Irjen Heru Winarko, ”Slankers” yang Jadi Kepala BNN
Presiden Joko Widodo telah menandatangi keputusan penunjukan Kepala Badan Narkotika Nasional yang baru untuk menggantikan Komisaris Jenderal Budi Waseso. Buwas, panggilan Budi Waseseo, diganti karena segera memasuki pensiun pada bulan ini.
Posisi Budi Waseso akan digantikan oleh Inspektur Jenderal Heru Winarko. Hari ini, Kamis (1/3), Heru akan dilantik oleh Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya beredar kabar ada tiga nama yang diusulkan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian kepada Presiden Jokowi menjadi Kepala BNN. Tiga nama itu adalah Kalemdikpol Komjen Moechgiyarto, Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto, dan Deputi Penindakan KPK Irjen Heru Winarko.
Pilihan akhirnya jatuh pada Heru. Ketika dikonfirmasi melalui telepon, Heru hanya menjawab singkat sambil sedikit bercanda. ”Apa benar? Lihat saja besok,” katanya.
Saat diberi informasi tentang sumber kabar tersebut, Heru hanya mengucap terima kasih dan memohon doa agar ia dapat melaksanakan tugas barunya dengan lebih baik.
Sebelum resmi dilantik hari ini, Heru tercatat sebagai Deputi Penindakan KPK. Ia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Lampung.
Dalam beberapa kali kesempatan di Lampung, Heru yang memiliki hobi bermusik kerap unjuk kebolehan. Tak jarang ia tampil untuk bernyanyi atau bermain saksofon.
Bila tampil bernyanyi, salah satu lagu yang pasti ia bawakan ialah lagu ”Ku Tak Bisa” milik Slank. Apa pun acaranya, bila didapuk bernyanyi, Heru selalu siap membawakan lagu itu dengan apik tanpa teks.
Salah satu penampilannya dilakukan saat perayaan ulang tahun Provinsi Lampung tahun 2014. Kendati diminta duet dengan pedangdut Zaskia Gotic, lagu yang ia bawakan tetap sama dan tak berubah, ”Ku Tak Bisa”.
”Sekali Slankers tetap Slankers. Siapa pun lawan nyanyinya, lagunya tetap Slankers,” kata Heru kala itu.
Kegemaran Heru menyanyikan lagu ”Ku Tak Bisa” dipahami oleh jajarannya di Polda Lampung saat itu. Upacara pelepasan Heru sebagai Kapolda Lampung menjadi kesempatan terakhir dirinya menyanyikan lagu tersebut di Lampung.
Tanpa komando, sejumlah polisi mengantar Heru keluar dari halaman Polda Lampung dengan lagu ”Ku Tak Bisa”. Heru yang digotong sejumlah anggota Brimob tampak menyanyikan lagu tersebut dengan haru.
Selama menjabat Kapolda Lampung, beberapa kasus peredaran narkoba berhasil diungkap oleh Heru dan jajaran. Beberapa kasus tersebut antara lain penyelundupan 688 kg ganja yang dibawa oleh mobil TNI palsu (Kompas, 20/10/2012) dan penyelunduan 13,5 kg sabu dari Nigeria (Kompas, 21/9/2013).
Pada 2015 yang menjadi tahun terakhirnya di Lampung, Heru dan jajarannya berhasil menembak mati Toni Sapujagat. Bandar besar narkoba yang mengatur peredaran narkoba di bagian timur Lampung tersebut tewas setelah buron selama tiga tahun (Kompas, 26/2/2015).
Kendati cukup ”ganas” dalam memberantas narkoba, pria kelahiran Jakarta, 1 Desember 1962, itu lebih senang mengedepankan upaya pencegahan. Hal itu yang kerap ia sampaikan dalam beberapa kali sesi wawancara.
”Kalau bisa dicegah, mengapa harus menunggu terjadi tindak pidana. Upaya pre-emtif dan preventif tetap harus dikedepankan,” ujarnya dalam sebuah sesi wawancara.
Namun, dalam upaya pemberantasan narkoba, Heru dan jajarannya sempat melakukan salah gerebek. Wartawan Tribun Lampung, Ridwan Hardiansyah, yang dituduh menjadi pengedar narkoba digerebek ketika mengetik berita di rumahnya. Namun, tuduhan tersebut tidak terbukti. Heru mewakili institusi Polda Lampung langsung meminta maaf sehari setelah kejadian tersebut.
Heru merupakan lulusan Akpol tahun 1985. Ia menduduki jabatan Deputi Penindakan KPK sejak 15 Oktober.
Sebelum menempati jabatan tersebut, Heru menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi Menko Polhukam pada 2015 dan sebagai Kapolda Lampung pada 2012.
Polisi berusia 55 tahun itu juga pernah menjabat Asisten Deputi 4/V Kamnas Kemenko Polhukam pada 2010, Wadir III/Tipikor Bareskrim Polri pada 2010, Wadir II/Eksus Bareskrim Polri pada 2009, Penyu Tk II Dit II/Eksus Bareskrim Polri pada 2009, dan Kapolres Metro Jakarta Pusat.
Sejumlah prestasi juga sudah ditorehkannya. Dia telah dianugerahi sejumlah tanda jasa, antara lain Satyalencana Kesetiaan VIII, Satyalencana Kesetiaan XVI, Satyalencana Kesetiaan XXIV, Satyalencana Dwidja Sistha, Satyalencana Karya Bhakti, Satyalencana Ksatria Tamtama, dan Bintang Bhayangkara Nararya.
Selamat bertugas jenderal.