Cuaca yang panas di siang hari dan hujan di malam hari menjadi tantangan Lintas Sumbawa 320. Demikian juga dengan mental yang bisa down karena kita sering lari sendirian di tengah jalan yang sepi.
- Kompas: Apa review Anda untuk Lintas Sumbawa?
ER: Buat saya lintasan Lintas Sumbawa sangatlah menarik dan menantang. Perbukitan (sabana) di kilometer-kilometer terakhir sangat bagus serta sedikit mengobati kejenuhan lintasan di awal rute yang relatif flat.
MM: Lintasannya bagus. Tanjakan lebih banyak dari turunan karena start dan finisnya di tempat yang berbeda. Cukup berat.
NW: Tempting me pisan… ha ha… Keramahan penduduk setempat dan keindahan alam Sumbawa selalu membuat saya ingin datang kembali.
SG: Lintas Sumbawa sangat menantang karena ada tanjakan. Malam hari yang sepi, pelari juga lebih tertantang lagi untuk tetap bisa berlari dan melawan kantuk.
VG: Buat saya Lintas Sumbawa 320 adalah lomba lari terhebat, terberat, terjauh dan juga termewah.
- Kompas: Apa harapan untuk pelaksanaan Tambora Challenge: Lintas Sumbawa 320 tahun ini?
ER: Semoga lebih matang persiapan panitianya, apalagi peserta makin banyak. Tentu penyelenggara juga akan lebih membutuhkan banyak orang. Makanan dan minuman kalau bisa lebih baik dari tahun lalu, buah segar sangat membantu kami para pelari.
MM: Harapan untuk race tahun ini… semoga sebagus tahun lalu. Tahun lalu, panitia sudah bagus dan maksimal. Saya bingung juga kalau diminta masukan mereka harus improve bagaimana lagi..
NW: Harapan pribadi, saya bisa finis dalam keadaan sehat tanpa cedera.
Harapan untuk Lintas Sumbawa semgoa bisa menjadi event internasional. Peserta asing lebih banyak yg ikut supaya bisa mengenalkan pesona alam Sumbawa.
SG: Semoga persiapan komite lebih matang untuk memberikan yang terbaik kepada para peserta terutama untuk keamanan, medik serta konsumsi sehat agar kondisi pelari selalu fit. Demikian juga tim physiotherapy karena kami berlari jauh perlu stretching untuk selalu siap melanjutkan perjalanan dan menyelesaikan seluruh rute.
Laporan langsung untuk menginformasikan perkembangan (live tracking) akan sangat membantu.
VG: Semoga semuanya bisa berjalan lancar. Semoga panitia sehat semua dan saya juga bersama teman-teman pelari bisa finis semua dan tidak ada masalah yang berat.