Popularitas Dua Calon Wakil Gubernur di Jatim Masih Rendah
Oleh
DD16
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Popularitas dari dua Calon Wakil Gubernur Jawa Timur, yaitu Emil Elistianto Dardak dan Puti Guntur Soekarno, dalam Pilkada 2018 masih rendah. Partai politik pendukung harus bekerja lebih keras lagi agar dapat meningkatkan elektabilitas masing-masing calon mengingat pencoblosan tinggal menyisakan waktu tiga bulan lagi.
Menurut Survei Charta Politika, Emil, pendamping Calon Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa, memiliki popularitas sebesar 50,47 persen. Sementara itu, Puti, yang berdampingan dengan Calon Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, popularitasnya lebih rendah lagi, yaitu 42,2 persen.
Hal itu berbanding jauh dengan kedua pasangan calon gubernur, yaitu Khofifah dan Saifullah. Khofifah popularitasnya mencapai 92,9 persen, sedangkan Saifullah mencapai 91,7 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, ada ketimpangan antara popularitas calon gubernur dengan calon wakil gubernurnya. “Ini dapat diartikan bahwa masing-masing calon wakil gubernur sebenarnya belum terlalu dikenal oleh masyarakat,” kata Yunarto, dalam rilis survei elektabilitas Calon Gubernur-Wakil Gubernur Jatim 2018, di Jakarta, pada Rabu (21/3).
Yunarto menambahkan, kedua calon wakil gubernur itu sebenarnya memiliki modal yang kuat untuk mendongkrak elektabilitas masing-masing calon gubernurnya, yaitu identitas kedua calon wakil gubernur itu yang merujuk pada tokoh nasional Indonesia. Puti adalah cucu dari Presiden Pertama RI Soekarno, sedangkan Emil adalah Bupati Trenggalek dan cucu dari KH Mochamad Dardak, ulama yang disegani di Trenggalek.
“Calon gubernurnya sudah sangat populer dan dikenal. Itu sudah mentok karena popularitasnya melampaui 90 persen,” kata Yunarto. “Sementara dua cawagub ini pengenalannya masih minimum. Padahal, mereka punya modal besar dan bisa dorong elektabilitas dari cagubnya.”
Terkait hal itu, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Bambang Dwi Hartono mengatakan, pengaruh Puti belum terlalu terlihat karena belum semua kota dan kabupaten di Jawa Timur itu sudah dikunjungi. Dari 38 kota dan kabupaten, masih tersisa 13 tempat yang belum dikunjungi.
“Kami tidak mudah berpuas diri. Banyak pekerjaan rumah yang harus kami kerjakan,” kata Bambang. “Tetapi, pergerakan yang belum ada satu bulan ini capaiannya cukup bagus. Puti bisa dikenal oleh hampir 50 persen masyarakat. Mulai minggu lalu sampai hari ini, Puti baru bergerak di Mataraman Pesisir. Itu mulai dari Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro.”
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jendral Partai Golongan Karya Muhammad Sarmuji mengatakan, juga akan mendorong popularitas Emil untuk meningkatkan elektabilitas Khofifah. Hingga saat ini, ia menyatakan masih optimistis.
“Meski pengenalannya baru 50 persen, tetapi tingkat kesukaan terhadap Emil cukup besar,” kata Sarmuji. “Selain itu, pertempuran juga akan ada di Mataraman. Emil merepresentasikan Mataraman dengan cukup dekat.” Dalam survei itu, Khofifah-Emil unggul di Mataraman Pesisir dengan elektabilitas setinggi 50,8 persen.
Sementara itu, melihat dari elektabilitasnya, Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno mengungguli Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak. Gus Ipul dan Puti unggul dengan perolehan 44,8 persen. Khofifah dan Emil elektabilitasnya mencapai 38,1 persen. Sementara itu, sebesar 17,1 persen tidak memilih.
Berdasarkan temuan itu, Yunarto menyatakan, pemenang dari Pilkada Jatim 2018 belum bisa ditebak dan masih sangat mungkin untuk berubah. Selisih perolehan suara kedua pasangan calon masih cukup tipis yaitu 6,7 persen.
Faktor Soekarwo
Berdasarkan temuan Charta Politica, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur di bawah kepemimpinan Soekarwo-Saifullah mencapai 79,7 persen. Yunarto menyatakan, ada kecenderungan apabila petahana maju kembali dengan tingkat kepuasan 70 persen ada kemungkinan untuk terpilih kembali.
Baik Saifullah maupun Khofifah memiliki hubungan dengan Soekarwo. Saifullah telah mendampingi Soekarwo selama 10 tahun. Khofifah diasosiasikan dengan Soekarwo karena adanya dukungan dari Partai Demokrat, di mana Soekarwo menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Demokrat Jawa Timur.
“Ini jadi menarik tentang siapa yang akan memanfaatkan kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, keduanya memiliki asosiasi dengan Soekarwo,” kata Yunarto.
Sehubungan dengan temuan itu, Bambang mengatakan, kedekatan Soekarwo dan Saifullah yang telah memimpin selama 10 tahun itu akan lebih dilihat masyarakat. “Bagaimana pun juga, Saifullah berpasangan dengan Soekarwo selama 10 tahun. Persepsi orang pasti melekatkan kisah sukses Soekarwo kepada Saifullah. Itu menambah keyakinan kami bahwa tren akan membaik,” kata Bambang.
Menurut temuan Charta Politica, tren elektabilitas Saifullah-Puti pun membaik dibandingkan Januari lalu, sedangkan Khofifah-Emil cenderung menurun. Pada Januari, Saifullah-Puti memperoleh elektabilitas 42,6 persen, sedangkan Khofifah Emil memperoleh 41,5 persen. Pada Maret, jarak antara keduanya melebar, Saifullah-Puti memperoleh 44,8 persen, sedangakn Khofifah-Emil memperoleh 38,1 persen.
Akan tetapi, Sarmuji masih meyakini, Khofifah-Emil masih bisa bersaing dan memanfaatkan kesuksesan Soekarwo dalam memimpin. Hal itu dibuktikan dengan dukungan yang diberikan oleh Partai Demokrat mengingat Soekarwo menjadi bagian dari partai itu.
“Dukungan Soekarwo terhadap Khofifah sudah cukup jelas. Partai Demokrat mendukung Khofifah dan Soekarwo menjadi bagian dari Partai Demokrat,” kata Sarmuji.