Benny D Koestanto/Hamzirwan Hamid dari Sydney, Australia
·3 menit baca
SYDNEY, KOMPAS — Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersama Australia menyatakan mendukung dan bakal tetap menjalankan prinsip perdagangan bebas sekaligus menolak kecenderungan praktik proteksionisme seperti ditunjukkan Amerika Serikat. Perdagangan bebas dinilai ikut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas bagi negara-negara pelakunya.
”Kami mutlak percaya bahwa perdagangan bebas adalah kunci. Proteksionisme bukanlah tangga untuk keluar dari pertumbuhan (ekonomi) yang rendah, sebaliknya itu justru adalah sekop untuk menggali lebih dalam lagi,” kata Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull seusai menggelar pertemuan bilateral dengan PM Singapura Lee Hsien Loong di Sydney, Jumat (16/3). Singapura bertindak sebagai Ketua ASEAN pada 2018.
Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS mengambil sikap proteksionis. Perang dagang mengemuka di depan mata setelah Washington berencana menerapkan tarif impor atas baja dan aluminium. Meski menurut rencana sejumlah mitra dagang AS dikecualikan dari aturan itu, sejumlah negara tetap mengecam kebijakan penerapan tarif tersebut. Aksi balasan tengah disiapkan sejumlah negara terhadap produk-produk AS.
Turnbull mengatakan, banyak negara tetap sepakat dengan sistem perdagangan bebas. Tanpa AS yang menarik diri dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), akhirnya TPP 11 atau Kemitraan Komprehensif dan Progresif Trans- Pasifik (CPTPP) ditandatangani. Blok itu mengikutsertakan Chile sebagai negara baru yang ikut serta.
Turnbull menegaskan, negaranya tidak akan berhenti melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membuka pasar-pasar baru dan kesempatan bagi pebisnis dan eksportir Australia.
”Jalan menuju perdagangan bebas, khususnya ketika ada banyak angin proteksionisme berembus lebih kuat dari yang ada sebelumnya, selalu menantang. Namun, kita harus tetap berjalan,” kata Turnbull seraya menyatakan pasca-kesepakatan TPP 11, kini pemerintahannya tengah menyelesaikan negosiasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), menurut Turnbull, merasakan manfaat dari keterbukaan ekonomi negerinya. Dua pertiga warga Australia diungkapkan bekerja di sektor UMKM. Sedikitnya 403.100 lapangan kerja baru dibuka di negeri itu sepanjang tahun lalu. Angka itu adalah rekor tersendiri bagi Australia selama 26 tahun terakhir. Angka itu adalah angka pertumbuhan lapangan kerja tertinggi, di mana ikut ditunjang oleh sektor UMKM.
Loong menyatakan, selain TPP 11 atau CPTPP dan RCEP, hubungan antara ASEAN dan Australia adalah bentuk atau contoh baru praktik perdagangan bebas. Melalui perdagangan bebas, hubungan di antara setiap pihak semakin kuat.
Setiap pihak juga mempromosikan kawasan yang inklusif dan stabil, yang diharapkan secara ideal saling menguntungkan semua pihak.
”Saya tahu suasana global tengah menghadapi arah yang berkebalikan, tetapi kami di antara ASEAN tengah berupaya memperdalam ketergantungan untuk bekerja bersama-sama membuka pasar-pasar,” kata Loong.
Magnet baru
Bagi ASEAN, penguatan kerja sama dengan Australia merupakan tapak baru dari relasi mereka. Pergeseran titik gravitasi pertumbuhan ekonomi global dari Amerika dan Eropa di kawasan Atlantik ke Asia di Pasifik diharapkan bisa menjadi momentum membangun kerja sama yang saling menguntungkan.
Saat berbicara di depan Forum CEO Konferensi Tingkat Tinggi Khusus ASEAN-Australia di Sydney, Presiden Joko Widodo mengajak para pengusaha Australia untuk berinvestasi di ASEAN. Indonesia sendiri tengah gencar membangun infrastruktur jalan, rel kereta api, bandar udara, dan pelabuhan yang akan meningkatkan konektivitas serta menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di daerah.
”Poros perekonomian dunia sedang bergeser dari Atlantik ke Pasifik, pertumbuhan ekonomi tertinggi saat ini ada di Asia Pasifik. Lalu siapa yang tepat berada di tengah-tengah Asia Pasifik adalah ASEAN,” kata Presiden Jokowi.
Posisi strategis itu didukung dengan kinerja ekonomi yang stabil. Pada 2017, angka pertumbuhan ekonomi ASEAN mencapai 4,9 persen. Saat ini, ASEAN memiliki produk domestik bruto (PDB) mencapai 2,72 triliun dollar AS tahun 2017 dengan pendapatan per kapita 25.322 dollar AS per tahun.
Pertumbuhan populasi di ASEAN, terutama Indonesia yang pada 2030 akan menikmati bonus demografi karena mayoritas penduduk berusia produktif, akan meningkatkan konsumsi rumah tangga yang harus dipenuhi oleh dunia usaha.
ASEAN—sebuah kawasan dengan populasi 637,95 juta jiwa, 257 juta di antaranya penduduk Indonesia—adalah magnet ekonomi baru.