Wilayah Perbatasan Paling Rentan Jadi Tempat Penyelundupan
Oleh
DD01
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengawasan ketat terhadap penyelundupan narkotika melalui jalur laut tidak mampu menghentikan aksi para pengedar narkotika. Melalui wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia, mereka menyelundupkan narkotika lewat jalur darat dan udara.
Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jenderal (Irjen) Arman Depari di Jakarta, Senin (26/3/2018), mengatakan, wilayah Sumatera dan Kalimantan paling rentan menjadi tempat penyelundupan narkotika. Menurut dia, perairan di wilayah Sumatera dan Kalimantan cenderung longgar. Banyaknya penyelundupan yang terjadi di dua wilayah itu mendorong peningkatan pengawasan.
”Saat ini, negara tengah giat-giatnya melakukan pemberantasan dan pengawasan di pantai timur Sumatera hingga ke pantai barat dan utara Kalimantan,” kata Arman seusai pemusnahan barang bukti narkotika di lapangan parkir BNN. Dalam pemusnahan narkotika tersebut, hadir pula Kepala BNN Irjen Heru Winarko, Kepala Bagian Humas BNN Komisaris Besar Sulistiandriatmoko, perwakilan dari Kejaksaan Agung, dan lembaga swadaya masyarakat bidang penanggulangan narkotika.
Namun, pemberantasan dan pengawasan itu tidak membuat para bandar habis akal. Arman mengatakan, mereka memanfaatkan jalur darat, terutama daerah perbatasan antarnegara.
”Mereka menyelundupkan narkotika melalui batas negara antara Malaysia dan Indonesia, yaitu di Kalimantan, mulai dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, hingga Kalimantan Utara,” kata Arman.
Ia menambahkan, pengawasan di bandara juga perlu diperketat. Penyelundupan narkotika dalam jumlah relatif kecil biasanya dilakukan lewat jalur udara. Pengedar memanfaatkan fasilitas penyimpanan barang di kabin untuk menyimpan narkotika.
Selama Januari-Februari 2018, BNN mengungkap 13 kasus penyelundupan narkotika. Dari 13 kasus, lima di antaranya terjadi di Sumatera. Sisanya terjadi di Kepulauan Riau dan Jabodetabek.
Dari seluruh kasus tersebut, BNN juga menangkap 35 tersangka. Arman mengatakan, ke-35 orang itu merupakan bagian dari jaringan pengedar baru dan jaringan pengedar lama. Bahkan, ada pula yang baru bisa tertangkap setelah dikejar bertahun-tahun.
Salah satunya tersangka penggerebekan laboratorium narkotika rumahan di Tangerang, Jawa Barat. Sebanyak dua tersangka bernama Anyiu dan LH alias Han sudah dikejar sejak 2013. Mereka telah melakukan praktik pembuatan narkotika di rumah sejak empat tahun lalu di Daan Mogot, Jakarta Barat, tetapi baru ditangkap pada Januari lalu.
Dari penangkapam Anyiu dan LH, disita 108 tablet ungu, 310 butir tablet segitiga merah, dan 11.000 butir tablet merah. Selain itu, ada pula 11,25 kilogram bahan pil ekstasi serta berbagai alat untuk memproduksi narkotika.
Heru menargetkan, tahun ini BNN akan membongkar 26 sindikat penyelundupan narkotika. Sebagian dari mereka merupakan bagian dari jaringan lama, masih terkait dengan terpidana mati Freddy Budiman. Sebagian lainnya merupakan jaringan penyelundupan yang baru.
”Jaringan sindikat penyelundupan narkotika sangat kompleks karena mereka saling menutupi dan saling bekerja sama,” kata Heru.
Untuk mencapai target pemberantasan, Heru menegaskan akan bertindak tegas. Salah satunya menembak mati di tempat bandar atau pengedar yang melawan saat penangkapan.
Arman menambahkan, pihaknya juga akan bekerja sama dengan Interpol dan instansi pemberantasan narkotika di negara-negara lain. Sebab, sindikat penyelundupan narkotika tidak hanya berjalan sendiri di lingkup lokal, tetapi juga bekerja sama secara internasional.
Pemusnahan
Dari 13 pengungkapan kasus selama Januari-Februari, BNN menyita 150,17 kilogram sabu dan 89.030 butir ekstasi. Selain itu, ada juga 11.464 butir tablet; 1,21 kilogram kristal putih; 0,05 kilogram pecahan tablet merah; dan 9,97 kilogram serbuk.
Sejumlah narkotika itu dimusnahkan di lapangan parkir BNN yang dipimpin langsung oleh Heru. ”Ini merupakan pemusnahan kelima yang dilakukan tahun ini,” ujar Heru.
Pemusnahan dilakukan menggunakan satu insinerator. Insinerator tersebut melakukam dua kali pembakaran, yaitu pembakaran material pada suhu 500-800 derajat celsius dan pembakaran gas pada suhu 900-1.300 derajat celsius.
”Pembakaran dua tahap tersebut dilakukan agar asap yang dikeluarkan sudah bersih dari kandungan narkotika,” kata teknisi insinerator BNN Maulana.
Namun, kapasaitas pembakaran insinerator yang dimiliki BNN hanya 10 kilogram per jam. Oleh karena itu, kata Arman, pembakaran yang dilakukan hanya satu kali, yaitu 10 kilogram.
Sisa narkotika lainnya akan dikirim ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. ”RSPAD Gatot Subroto memiliki insinerator dengan kapasitas 200 kilogram dalam satu kali pembakaran,” ucap Arman.