Rasa Jazz Hari Ini
Festival tahunan merayakan musik, umumnya genre jazz, Java Jazz Festival (JJF), memasuki penyelenggaraan ke-14 mulai Jumat (2/3) hingga Minggu di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.
Acara bernama resmi Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2018 ini sedang merengkuh pendengar berusia muda. ”Seberapa jazz” susunan penampil masih jadi perdebatan.
”Artis yang saya kenal sudah bertambah tua, sedangkan (generasi) milenial, kenalnya dengan yang seusia. Makanya saya sudah enggak boleh urus apa-apa. Karena saya mungkin berasal dari masa lalu,” gurau Peter Frans Gontha di konferensi pers JJF 2018 di Hotel Borobudur, Rabu (28/2).
Peter, kini berusia 69 tahun, adalah penggagas festival yang pertama kali dihelat pada 2005 ini. Seperti yang dia ungkapkan, ia kini tidak lagi turun tangan secara langsung mengurusi festival.
Penyelenggaraannya didelegasikan kepada putrinya, Dewi Alice Lydia Gontha (44). Dewi menjabat sebagai Direktur Utama Java Festival Production, perusahaan induk JJF.
Harus diakui, di tangan Dewi, festival ini berwajah lebih segar. Sejumlah penampil utama merupakan artis papan atas yang tergolong muda, juga digemari sebayanya. JJF pernah memanggungkan Jamie Cullum, Joss Stone, Robin Thicke, dan Chris Botti.
Selain itu, sejumlah nama yang besar dari kancah pop juga dapat tempat, seperti Christina Perri, Jessie J, juga grup Sondre Lerche. Juga pernah ada band Tokyo Ska Paradise Orchestra dan kelompok rap Naghty by Nature. Tahun lalu, legenda rock/folk/balada Indonesia Iwan Fals bahkan ”dipaksa ngejazz”.
Nama-nama itu berpadu dengan ”veteran” jazz mulai dari Sergio Mendes, George Benson, Arturo Sandoval, hingga Santana dan mendiang James Brown.
Dewi menyadari bahwa festival ini telah menjadi perayaan musikal penting di Indonesia. Ajang ini jadi sarana pertemuan antarbudaya dan juga antargenerasi.
Oleh karena itu, mata acaranya harus memberi ruang bagi banyak perbedaan. Semangat itu sejalan dengan beragamnya turunan musik jazz, yang masing-masing punya pendengarnya sendiri.
Secara tegas, Dewi menyebut festival ini tengah menyasar pengunjung berusia 18 hingga 25 tahun.
”Mau enggak mau, kami juga harus memberi porsi besar bagi musik turunan jazz. Kalau tidak dimulai, Java Jazz hanya jadi milik golongan orang berumur,” kata Dewi. Ada 11 panggung dalam dan luar ruangan untuk para penampil.
Pernyataan Dewi itu merupakan jawaban atas kritik yang mempertanyakan alasan pemilihan penampil, yang bagi beberapa kalangan dianggap ”enggak jazz”. Beberapa penampil utama itu adalah Lauv, Daniel Caesar, dan band rock Goo Goo Dolls.
”Kami menyadari bahwa setelah 14 tahun usia festival ini, kami harus mengeksplorasi banyak musik turunan jazz. Nama-nama itu merupakan turunan dari jazz. Sementara nama-nama lainnya masih tetap jazz,” ucap Dewi.
Urusan program acara festival, termasuk kurasi penampil, diemban oleh dua pemusik berumur tiga puluhan, yaitu gitaris Nikita Dompas dan drumer Elfa Zulham.
Elfa, penyandang gelar Bachelor of Jazz dari The Prins Claus Conservatory di Groningen, Belanda, ini menajamkan penjabaran Dewi. Dia menjelaskan, rentang jazz telah berkembang jauh. Menurut dia, jazz adalah musik yang kuat beradaptasi dengan perubahan hingga hari ini.
”Awalnya dari blues dan ragtime. Gaya ini akan dimainkan oleh Benny Likumahuwa, Benny Mustafa, dan mungkin Oele Pattiselano juga ikut. Lagu berubah menjadi bentuk swing, yang nanti akan dimainkan Aksan Sjuman Trio. Dari era Motown, ada pemusik muda Matthew Whitaker,” beber anggota grup Tomorrow People Ensemble ini.
Pertunjukan khusus
Di masa kini, tambah Elfa, jazz bertransformasi ke dalam bentuk musik soul, R & B, juga hiphop. Bentuk baru ini bakal dipertontonkan oleh grup Kennedy Administration dan Curtis Stigers. Warna serupa juga bakal ditampilkan oleh Daniel Caesar dalam sesi pertunjukan khusus (special show) di hari Sabtu.
Special show adalah sesi yang membutuhkan tiket tambahan seharga Rp 199.000 per orang, di luar tiket masuk seharga Rp 800.000 per orang per hari.
Dua penampil lain yang digolongkan pertunjukan khusus adalah Lauv dan Goo Goo Dolls yang main hari Minggu. Tiket untuk pertunjukan Daniel Caesar telah ludes. Sementara hingga Kamis petang, tiket untuk Lauv, Goo Goo Dolls, juga karcis masuk harian dan terusan masih tersedia.
Daniel Caesar, bernama lahir Ashton Simmonds, adalah penyanyi dan penulis lagu dari Kanada yang kini masih berusia 22 tahun. Ia sedang meraup popularitas berkat album debutnya, Freudian yang beredar tahun lalu. Dengan corak soul dan R & B, album itu masuk nominasi Best R & B Album piala Grammy 2018. Daniel akan tampil pada Sabtu (3/3) pukul 21.00.
Lauv adalah nama panggung dari Ari Staprans Leff, penyanyi, penulis lagu berusia 23 tahun. Ia meracik petikan gitar jazz dengan nuansa bunyi elektronik yang meruang. Dengan lirik romantik, pendengarnya seperti mendapat kesan bahwa Chris Martin dari Coldplay sedang berduet dengan band The Weeknd membuat scoring film.
Lauv masuk sebagai salah satu artis di jajaran Top 50 Global versi penyedia jasa streaming Spotify lewat tembang ”I Like Me Better”. Ia tampil pada Minggu (4/3) pukul 20.30.
Di hari yang sama, band rock Goo Goo Dolls akan main pukul 23.00. Pemilik lagu hits ”Iris” ini dianggap Nikita Dompas kerap berimprovisasi ketika manggung. Improvisasi adalah hal yang jamak terjadi di antara pemusik jazz. Kenapa ada band rock main di festival musik jazz?
”Foo Fighters aja main di festival jazz di New Orleans,” kata Nikita. Foo Fighters, band kolektor piala Grammy kategori rock, pernah main di New Orleans Jazz & Heritage Festival di AS pada 2012, bareng rocker lainnya, seperti Tom Petty dan The Eagles.
Kolaborasi
Di luar penampil spesial, ada beberapa proyek kolaborasi yang dijanjikan tampil di JJF kali ini. Beberapa di antaranya adalah pemusik/penyanyi antarbangsa di satu panggung, seperti penyanyi Tompi, Dira Sugandi, dan Petra Sihombing yang bakal main dengan band Incognito di hari Minggu.
Yura Yunita akan bernyanyi diiringi Ron King Horn Section pada Sabtu. Drumer muda Rafi Muhammad akan tampil bersama gitaris dari Jepang, Mateus Asato pada Jumat.
Pada hari pertama juga bakal ada band yang berisi menteri kabinet aktif bernama Elek Yo Band. Grup bentukan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ini akan berkolaborasi dengan duet pasutri Endah n Rhesa. Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, anggota band, menyebutkan bakal membawakan lagu ”Juwita Malam”, ”Dia (milik Anji)”, dan ”Ku Tak Bisa (Slank)”.
Berapa bayaran yang bakal diterima band para menteri ini? ”Kayaknya mereka yang harus bayar kita, ha-ha-ha,” tukas Peter. Sementara kalau mau menonton, kita (penonton) mesti bayar. Jangan lupa, bayarnya tidak bisa pakai uang tunai, tetapi uang yang tersimpan di aplikasi sponsor festival. Bersiaplah!