SINGAPURA, KOMPAS — Indonesia mengirim 26 tim dari 20 kampus ke kompetisi rancang bangun mobil masa depan hemat energi Shell Eco-marathon 2018 Asia di Singapura. Sebagai kontingen terbanyak dari 123 tim, kompetisi akan menguji sejauh mana ide dan inovasi tim-tim mahasiswa Indonesia.
Pukul 16.45 Wita, Jumat (9/3), atau mundur 15 menit dari jadwal, kompetisi yang diikuti 15 negara Asia ditambah Mesir (Afrika), Australia, dan Selandia Baru (Oseania) dimulai.
Pada awalnya, kompetisi akan diikuti oleh 126 tim dari 18 negara. Namun, tiga tim mengundurkan diri dan atau tidak memenuhi syarat lulus inspeksi teknis dan keselamatan.
Pada kompetisi tahunan yang untuk kawasan Asia diselenggarakan sejak 2010, Indonesia punya capaian cukup manis. Tahun lalu di Singapura, Indonesia juga mengirim 26 tim, tetapi dari 19 kampus.
Saat itu, Indonesia meraih delapan penghargaan. Lima tim ada di urutan ke-1-5 kategori urban concept bersumber energi pembakaran dalam mesin dari bensin, solar, etanol, atau gas dan urutan ke-3 urban concept baterai listrik.
Selain itu, urutan ke-4 kategori prototype bersumber energi pembakaran dalam mesin dan urutan ke-5 prototype baterai listrik.
Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Pendidikan Indonesia merupakan kampus langganan juara atau meraih penghargaan.
Mobil Sadewa (UI) edisi 2017 menjadi juara urban concept dengan sumber energi bensin (375 kilometer/liter). Di kategori yang sama pada 2016, Sadewa juara dengan capaian 275 km/l, sedangkan pada 2012 Sadewa di urutan kedua dengan catatan 152,3 km/l.
Dilihat dari catatan itu, untuk contoh mobil Sadewa terlihat perkembangan capaiannya. Itu sesuai dengan semangat kompetisi bahwa bukan merupakan lomba adu cepat, melainkan adu jauh jelajah dengan bahan bakar seirit-iritnya, yakni per 1 liter.
Catatan Shell Eco-marathon, tim-tim Indonesia amat menguasai kategori urban concept dengan sumber energi pembakaran dalam mesin.
Untuk kategori prototype dengan sumber energi yang sama, tahun lalu, Thailand menjadi juara dengan capaian fantastis 2.289 km/l. Capaian terbaik Indonesia oleh Nakoela (UI) dengan 918,8 km/l sehingga meraih urutan keempat.
”Untuk internal combustion engine, tim-tim Indonesia masih kuat. Nah, dua tahun lalu, bensin, solar, etanol dipisah sehingga juara satu bisa diraih semua oleh kampus Indonesia. Mulai tahun lalu, semua disatukan sehingga kami jadi berantem dengan ITB, ITS, UPI, UGM,” kata Guru Besar Teknik Mesin UI Bambang Sugiarto sambil tertawa saat mendampingi tim di Singapura.
Untuk itu, kampus-kampus Indonesia juga harus memulai rancang bangun mobil masa depan hemat energi bersumber penggerak baterai listrik dan hidrogen untuk kategori urban concept. Selain itu, tetap bermain dan mengembangkan diri di kategori prototype.
”Jika pernah masuk lima besar, saya rasa rancang bangun mobil yang ada harus terus dikembangkan. Kompetisi ini harus dilihat sebagai salah satu tolok ukur capaian pendidikan di kampus,” ujar Sriyono, dosen Fakultas Teknik UPI di Singapura.
Manfaat
Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Achmad Khusairi Samlawi mengatakan, mahasiswa yang pernah terlibat dalam proyek ke Shell Eco-marathon akan dianggap berkelebihan khusus.
”Mereka bisa dibilang punya kemampuan manajerial, kepemimpinan, kerja sama, sekaligus kewirausahaan untuk memastikan rancang bangun mobil ini terwujud,” katanya.
Senada diutarakan oleh dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Sutiman.
”Mahasiswa yang terlibat dalam kompetisi ini juga bisa dianggap memiliki kelebihan, bukan sekadar dalam hal teknis rancang bangun, melainkan kepemimpinan dan kerja sama yang pasti bermanfaat bagi perusahaan besar,” katanya.
General Manager Shell Eco-marathon Norman Koch dalam sesi wawancara mengatakan, kompetisi ini merupakan festival ide dan inovasi. Shell, perusahaan energi, tidak mengambil manfaat dari teknologi rancang bangun mobil tim-tim itu.
”Paten teknologi tetap menjadi milik tim dan kampus yang dapat dikerjasamakan dengan perusahaan yang memerlukan,” ujarnya.
Selain itu, dari sejumlah perusahaan otomotif, manufaktur, dan energi, menurut Norman, mereka akan lebih memperhatikan calon karyawan dari lulusan yang berpengalaman dalam proyek di kompetisi internasional seperti Shell Eco-marathon.