Siapa pun yang melihat Erin, anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) betina berumur 4 tahun yang kehilangan sebagian belalainya, akan tergerak hatinya. Gajah kecil itu kini masih dalam pantauan tim kesehatan Taman Nasional Way Kambas dan ditempatkan di Pusat Pelatihan Gajah Way Kambas, Lampung Timur, Lampung.
Erin ditemukan di kawasan Susukan Baru, Wilayah I Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Minggu, 24 Juli 2016, sekitar 500 meter dari permukiman penduduk. Sekitar seperdelapan belalainya atau 10 sentimeter dari pangkal putus, diduga terkena jerat pemburu.
Saat ditemukan pertama kali, gajah mungil yang saat itu berumur 2 tahun tersebut kurus, lemah, cacingan, diare, dengan feses yang sangat bau.
Erin kemudian dievakuasi tim dan dibawah ke Rumah Sakit Gajah (RSG) Prof Dr Rubini Atmawidjaja di Pusat Pelatihan Gajah TNWK. Dokter yang merawatnya memberi infus, obat-obatan, dan pangan yang cukup.
”Alhamdulillah, sudah semakin sehat dia, banyak orang juga yang berbelas kasih juga padanya dan membantunya,” kata Kepala TNWK Subakir.
Saat Kompas datang ke Pusat Latihan Gajah TNWK, Selasa (20/3) petang, Erin ditempatkan di kandang tempat gajah melahirkan. Kakinya dirantai karena petugas sudah pulang. Ia berjalan maju-mundur, maju-mundur, begitu terus dengan teratur.
Ia diam saja saat kepalanya dibelai. Beberapa saat kemudian, ia merespons orang di depannya dengan mengangkat belalainya, mengikuti gerak tangan Kompas, dengan ujung belalai yang berwarna kemerahan dan berair. Apa yang dia lakukan menimbulkan rasa iba yang mendalam pada siapa pun yang melihat.
”Saat ditemukan dua tahun lalu, sudah tidak ada lagi pendarahan di belalainya, tapi ujung belalainya masih memerah,” ujar Diah Esti Anggraini, dokter hewan yang merupakan anggota tim dokter RSG Prof Dr Rubini Atmawidjaja. Tim menyinyalir bahwa belalai Erin terkena jerat pemburu.
Dalam kasus anak gajah terluka seperti itu, lanjut Diah, biasanya kelompoknya akan menunggui kesembuhan gajah dalam beberapa hari. Diduga kondisi Erin sangat lemah sehingga ia ditinggalkan induk dan kelompoknya, lalu merapat ke permukiman penduduk.
Dokter TNWK, Dedi Candra, beberapa hari setelah penemuan itu mengatakan, bagian belalai yang putus ialah bagian yang biasa digunakan gajah untuk meraih tumbuhan atau buah-buahan pakan gajah. Akibatnya, bayi gajah itu kesulitan untuk mencari makan sendiri.
”Semenjak kami selamatkan, bayi gajah terus kami suapi makanan berupa buah dan rerumputan. Mahout (pawang gajah) harus mendekatkan pakan ke mulut gajah karena belalai gajah tidak mampu meraih makanan,” ujarnya.
Salah satu anggota tim evakuasi Erin, Ketua Forum Mahout Indonesia Nazaruddin, menyebutkan, gajah yang terluka dan terpisah dari kawanannya secara naluriah akan mendekati perkampungan warga untuk meminta pertolongan. ”Saat kami temukan, kondisi belalai memang sudah terpotong,” lanjutnya.
Nazaruddin mengatakan, saat patroli di dalam kawasan, pihaknya masih kerap menemukan jerat yang dipasang pemburu di kawasan TNWK.
”Jerat bisa terbuat dari kawat baja, kawat rem sepeda motor, hingga benang nilon. Jerat tersebut biasanya digunakan pemburu untuk menangkap babi atau rusa,” katanya.
”Beberapa kali, kami juga menemukan ada gajah Way Kambas yang terjerat di bagian kaki. Beruntung, jerat bisa diputus dan gajah bisa dilepaskan tanpa mengalami luka serius,” tuturnya.
Nama Erin disematkan pada bayi gajah itu oleh tim penyelamat dari kata dalam bahasa Jawa, entuke ning RI, atau ’dapatnya di RI’. RI adalah nama lokasi Erin ditemukan.
Setelah hampir dua tahun dirawat dan diperkenalkan dengan manusia menjadi gajah jinak, kondisi Erin semakin membaik. Ia mendapat asupan gizi, pangan, dan obat-obatan sehingga cacingan dan diarenya menghilang.
Ia juga diajari makan sendiri dan kini sudah bisa menggunakan belalainya meskipun tidak maksimal seperti gajah normal. ”Kadang, dia menggunakan kakinya untuk membantu mengambil makanan atau menekuk kakinya,” kata Diah.
Untuk benda-benda kecil, biasanya Erin menyedotnya.
Beberapa saat lalu saat diangon di hutan, Erin disengat kawanan tawon tanah dan ditemukan dengan tubuh penuh lebam. Matanya pun ikut disengat. Kondisinya memprihatinkan.
Tim dokter memberikan infus kepada Erin beberapa kali. Luka di telinganya yang masih memerah terjadi karena sengatan lebah itu yang hingga kini masih dalam perawatan dokter.
Kasus Erin terjadi karena perburuan hewan, termasuk gajah, yang masuk dalam spesies terancam punah itu masih terus terjadi. Setiap tahun terjadi kasus kematian gajah karena perburuhan di TNWK untuk diambil bagian tubuhnya dan diperdagangkan.
Berdasarkan sensus gajah TNWK tahun 2010, terdapat 248 gajah liar di TNWK. Sementara di Pusat Latihan Gajah, terdapat 66 gajah jinak, termasuk Erin, anak gajah korban keserakahan manusia.