Tahun Politik, Reksa Dana Dinilai Akan Tetap Diminati
Oleh
DD14
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produk investasi reksa dana dinilai akan tetap diminati investor pemula meskipun saat ini terjadi tekanan global dan Indonesia memasuki tahun politik. Meski demikian, pertumbuhan industri reksa dana diprediksi tidak akan melebihi pertumbuhan yang dialami tahun lalu.
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro saat konferensi pers terkait paparan kinerja MAMI tahun 2017, di Jakarta, Selasa (27/3/2018), mengatakan menargetkan dana kelolaan reksa dana di MAMI pada 2018 tumbuh sekitar 20 persen.
Pertumbuhan itu lebih kecil dibandingkan dengan pencapaian pada 2017 yang mampu mengelola dana Rp 65,7 triliun atau meningkat 28 persen.
”Target kami tidak lepas dari risiko pasar yang saat ini sedang gonjang-ganjing. Volatilitas (gejolak) pasar yang disebabkan faktor global, seperti kenaikan suku bunga The Fed, pasti berpengaruh terhadap persepsi calon investor. Kalau di Indonesia, ditambah dengan tema pilkada (pemilihan kepala daerah) dan pilpres (pemilihan presiden),” tutur Legowo.
Saat ini, Indonesia tengah memasuki ”tahun politik”. Di 171 daerah di Indonesia telah berlangsung kampanye calon kepala daerah yang akan ditentukan pemenangnya pada Juni 2018.
Setelah itu, proses politik dilanjutkan dengan kampanye calon anggota legislatif serta calon presiden dan wakil presiden yang akan melangsungkan pemilihannya pada April 2019.
Secara terpisah, Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Sarjito menilai, investasi dalam bentuk reksa dana pada tahun 2018 tidak akan terpengaruh meski berada di tahun politik.
”Untuk reksa dana, sepanjang harga IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) bagus, ya, pasti akan naik (pertumbuhannya). Memang investasi yang lebih aman dikelola pihak lain, ya, reksa dana sebelum mereka melakukan investasi secara sendiri di pasar ekuitas,” ujar Sarjito.
Menurut Sarjito, investasi reksa dana akan terganggu jika IHSG melemah secara signifikan. Terhadap pelemahan IHSG yang terjadi sepanjang 2018 karena tekanan global, ia masih merasa pelemahan itu bersifat wajar.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, sampai Senin (26/3/2018), IHSG melemah 2,45 persen sejak awal tahun. Meski begitu, dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, pelemahan di Indonesia relatif lebih kecil. Filipina, misalnya, mengalami pelemahan bursa saham mencapai 7,31 persen.
Director and Chief Investment Officer Fixed Income MAMI Ezra Nazula menilai, terjadinya volatilitas pasar saham saat ini yang dipengaruhi tekanan global akan terjadi secara sementara. Hal itu karena keadaan makroekonomi dan fundamen ekonomi Indonesia masih dalam posisi baik dengan inflasi yang hanya 3,2 persen.
”Dengan pemberian rating dari sejumlah lembaga pemeringkat investasi kepada Indonesia tahun 2017, tahun ini Indonesia masih dianggap menarik untuk investasi. Saat ini hanya perlu menunggu level ekuilibriumnya (titik keseimbangan) saja,” tutur Ezra.
Edukasi investasi
Terkait pencapaian MAMI pada 2017, Legowo menyampaikan, edukasi pentingnya masyarakat untuk berinvestasi menjadi salah satu kunci guna menarik investor baru. Pada 2017, terdapat sekitar 17.000 investor baru di MAMI. Saat ini, total investor di MAMI sebanyak 197.000. Investasi itu dikelola dalam dua bentuk, yaitu produk reksa dana (24) dan mandat investasi (46).
”Tahun 2017, total kami melakukan edukasi, baik secara tatap muka maupun online, sekitar 2.800 kali,” ujar Legowo.
Adapun aset yang dikelola MAMI pada 2017 meningkat 62 persen dari tahun 2016 sebesar Rp 15,9 triliun menjadi Rp 25,7 triliun. Peningkatan tersebut melampaui angka pertumbuhan industri reksa dana nasional sebesar 35 persen.
”Jumlah investor reksa dana di Indonesia sekitar 600.000, dengan 197.000 investor kami, berarti hampir sepertiganya menginvestasikannya ke kami,” kata Legowo.
Produk Manulife Saham Syariah Asia Pasifik (Mansyaf) menjadi produk yang mengalami peningkatan paling signifikan. Total dana kelola reksa dana Mansyaf pada 2017 meningkat 2.255 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2017, dana yang dikelola mencapai 324,3 juta dollar AS setelah pada 2016 dana yang dikelola hanya 13,8 juta dollar AS.
Justitia Tripurwasani, Ketua Unit Pengelola Investasi Syariah MAMI, mengatakan, ke depan, pihaknya akan terus menyosialisasikan kepada masyarakat terkait investasi reksa dana dalam bentuk syariah. Saat ini, MAMI telah bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama terkait hal itu.
”Tahun lalu, kami beberapa kali menyelenggarakan edukasi investasi di Jawa Timur, khususnya di daerah tapal kuda (Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember Lumajang, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Kota Probolinggo) di mana banyak santri di sana. Kami sasar untuk berinvestasi syariah,” kata Justitia.
”Kami sadarkan masyarakat, nilai uang apabila tidak diinvestasikan akan tergerus inflasi. Kami dorong agar mau melakukan investasi minimal dari yang paling rendah. Kami ada produk Manulife Syariah Sukuk Indonesia, yang dengan Rp 10.000 sudah bisa orang berinvestasi,” lanjut Justitia.