Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga Sasar Kepulauan Terpencil
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA & IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Luas wilayah Indonesia yang mencapai 5 juta kilometer persegi dan terdiri atas 14.572 pulau terkadang membuat masyarakat yang tinggal di pulau terpencil sulit mendapatkan akses kesehatan yang memadai. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang ada juga masih kurang sehingga pelayanan kesehatan yang didapatkan masih amat terbatas.
Hal ini yang membuat alumni Universitas Airlangga bergotong royong membuat Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga. Rumah sakit yang berada di kapal jenis pinisi ini hadir untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga kepulauan.
Sedikitnya ada lima dokter spesialis yang terlibat, yakni spesialis penyakit dalam, bedah, anak, anestesi, dan mata dalam setiap kunjungan ke wilayah kepulauan.
Penanggung Jawab Operasional Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, dokter Henry Wibowo, Senin (12/3) di Surabaya, mengatakan, pelayanan kesehatan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga pertama kali diberikan kepada warga di Pulau Bawean, Gresik, pada Oktober 2017. Saat itu, ada 449 pasien yang berobat di rumah sakit terapung itu. Sebanyak 102 pasien di antaranya melakukan operasi, yakni 59 pasien operasi bedah dan 43 operasi mata.
Setiap bulan akan ada kegiatan pemberian layanan kesehatan dari Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga untuk warga di kepulauan.
Selanjutnya, pada November 2017, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga berlayar ke Pulau Kangean, Sumenep. Mereka memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada 1.050 pasien. Di antara pasien tersebut, 65 pasien melakukan operasi bedah dan kandungan serta 137 pasien menjalani operasi mata.
Kemudian, pada 10-11 Maret lalu, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga kembali memberikan layanan kesehatan di Pelabuhan Kalimas, Surabaya. Sedikitnya 600 warga yang sebagian besar adalah anak buah kapal ikut memeriksakan kesehatan di rumah sakit tersebut.
”Setiap bulan akan ada kegiatan pemberian layanan kesehatan dari Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga untuk warga di kepulauan. Pulau Sapeken, Sumenep, akan menjadi sasaran pemberian pelayanan kesehatan kami pada akhir Maret 2018,” tutur Henri yang juga dokter spesialis andrologi.
Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga memiliki ukuran 200 gros ton dengan panjang 27 meter dan lebar 7,75 meter yang mampu melaju dengan kecepatan 9 knot. Kapal ini dibuat di Galesong, sebuah kecamatan di tepi laut Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Kapal berwarna putih dengan layar biru itu terdiri atas tiga dek. Dek bawah untuk ruang operasi dan ruang mesin. Dek tengah untuk kamar pasien, kamar kru medis, dan dapur, sedangkan dek atas untuk kru kapal.
Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga memiliki fasilitas dua kamar operasi, ruang pulih sadar, ruang sterilisasi, ruang administrasi, ruang ganti baju kamar operasi, gudang obat, dapur, kamar tim medis, dan ruang pengemudi.
”Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga diharapkan menjadi salah satu alternatif solusi permasalahan kesehatan anak bangsa di daerah kepulauan terpencil untuk mencapai prinsip kesehatan untuk semua,” ucap Ketua Penyelenggara Layanan Kesehatan di Pelabuhan Kalimas dokter Pudjo Hartono.
Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga memiliki fasilitas dua kamar operasi, ruang pulih sadar, ruang sterilisasi, ruang administrasi, ruang ganti baju kamar operasi, gudang obat, dapur, kamar tim medis, dan ruang pengemudi.
Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Airlangga Hariyanto Basuni menyebutkan, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga merupakan hasil gagasan dari alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang fokus memberikan layanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat yang berada di kepulauan terpencil.
Menurut dia, rumah sakit terapung ini ditujukan untuk masyarakat kepulauan yang sulit mendapatkan akses layanan kesehatan dari pemerintah. Rumah sakit tersebut hadir sebagai pendukung dan pelengkap pemerintah karena Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga ini didukung fasilitas yang memadai dan dokter spesialis ketika melakukan layanan kesehatan.
”Kementerian Kesehatan sudah meminta Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat di Asmat, Papua,” ujar Hariyanto.
Wakil Rektor IV Universitas Airlangga Junaidi Khotib mengatakan bangga pada pengabdian yang dilakukan alumni dengan memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat yang sulit mendapatkan akses kesehatan.
”Saya bangga dan berterima kasih kepada alumni dan mitra yang membantu layanan kesehatan kepada masyarakat. Alumni adalah wajah Universitas Airlangga di masyarakat. Ini hanya aktivitas kecil dan ke depan diharapkan bisa dirasakan dan berdampak lebih besar kepada masyarakat,” tutur Junaidi.