JAKARTA, KOMPAS — Hotel internasional memiliki citra yang dapat menarik pengunjung mancanegara. Oleh sebab itu, kehadiran hotel internasional diharapkan turut memicu kenaikan devisa Indonesia.
Jumlah hotel internasional meningkat pesat. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani mengatakan, pertumbuhannya secara nasional mencapai 60 persen pada 2017.
Peningkatan pengunjung asing diiringi dengan pertumbuhan pendapatan devisa negara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis awal Januari 2018, pada 2013-2015 peningkatan jumlah pengunjung asing berkisar 3-7 persen.
Sementara itu, jumlah rata-rata pengeluaran pengunjung mancanegara per kunjungan juga meningkat 2-3 persen. Devisa dari pengunjung tersebut juga meningkat 9-11 persen.
Pertumbuhan hotel internasional dapat memicu meningkatnya jumlah pengunjung asing. ”Hotel internasional memiliki citra yang kuat sehingga dapat menjadi daya tarik pengunjung mancanegara sebagai prioritas pilihan untuk menginap,” kata Hariyadi saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (27/2).
Citra yang dimaksud berupa nama yang terkenal di skala internasional, contohnya Sheraton, Grand Hyatt, atau Pullman. Hotel-hotel internasional ini dapat menjanjikan fasilitas yang setimpal dengan harga yang minimal sekitar Rp 1 juta per malam per kamar.
Oleh sebab itu, faktor kesetiaan pelanggan berpengaruh pada hotel-hotel internasional. Hariyadi mengatakan, sekitar 15 persen dari penginap di hotel internasional merupakan pelanggan setia yang terdaftar sebagai anggota.
Contohnya, seorang dari mancanegara yang datang ke Indonesia akan mencari hotel-hotel yang ada di negaranya. Hotel-hotel itu menjadi acuan pilihan tempat menginap baginya.
Hotel-hotel di Jakarta cenderung digunakan untuk urusan berbisnis. ”Berdasarkan analisis kami, tingkat okupansi hotel-hotel di Jakarta paling banyak pada hari kerja untuk urusan bisnis. Hotel-hotel di Jakarta menjadi kota tertinggi sebagai tujuan menginap,” kata Chief Marketing Officer Tiket.com Mikhael Gaery Undarsa saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin.
Oleh sebab itu, hotel internasional diharapkan dapat memenuhi ekspektasi pebisnis mancangera. Kesempatan ini diambil oleh Rajawali Property Group untuk membangun hotel The St Regis Jakarta dan menggandeng Alexandra Champalimaud sebagai desainer interiornya.
Dalam karyanya, Alexandra identik dengan desain yang klasik dan mewah. Salah satu hotel yang pernah didesainnya ialah Four Season di Jakarta.
Hotel The St Regis Jakarta menurut rencana dibuka pada 2020. Alexandra memaparkan, interior hotel ini akan bernuansa musik. Salah satu wujudnya berupa kinetic chandelier, sistem penerangan yang digantung di langit-langit dan dapat diatur sehingga seolah membentuk irama cahaya. Irama ini menurut dia dapat mewakili melodi musik.
Chandelier kinetis itu akan dipasang di main hall hotel. Kamar di hotel ini nantinya berjumlah 280 ruang.
Desain itu terinspirasi dari musik-musik tradisional Indonesia. ”Saya sangat menghargainya sebagai budaya Indonesia,” katanya dalam diskusi bersama media di Jakarta, Selasa. (DD09)