BOGOR, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meluncurkan Festival Shalawat Piala Presiden, Sabtu (24/2) malam, di Bogor, Jawa Barat.
Festival skala nasional ini diikuti kelompok pengajian, mahasiswa, dan kalangan pesantren se-Indonesia. Puncak final acara ini akan berlangsung pada perayaan Hari Santri, 22 Oktober 2018.
Presiden tiba di lokasi acara Sentul International Convention Center pukul 19.44. Presiden didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Ketua Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki.
Ketua Panitia Festival Abdur Gofar Rosin Saha menyebutkan, shalawat merupakan bukti rasa cinta dan hormat dari umat kepada junjungannya. Bentuk shalawat dari zaman ke zaman terus berkembang di seluruh dunia.
Shalawat di Nusantara telah tumbuh sebelum RI berdiri sebagai negara. Bentuk dan gaya penyampaiannya pun bercampur dengan budaya setempat.
Shalawat di Padang, misalnya, berbeda dengan shalawat yang ada di Yogyakarta. Kekayaan keragaman ini juga dimiliki sekitar 4 juta santri di 25.000 pesantren di seluruh Indonesia.
Dengan keragaman ini, tidak berlebihan, selain untuk memperkuat kerukunan antarsesama umat Islam, juga perlu untuk membumikan semangat karakter bangsa yang berakhlak mulia.
Festival ini digelar untuk menjadikan shalawat sebagai sarana perekat persatuan bangsa Indonesia. Festival yang digelar mulai awal Maret ini akan menampilkan kreativitas shalawat yang bisa didendangkan dengan bahasa Arab, bahasa Indonesia, ataupun bahasa daerah masing-masing.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin berharap, festival ini menjadikan bangsa Indonesia terus bersatu hingga akhir zaman.
Ma’ruf Amin mengajak seluruh hadirin berbangga menjadi Indonesia sebab bangsa ini memiliki titik temu yang dapat menyatukan semua keragaman. Titik temu itu ada di Pancasila yang menjadi dasar negara.