Semilir angin menerpa halaman Padepokan Wayang Topeng Asmorobangun, di Dusun Kedungmonggo, Desa Karangpandan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (20/3), menghalau gerah. Di dalam ruang padepokan yang ada di sudut halaman, tiga remaja sibuk membuat miniatur topeng Panji.
Jemari Bayu Pratama Putra (21) cekatan mengukir kayu sengon hingga membentuk wajah topeng berukuran sebesar genggaman tangan orang dewasa. Ia lalu menggoreskan pisau tajam ke bagian atas kepala topeng hingga membentuk ornamen ikat kepala yang membedakan topeng Panji gaya Malangan dengan daerah lain di Nusantara.
Di dekat Bayu, Novenko juga mengerjakan hal serupa. Topeng mentah hasil karya mereka kemudian diberi cat oleh Meliano sesuai karakter sang tokoh. Untuk tokoh Panji biasanya memiliki wajah berwarna hijau, sedang tokoh antagonis Bapang memiliki raut muka berwarna merah.
Meliano dan Novenko, yang masih remaja, merupakan siswa SMK 3 Blitar yang tengah mengikuti program praktik kerja lapangan selama lima bulan di Padepokan Wayang Topeng Asmorobangun. Selain menjadi tempat latihan seni tari wayang topeng Malang, padepokan tersebut juga memproduksi topeng yang selama ini menjadi bagian dari cerita tari wayang topeng.
"Ini menyelesaikan pesanan. Untuk cindera mata. Jadi ukurannya tidak besar," ujar Bayu yang masih punya hubungan saudara dengan Tri Handoyo selaku pimpinan padepokan. Bayu tidak hanya mulai bisa membuat topeng. Setiap pentas seni wayang topeng, Bayu juga mengambil posisi sebagai penabuh gamelan.
Begitulah suasana keseharian Padepokan yang berada sekitar 10 kilometer di sisi selatan Kota Malang itu. Jika tidak sedang ada latihan menari--biasanya hari Minggu pagi--dan kunjungan wisatawan (dari kampus atau intansi) maka kesibukan membuat topenglah yang paling kentara di tempat yang berada di tepi Sungai Metro itu.
Handoyo menuturkan pesanan topeng terus meningkat dari waktu ke waktu. Dibanding tiga tahun lalu, pesanan saat ini jauh lebih ramai. Konsumen tidak saja berasal dari instansi pemerintah tetapi juga swasta dan perguruan tinggi. Mereka pesan topeng untuk dipakai menari, hiasan dinding, hingga cinderamata. Dari 76 karakter topeng yang dimiliki Padepokan Asmorobangun, karakter paling disukai adalah tokoh Panji.
Konsumen topeng tidak saja berasal dari instansi pemerintah tetapi juga swasta dan perguruan tinggi
"Bulan lalu kami baru saja menyelesaikan pesanan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur sebanyak 600 buah topeng Panji ukuran kecil untuk cinderamata. Sekarang kami juga sedang menyelesaikan pesanan yang lain. Ada pihak yang tidak mau menyebut nama instansi, dia pesan 200 topeng ukuran sedang," ujarnya.
Sepanjang Bulan Maret saja, menurut Handoyo pihaknya telah mengirimkan 60 topeng ukuran besar, topeng ukuran tanggung sebanyak 75 buah, dan 150-an topeng berukuran kecil. Dengan harga Rp 10.000-Rp 250.000 per buah, pemesan topeng berasal dari berbagai daerah.
Handoyo sendiri mengaku tidak tahu apakah perkembangan teknologi komunikasi yang maju pesat ikut memberi andil terhadap pembelian topeng yang pihaknya buat. “Kemungkinan banyak konsumen mendapat informasi tentang topeng Malang dari internet,” ucapnya.
Respon bagus masyarakat terhadap topeng Malang juga tidak lepas dari posisi Malang dan sekitarnya yang menjadi daerah tujuan wisata. Sebagai tempat wisata, topeng Malang menjadi salah satu cinderamata menarik dari sekelumit cinderamata lokal yang didominasi oleh makanan.
“Menurut pelaku wisata dan biro perjalanan, wisatawan luar daerah lebih melirik topeng Malang karena nilai kekhasannya. Kalau cinderamata yang lain sudah banyak,” kata anak maestro tari topeng Malang Mbah Karimun ini.
Topeng Malang menjadi salah satu cinderamata menarik dari cinderamata lokal yang biasanya didominasi oleh makanan
Untuk memproduksi topeng, Handoyo menghadapi kendala dalam hal tenaga kerja. Sejak enam bulan lalu ada tujuh orang yang membantu Handoyo, termasuk saudara yang sebelumnya bekerja di luar kota. Apabila semua bekerja optimal maka 500 buah topeng bisa dihasilkan dalam satu bulan. Jika tidak optimal maka topeng yang dibuat hanya berkisar 200-300 buah.
Di luar topeng, anak muda yang ingin memelajari seni wayang topeng Malang juga kian banyak. Saat ini ada sekitar 150 anak yang belajar dengan usia bervariasi, mulai dari belum sekolah sampai kuliah.
Begitu pula kunjungan instansi yang sekedar ingin mengetahui wayang topeng Malang sampai studi banding juga kian marak. Bulan Januari lalu misalnya, datang rombongan mahasiswa asal salah satu perguruan tinggi dari Semarang, Jawa Tengah, ke tempat ini. Membaiknya animo tersebut memberi angin segar bagi Handoyo dan keluarga. Mereka menilai upaya pelestarian wayang topeng Malang menjadi keniscayaan.
Beberapa bulan lalu Handoyo juga terlibat dan menjadi koreografer acara Menari Topeng Bapang Masal dengan jumlah peserta 5.000 siswa di Pantai Nganteb, Kecamatan Bantur, Malang. Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Malang ke-1257 itu berhasil memecahkan rekor MURI.