JAKARTA, KOMPAS - Pembangunan jalan tol Becakayu kembali dilanjutkan, Rabu (28/2), dengan diterbitkannya berita acara terkait rekomendasi Komite Keselamatan Konstruksi (K3).
PT Waskita Karya, selaku pelaksana proyek pun mulai menyiapkan kembali sejumlah pekerjaan, termasuk melaksanakan rekomendasi K3 yakni memberikan penguatan pada bagian konstruksi yang sedang dilakukan pengecoran.
Kepala Divisi III PT Waskita Karya, Dono Parwoto, yang ditemui di gedung PT Waskita Karya, Cawang, Jakarta Timur, mengungkapkan, pihaknya menyambut baik terbitnya rekomendasi K3 terkait kecelakaan kerja akibat melorotnya bekisting atau cetakan kepala tiang Tol Becakayu pada 20 Februari lalu dan sebabkan tujuh pekerja cedera.
Dengan adanya rekomendasi itu, menurut Dono, pihaknya dapat melanjutkan pekerjaan pembangunan Tol Becakayu fase pertama yang memiliki nilai proyek Rp 7,125 triliun tersebut. Setidaknya ada 37 tiang tol lagi yang akan dibangun untuk menuntaskan pembangunan Tol Becakayu fase pertama sepanjang 11,5 kilometer dari Jaka Sampurna (Bekasi) hingga Kampung Melayu (Jakarta Timur).
“Mulai Rabu, kami sudah mulai mempersiapkan pekerjaan, dan akan dilanjutkan dengan pekerjaan konstruksi. Targetnya, April besok, pembangunan Tol Becakayu ini selesai,” ucapnya.
Dono mengaku, kecelakaan kerja yang terjadi pada 20 Februari lalu itu disebabkan pemasangan baut pada stress bar yang longgar. Stress bar atau batangan baja itu digunakan untuk mengikat bracket yang dipasang pada bagian ujung tiang, dan untuk mengunci ikatan itu digunakan baut. Bracket tersebut selanjutnya digunakan sebagai penopang bekisting (cetakan kepala tiang).
Karena baut yang dipasang pada stress bar itu tak kencang, menurut Dono, itu menyebabkan tegangan pada stress bar. Ketika bekisting kepala tiang diisi dengan adonan semen dengan bobot 100 ton lebih, stress bar itu pun terus menegang hingga akhirnya putus. Putusnya stress bar itu menyebabkan bracket yang digunakan untuk menopang bekisting itu pun longgar dan kehilangan kekuatan untuk menopang, hingga akhirnya bekisting melorot.
“Mungkin ini teledor, salah satu baut tak dikencengin. Dari bawah tampak sudah dikencengin, tapi nyatanya belum kencang. Kekencangan baut itu berpengaruh (pada kemampuan bracket menopang bekisting),” jelasnya.
Sesuai rekomendasi K3, kata Dono, pembangunan Tol Becakayu selanjutnya harus dilengkapi dengan perancah shoring atau dikenal dengan steger. Bekisting yang digunakan untuk mencetak kepala tiang, itu selanjutnya tak hanya ditopang oleh bracket, tetapi juga oleh perancah shoring.
Dengan adanya penambahan pemasangan alat berupa perancah shoring, diakui Dono, itu akan menambah waktu pekerjaan. Namun guna menjamin keamanan pada pekerjaan konstruksi, pihaknya akan mengikuti seluruh rekomendasi K3.
“Karena koefisien keamanannya (dengan hanya menggunakan bracket) itu tipis sekali, maka sekarang direkomendasi dengan perkuatan,” jelasnya.
Hingga Rabu siang, PT Waskita Karya masih mempersiapkan sejumlah pekerjaan untuk melanjutkan pembangunan Tol Becakayu. Oleh karena itu belum tampak kesibukan di lokasi pembangunan tol tersebut di kawasan Cawang.
Sementara hingga Selasa (27/2) kemarin, Polres Jakarta Timur telah menetapkan dua tersangka penyebab kecelakaan kerja pada Tol Becakayu, yakni kepala pelaksana lapangan dari PT Waskita Karya berinisial AA, dan kepala pengawas dari konsultan pengawas PT Virama Karya berinisial AS. Namun, keduanya tak ditahan.