Kreativitas dan Data Dibutuhkan dalam Industri Periklanan
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring dengan perkembangan teknologi digital, persaingan dalam industri periklanan semakin ketat. Kreativitas dan kekuatan data menjadi solusi untuk mengatasi persaingan tersebut.
Anton Ismael, pendiri perusahaan kreatif Third Eye Space, berpandangan, perkembangan teknologi digital membuat setiap orang mudah mendirikan usaha periklanan sehingga persaingan pun semakin ketat. ”Agar dapat berhasil di industri kreatif, seorang kreator tidak hanya membuat konten, tetapi juga harus mampu memecahkan masalah,” kata Anton dalam forum diskusi #SeringSharing yang diadakan oleh Growinc. Indonesia di Jakarta, Rabu (7/3).
Menurut Anton, seorang kreator harus mampu menyampaikan konsep dengan baik kepada klien. Konsep tidak hanya fokus pada idealisme pribadi, tetapi juga harus dikemas dengan baik dan mampu dijual.
Meskipun demikian, seorang kreator tetap harus memiliki gagasan sebanyak-banyaknya. Gagasan tersebut dapat ditemukan melalui pergaulan sehari-hari. Oleh karena itu, seorang kreator yang baik dapat dengan cepat menyesuaikan diri dan mampu memecahkan permasalahan dari klien.
Anton mengatakan, selain memiliki gagasan yang bagus, seorang kreator juga harus mengetahui tren yang ada di masyarakat. ”Keduanya harus berjalan beriringan dan saling melengkapi untuk menghasilkan karya yang menarik serta dapat diterima oleh masyarakat,” kata Anton.
Salah satu cara untuk mengetahui tren di masyarakat ialah melalui data statistik. CEO Growinc Group Indonesia Ridhi Mahendra mengatakan, data dibutuhkan agar karya yang dihasilkan relevan dengan kebutuhan pasar.
Ridhi mengatakan, data dapat digunakan untuk bicara kepada klien secara personal. ”Seorang pekerja di bidang kreatif harus memiliki pola pikir mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh klien,” kata Ridhi.
Menurut Ridhi, seorang pekerja kreatif harus mampu memahami kondisi pasar agar dapat meningkatkan penjualan produk dari klien dan konsumen yang akan menggunakan produk tersebut secara berkelanjutan.
”Seorang pekerja di bidang periklanan tidak dapat memaksakan idenya, tetapi harus paham arah dan maksud dari klien,” kata Ridhi. Ia menambahkan, pekerja kreatif juga harus mampu memberikan perspektif bisnis kepada klien.
Kekuatan data
Data tidak hanya sebagai instrumen pendukung dalam industri periklanan. Sebagai industri yang bergerak di bidang komunikasi, periklanan membutuhkan data untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh sebuah merek dan perusahaan.
Managing Director Inside.ID Andres Christian mengatakan, sebuah perusahaan kreatif dapat menentukan strategi yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada sasaran yang ingin dituju. ”Akurasi data dapat menentukan tingkat keberhasilan sebuah strategi komunikasi yang digunakan,” kata Andres.
Ia mencontohkan, konsumen di Indonesia memiliki optimisme tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Dari survei yang dilakukan Inside.ID, 58 persen responden optimistis, sedangkan 15 persen pesimistis. Sisanya, memilih netral.
Andres mengatakan, mereka yang optimistis berasal dari kalangan menengah ke atas dan berumur 26 tahun sampai 30 tahun. Hal tersebut menunjukkan, optimisme tersebut terdapat pada usia produktif dengan penghasilan yang mencukupi.
”Data tersebut menunjukkan, pasar yang potensial berasal dari generasi milenial dan berpenghasilan menengah ke atas,” kata Andres. Ia mengatakan, sebagian besar responden menggunakan pendapatannya untuk biaya konsumsi kebutuhan pokok bulanan seperti sandang dan pangan, yaitu sebesar 32 persen. Sisanya, responden menggunakan 29 persen pendapatannya untuk kebutuhan rutin bulanan seperti biaya telepon, listrik, dan pulsa.
Menurut Andres, pelaku industri kreatif harus memahami realitas tersebut. Hal itu bertujuan agar kreator mampu membuat karya sesuai dengan kondisi tren yang ada di masyarakat. (DD08)