Antisipasi Bencana, Polres Brebes Minta Poskamling Diaktifkan Lagi
Oleh
Megandika Wicaksono
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS – Longsor yang terjadi pada Kamis (22/2) lalu di Desa Pasir Panjang, Salem, Brebes masih menyisakan trauma dan kepedihan. Sebanyak 12 orang meninggal dan 6 orang dinyatakan hilang, Rabu (28/2). Untuk mengantisipasi dampak bencana susulan, pos kamling atau pos keamanan lingkungan oleh warga dan desa diminta diaktifkan kembali.
“Di pos itu ada yang namanya kenthongan. Itu tolong diaktifkan lagi dan disimulasikan. Dilatihkan, jadi saat betul-betul terjadi bencana, masyarakat tahu ke mana harus dievakuasi,” kata Kepala Kepolisian Resor Brebes Ajun Komisaris Besar Sugiarto kepada para perangkat desa se-Kecamatan Salem, Rabu (28/2) sore setelah penutupan operasi pencarian korban longsor.
Sugiarto mengatakan, lokasi evakuasi dan arah atau petunjuk arah juga harus disiapkan agar semuanya dapat dengan cepat menyelamatkan diri. Selain itu, perangkat desa juga perlu menunjuk warganya untuk ikut memantau pergerakan tanah bersama tim Perum Perhutani.
“Setiap hari pergerakannya berapa. Kalau sudah terlalu ekstrem, harus siaga. Kalau malam bila perlu mengungsi daripada nanti kejadian malam dan banyak korban. Selanjutnya tolong buat grup WA siaga bencana,” katanya.
Sugiarto juga meminta kepada bhabinkamtibmas serta babinsa untuk aktif setiap saat mengingatkan warga masyarakat terutama di desa-desa yang berpotensi terjadi bencana. “Dan yang terpenting adalah mari kita sama-sama menjaga lingkungan, Memanfaatkannya secara arif dan bijaksana, otomatis lingkungan juga akan menjaga kita,” tutur Kapolres yang juga menjadi Wakil Komandan Satgas Tanggap Darurat Bencana Longsor.
Terkait imbauan tentang pengaktifan poskamling tersebut, Kepala Desa Wanoja, Salem, Salyo Pranoto mengatakan, setiap malam warga bersama perangkat desa berjaga bergiliran untuk menjaga keamaan serta memantau jika adanya tanda-tanda bencana.
Namun, Kepala Desa Ciputih, Salem, Slamet Becco menyampaikan, di poskamling di desanya sudah tidak aktif sejak 11 tahun. Kesibukan warga dan tidak adanya pos menjadi faktor penyebabnya. “Ronda malam dilakukan oleh linmas dan perangkat desa,” kata Becco yang terdorong untuk mengaktifkan lagi poskamling.
Pertanda akan longsor
Komandan Kodim 0713/Brebes Letkol Inf Ahmad Hadi sebagai Komandan Satgas Tanggap Darurat Bencana Longsor menyampaikan, berdasarkan informasi dari badan geologi, masyarakat harus waspada dan mencermati tanda-tanda akan adanya longsor. “Pertama adanya retakan tanah, kedua adanya sumber mata air baru, ketiga mata air yang sudah ada itu keruh, terakhir adanya getaran lokal atau gempa lokal,” kata Hadi.
Direktur Operasi Perum Perhutani Hari Priyanto menambahkan, dari informasi yang dihimpun masyarakat, sebelum longsor terjadi air di sungai justru surut atau mengering dan ikan-ikan banyak menggelepar. Hal itu juga menjadi tanda adanya longsoran yang menimbun aliran sungai serta perlu diwaspadai.
Seperti diberitakan Kompas (27/2), Penyelidik Bumi Muda dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Yunara menyampaikan, terdapat potensi longsor susulan yang berasal dari arah timur laut dari mahkota longsor pertama. Jaraknya yakni sekitar 700 meter arah mendatar dan mengancam Dusun Jojogan. Warga di sana disarangkan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman saat hujan turun dalam waktu lama.
Sekretaris Desa Pasir Panjang, Ari Sumiarsa, menuturkan, Dusun Jojogan merupakan daerah terisolir yang ditinggali sekitar 315 kepala keluarga (KK). Sejak longsor pada Kamis pagi, warga Jojogan memang sudah diungsikan ke Kampung Nangkagede, yang terletak di sampingnya, khususnya saat hujan dan malam hari.