LAMONGAN, KOMPAS — Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, layak menyandang sebagai Kampung Pancasila dan destinasi wisata budaya. Balun mewakili wujud penghargaan atas kemajemukan dan keberagaman. Toleransi bukan hanya kata, melainkan diwujudkan nyata dalam kehidupan keseharian warganya, termasuk dalam membantu perayaan agama umat lainnya.
Kali ini, menjelang perayaan Nyepi dan pawai ogoh-ogoh, ada 8 ogoh-ogoh yang dipersiapkan umat Hindu di Desa Balun. Tiga ogoh-ogoh lainnya berasal dari partisipasi umat dan masyarakat lainnya, seperti pemuda Kristen dan komunitas supporter Persela, LA Mania Balun Raya. Tahun lalu, dari 7 ogoh-ogoh, 2 lainnya sumbangsih dari kelompok masyarakat non-Hindhu.
Ogoh-ogoh pun ada yang dibuat di pura, ada yang dibuat di rumah warga, dan ada juga yang dibuat di kedai kopi LA Mania Balun Raya. Sebaliknya, pada perayaan Natal tahun lalu, LA Mania Balun Raya dan umat Hindu juga membuatkan pernik-pernik hiasan pohon terang (pohon natal). Warga yang mayoritas bermata pencarian bertani dan mengolah tambak itu hidup berdampingan dengan damai.
Menjelang peringatan Nyepi tahun baru Saka 1940, umat Hindu yang berada di Desa Balun telah menyiapkan ogoh-ogoh yang akan diarak pada Jumat (16/3) sekitar pukul 15.00. Setelah diarak keliling desa, usai maghrib, simbol angkara murka dan watak tidak baik itu akan dibakar di lapangan desa.
Menurut Pemangku Pura Sweta Mahasuci Desa Balun, Ngarijo, pembuatan ogoh-ogoh di desanya dipusatkan di pura desa sejak Januari lalu. Lima dibuat di pura, tiga lainnya dibuat di rumah warga. ”Pembuatan ogoh-ogoh yang di rumah warga dibantu juga oleh saudara-saudara kami dari umat lain, yaitu Islam dan Kristen, sebagai bentuk toleransi antarumat dan antarsaudara. Persiapan lama karena cuaca sering mendung dan hujan,” kata Ngarijo.
Anggota LA Mania, Purnomo, menuturkan, keikutsertaan Lamania merupakan bentuk partisipasi sebagai umat beragama untuk menjaga persatuan dan kerukunan. Anggota komunitas LA Mania terlibat langsung dalam pembuatan ogoh-ogoh. ”Kami mendesain sendiri bentuk patungnya. Bahannya berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya menggunakan kertas semen. Kali ini ini kami menambahkan serabut kelapa,” katanya.
Sementara itu, kelompok pemuda Kristen membuat ogoh-ogoh di rumah tokoh Kristen setempat, Sutrisno. Pada Kamis petang, mereka menuntaskan ogoh-ogoh dan menyelesaikan pengecatan. ”Ini bentuk kami saling membantu. Di antara kami tidak pernah masuk urusan ritual keagamaan. Kami hanya ingin umat lain merayakan hari raya agamanya dengan lancar,” ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Lamongan Anang Taufiq menilai potensi Balun dengan toleransinya yang tinggi. Kebiasaan masyarakatnya yang saling menghargai merupakan sesuatu yang unik. Potensi itu jika dikelola khusus bisa menjadi wisata khas, wisata budaya, dan wisata kampung Pancasila.
Saat ini pihaknya telah membina sejumlah warga untuk membuat suvenir dan cendera mata khas Balun sebagai wujud toleransi, termasuk kaus, kerajinan lampu, ataupun camilan. Menurut dia, sayang jika keunikan itu tidak didorong untuk meningkatkan penghasilan warga.