Penerima Bantuan Dana Bekraf Rp 66 Miliar Diseleksi Ketat
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dalam dua tahun terakhir, pelaku usaha dan industri kreatif di Indonesia memiliki kesempatan untuk menerima dana bantuan dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia atau Bekraf. Akan tetapi, seleksi penerima dana bantuan ini diperketat agar lebih tepat sasaran.
Untuk program 2018, Bekraf mengucurkan dana Rp 66 miliar untuk program revitalisasi infrastruktur fisik, sarana ruang kreatif, dan pengadaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Rencananya, dana itu akan dibagikan menjadi 8 paket program revitalisasi, 8 paket sarana, dan 7 paket TIK.
Tahun lalu, dana yang disiapkan Rp 47,5 miliar. Anggaran itu digunakan oleh 48 penerima yang tersebar di 31 kabupaten/kota. Daerah paling timur yang menerima bantuan ini adalah kota Ambon.
Revitalisasi infrastruktur bertujuan memperbaiki dan mengembangkan bangunan atau ruang penunjang usaha kreatif. Contohnya, renovasi gedung pertunjukan, bioskop, atau ruang kerja bersama (co-working space).
Sarana ruang kreatif bertujuan menyediakan barang-barang yang menunjang usaha atau industri seperti, lampu sorot untuk pertunjukan, lukisan, atau pakaian tradisional. Sementara, pengadaan TIK dapat berupa komputer, jasa pembuatan web, atau jaringan internet.
Salah satu komunitas yang menerima dana tahun lalu adalah Jatiwangi Art Factory (JAF) yang berdomisili di Majalengka, Jawa Barat. Manajer Galeri JAF Arief Yudi Rahman mengatakan, dana itu dimanfaatkan untuk revitalisasi bangunan.
Sebelumnya, bangunan bekas pabrik beras dan genteng itu hanya berupa rangka dengan dinding tripleks. Kalau hujan, banyak kebocoran. Meskipun demikian, sejak 2005, bangunan itu sudah digunakan sebagai tempat berkumpul para seniman dan pertunjukan musik.
Setelah revitalisasi atap dan dinding, pengunjung dari golongan pemuda meningkat hingga 5 – 10 kali lipat. Mereka juga betah berlama-lama di sana, bahkan setiap hari mereka berkumpul di sana. Sebelumnya, tidak sampai setiap hari mereka berkumpul. “Sekarang tempatnya bisa untuk latar selfie,” ucap Arief saat dihubungi, Rabu (28/2).
Akan tetapi, bantuan dari Bekraf ini rentan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena itu, seleksi penerima bantuan pada tahun ini diperketat.
Bekraf mensyaratkan, calon penerima harus terbukti menjalankan kegiatan atau aktivitas usaha minimal selama dua tahun terakhir. Ketentuan ini tidak ada pada 2017. “Kami ingin menghindari pihak-pihak yang memanfaatkan dana pusat ini hanya sekadar sebagai pemasukan. Biasanya, pihak-pihak ini membentuk yayasan atau lembaga legal dan langsung mengajukan proposal,” tutur Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fisik Bekraf Selliane Halia Ishak dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan evaluasi tahun lalu, dari sekitar 140 proposal yang mendaftar, kira-kira 60 persennya teridentifikasi sebagai pihak-pihak yang baru membentuk lembaga atau yayasan hanya untuk mendapatkan suntikan dana. Proposal-proposal tersebut tidak lolos.
Sebagai saringan kedua, Bekraf akan melakukan verifikasi lapangan. Mereka akan mendatangi calon penerima, mewawancara, serta melihat langsung kegiatan usaha kreatif di sana. Langkah ini sudah diterapkan sejak tahun lalu.
Untuk memantau pemanfaatan dana yang diterima tahun lalu, Bekraf akan mengunjungi langsung minimal setahun sekali. Selain itu, penerima dana diwajibkan mengirimkan laporan kegiatan setiap enam bulan sekali.
Pada tahun ini, calon penerima dapat berasal dari komunitas, koperasi, pemerintah daerah, pemerintah desa, perguruan tinggi, keraton, dan lembaga adat. Calon penerima harus berbadan hukum.
Calon penerima harus bergerak di bidang ekonomi kreatif yang dibagi menjadi 16 subsektor. Adapun 16 subsektor ini terdiri dari, aplikasi dan pengembang permainan; arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; fashion; film, animasi, dan video; penerbitan; fotografi; kriya; musik; kuliner; seni pertunjukan; seni rupa; serta televisi dan radio.
Daya tarik wisata
Melalui bantuan dana ini, Kepala Bekraf Triawan Munaf, berharap, Indonesia dapat memiliki wahana kreativitas yang ikonik, seperti Albert Hall London di Inggris atau Teater Esplanade di Singapura. “Kita rintis sejak saat ini,” ujarnya.
Adanya ikon usaha atau industri kreatif itu akan menambah daya tarik wisatawan ke Indonesia. Devisa dari turis mancanegara berpotensi meningkat.
Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari menambahkan, salah satu dampak positif dana bantuan itu dialami oleh perajin kayu di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kini mereka menyuplai alat permainan untuk menunjang belajar-mengajar di daerahnya. Mereka juga berencana memasok buah tangan yang terbuat dari kayu untuk daerah wisata Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (DD09)