Jadul bukan berarti nggak bisa eksis. Di tengah gempuran kue artis, waralaba, dan pendatang baru, toko jadul ini tetap punya tempat di hati penggemarnya. Rasa yang nikmat tak membohongi lidah.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·6 menit baca
Menjelajahi kekayaan kuliner ibu kota seolah tak ada habisnya. Toko-toko kue Eropa jadul dan kekinian, misalnya, menjanjikan pengalaman mencecap rasa manis, lembut, dan enak. Selain pengalaman lidah, toko kue itu mengandung kenangan tentang sejarah kota yang berderap bersama laju zaman.
Aroma kue yang sedang dipanggang seketika menyeruak saat pintu toko kue Maison Weiner dibuka. Meja-meja bundar dilapisi taplak motif kotak-kotak. Kursi-kursi rotan disusun mengelilingi meja. Ada dua etalase yang memajang aneka rupa kue. Roti-roti dipajang di dekat jendela depan dengan foto-foto kue bertuliskan bahasa Belanda seperti speltbrood (roti bolu gandum), Ontbijtkoek, Kattetong (lidah kucing), dan kaasbillen (bola-bola keju). Ada juga roti gandum sehat, roti tawar, dan kue soes isi fla.
Nuansa jadul itu seolah hendak membekukan perjalanan panjang toko yang berdiri sejak tahun 1936. Sejak awal, toko kue itu berada di Jalan Kramat Nomor 2, Kwitang, Jakarta Pusat. Toko didirikan oleh Nyonya Lee Liang Mey. Kini, toko itu dikelola oleh generasi ketiga atau cucu pendiri yaitu Heru Laksana.
Kami pun tertarik untuk mencoba sepotong kue berwarna coklat yang ditaburi dengan kismis serta irisan tipis kacang almond. Ontbijtkoek adalah kue rempah dari Belanda yang kerap muncul pada menu sarapan.
Rasa rempah terutama kayu manis sangat terasa pada gigitan pertama. Lapisan roti rempah itu empuk, dengan harum aroma kayu manis. Maison Weiner berusaha mempertahankan cita rasa jadul itu.
“Rencananya, lewat toko ini, kami juga akan memunculkan kembali menu-menu kue Belanda zaman dulu seperti zandtartkoek, marmerkoek, sous, dan risolius,” kata Heru, Kamis (22/3).
Cita rasa roti jadul itu memiliki penggemarnya. Jos (50), warga Tomang, Jakarta Barat, sudah sejak enam tahun lalu berlangganan di Maison Weiner. Saban ada rapat di sekitar Kwitang, ia selalu menyempatkan diri berbelanja di toko itu.
Satu yang pasti dicari oleh Jos adalah rasa kue yang cocok dengan seleranya. Ia paling suka membeli roti yang ditaburi kismis serta kacang-kacangan.
“Kalau ke sini, saya selalu belanja banyak, sekalian untuk stok,” kata Jos.
Rata-rata, kue yang ditawarkan di toko ini dijual mulai dari Rp 10.000, Rp 14.000, Rp 35.000, hingga Rp 50.000-an. Beberapa kue berukuran besar seperti dreikon bread dijual dengan harga Rp 35.000 per bungkus.
Tertarik menjajal rasa Maison Weiner? Sempatkan mampir antara hari Senin-Sabtu, jam 07.00-19.00.
Mocca nougat
Beranjak dari Kwitang, di Jalan Jambu Nomor 33 Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, juga ada sebuah toko kue mungil bernama “Martha Cake Shop”.
Toko kue itu menyempil di dalam kompleks permukiman elite. Untuk masuk ke dalam area toko, kami harus melewati pintu pagar kecil yang berada di rumah bernomor 33.
Sebuah etalase kaca berisi cake-cake kecil yang dikemas dalam wadah plastik berbentuk setengah silinder, amat menggoda mata. Kue berbentuk bulat dan tebal itu dihiasi sedikit whipped cream dan buah ceri merah.
Toko kue milik oma Martha T Tampi Karundeng itu sudah ada sejak 42 tahun lalu. Oma Martha awalnya hanya menjual kue kreasinya untuk tetangga dan sanak saudara. Ia lalu kerap mendapatkan pesanan dari pejabat seperti keluarga mantan Presiden Soekarno, Soeharto, Wakil Presiden Jusuf Kalla maupun menteri-menteri.
Rata-rata, pelanggan di toko kue ini menyukai cake mocca nougat yang tidak terlalu manis. Lapisan kuenya empuk, dengan isi saus fla di tengah. Perpaduan cake yang lembut, bonus fla manis di tengah, ditambah gurih dan renyah kacang panggang (nougat) membuat cake ini terasa nikmat.
Sepotong mocca nougat dibanderol Rp 45.000.
Selain mocca nougat ada pula menu lain seperti cake coklat, Russian blackforest, tiramisu, lemon cake, pia, hingga kue-kue kering dalam stoples-stoples kecil. Karena toko kue mungil dan berada di samping rumah, rata-rata pembeli tidak makan ditempat. Banyak pembeli memesan untuk acara keluarga maupun pesta.
Kasni (41), kasir Martha Cakes Shop, mengatakan, seluruh kue yang dijual dibuat tanpa bahan pengawet. Oleh karena itu, kue hanya tahan 6 jam di luar ruangan serta 6 hari di dalam kulkas. Untuk memastikan kualitas kue, oma Martha yang kini berusia 70 tahun lebih pun masih sering turun tangan membuat kue. Ia juga menerima pesanan kue ulang tahun dan kue untuk acara lain. Kue pesanan dibuat dengan berbagai ukuran mulai 24 cm x 24 cm, hingga 80 cm x 40 cm. Kue ukuran besar itu dibanderol Rp 300.000-Rp 3,5 juta.
“Kalau tidak ada pesanan, kami tidak menyetok banyak kue. Karena kami ingin seluruh kue habis terjual supaya besok bisa menyiapkan lagi yang masih segar,” kata Kasni.
Toko ini buka setiap hari dari pukul 09.00-17.00, dan tutup pada hari besar keagamaan.
Animo bakery
Sensasi makan kue rumahan juga bisa dirasakan di Animo Bakery yang berada di Jalan Cipete I Nomor 6 A, Jakarta Selatan. Toko kue mungil itu juga berada di kompleks perumahan. Meskipun mungil, pemilik toko kue tetap menyediakan bangku-bangku untuk pengunjung yang ingin makan di tempat.
Di toko ini, aneka kue Eropa lengkap disajikan dan selalu hangat. Aneka roti dan kuenya pun beragam. Bolu gulung memiliki varian rasa seperti green tea, mocca, pandan keju, coklat, dan meses. Ada pula pilihan cake pisang, cake wortel, baked cheese tart, pie apel, donat rumahan, cheese danish, butter croissant, hingga kue perancis cannele.
Para pengunjung pun banyak yang memfavoritkan butter croissant. Abdul Aziz (35), senior baker di Animo Bakery mengatakan, banyak orang menyukai butter croissant karena empuk dan renyah. Selain itu, cita rasanya juga dianggap sederhana dan original.
Jika ingin menjelajah rasa yang lain, pengunjung bisa memilih red velvet croissant maupun croissant coklat
“Selain untuk toko kue sendiri, kami juga memasok kue untuk bioskop XXI, buns untuk Flip Burger, dan kafe Liberica,” tutur Abdul Aziz.
Tak hanya menyediakan kue “fresh from the oven”, toko ini juga menyediakan kopi. Ada berbagai macam kopi ditawarkan seperti piccolo, cappucinno, latte, espresso, ristreto, macchiato, hingga es kopi susu kekinian. Kopi-kopi ini dipasok oleh kedai kopi Anomali, karena pemilik kedainya sama.
Rata-rata pengunjung memesan dan mengambil pesanannya untuk dibawa pulang.
Sejak buka pada pukul 07.00 pagi, toko ini selalu ramai didatangi pembeli yang ingin berburu menu sarapan, makan siang, hingga makan malam.
Mak Iyah (42), misalnya, datang dan berbelanja aneka macam kue untuk menu berbuka puasa. Hampir setiap hari, ia diminta majikannya untuk membeli aneka macam kue di Animo Bakery. Selain karena tempatnya dekat, mak Iyah juga gemar berbelanja di toko itu karena cocok di lidahnya. Dari sisi harga, menurutnya, kue di toko ini sangat terjangkau karena berkisar antara Rp 10.000-Rp 35.000 per potong.
Hmm.. memang asyik dan mengenyangkan berjalan-jalan di toko-toko kue jadul dan kekinian di Jakarta..